Truth or Dare || 35.

1.7K 197 4
                                    




~•~

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Seseorang yang membuat Anin mundur satu langkah di belakang Juan, adalah ketiga cowok yang hampir melecehkannya beberapa hari yang lalu, mereka datang bersama keluarganya.

Yang mengejutkannya lagi adalah, di deretan mereka ada Kaia bersama kedua orang tuanya, bahkan cewek tersebut menatap angkuh, kearah Anin.

Cowok yang tidak pernah Anin lupa wajahnya kini sedang menatapnya, ia tengah terpesona melihat penampilan Anin.

Meskipun Anin malam ini tidak menggunakan gaun yang terbuka, namun dengan rambut di sanggul modern dengan beberapa helai rambutnya yang menjuntai. Memperlihatkan leher jenjang wanita itu, lalu dengan akses anting berlian panjang di kedua telinganya, di tambah make natural, menambah kecantikan Anin keluar malam ini.

Alasan itu juga yang membuat Juan tanpa sadar, meremas tangan wanitanya, ia tidak suka miliknya di tatap seperti itu, apalagi dia tidak tau. Maksud dari tatapan cowok tersebut.

"Juan, sapa dong. Om Ardi," tegur Bu Adelia yang melihat Juan hanya diam tak berniat bergabung.

"Om Ardi ini teman baik Papa, kamu harus ngobrol dulu," titah Pak Darius.

Ardi adalah nama orang tua dari Kaia, kedua orang tua Juan dan Kaia adalah rekan bisnis yang cukup dekat.

"Apa kabar Om?" basa basi Juan sangat terpaksa.

"Tentu, Om sangat baik, kamu semakin tampan ya, sudah cocok jadi penerus perusahaan," kekehnya menepuk nepuk pundak Juan. "Kalian satu sekolah kan?" tanya Pak Ardi sambil menoleh pada Putrinya.

"Titip, anak Om ya. Kalau dia nakal, lapor ke Om, Kalau bisa, setiap hari, pantau terus. Biar nggak bandel," ujarnya yang berusaha melucu.

Sontak mereka tertawa bersama, seolah sangat terhibur, Kaia pun sampai tersipu malu, menunduk memandangi gaunnya sendiri.

Juan membasahi bibir bawahnya, membuang muka kearah lain, ia sedang sibuk mengontrol perasaannya sendiri,. Meredam emosinya yang terasa di ubun-ubun.

Gimana dia bisa sabar, berhadapan dengan orang-orang yang ia benci. Menoleh sekejap kearah Anin yang sedang menunduk.

Ia memutuskan menarik Anin pergi tanpa berpamitan pada mereka, ia membawa wanita itu ke salah satu meja yang masih kosong.

Usai menarik kursi, Juan duduk sambil menarik sedikit dasinya yang terasa mencekik.

Anin memperhatikan Juan, ia tau ada yang di pikiran oleh suaminya, namun untuk bertanya dirinya belum berani.

Juan mengambil gelas berisi cocktail, menenguknya sedikit demi sedikit. "Kenapa Kak Juan nggak bilang, kalau ternyata Papa sama Mama. Kenal sama keluarga Kaia?"

Truth Or Dare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang