Truth or Dare || 12.

2.9K 309 19
                                    

"Berkorban tidak membuat orang rugi, apalagi untuk seseorang yang kita sayang."

• Juandra Abimanyu •

~•~

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

"Kak. Kalau seandainya, aku di keluarin gimana?"

"Cari sekolah lain, gampang kan?" jawab Juan sangat santai. "Sekolah nggak cuma di sini doang,"

"Jangan terlalu berpikir apa yang terjadi kedepannya, tapi pikir apa yang sudah terjadi sebelumnya. Dengan kita mengingat kejadian masa lalu. kita bisa belajar, untuk lebih hati-hati dan berpikir ulang ketika kita akan melakukan sesuatu."

Juan mengusap pipi Anin, menyuruh perempuan itu segera masuk, dengan menarik napas panjang lalu di buang secara pelan Anin mulai membuka pintu ruangan kepala sekolah.

Juan menunggu istrinya sambil mengunyah permen karet yang tak pernah absen di saku celana abu abunya, ia mengunyah permen itu hanya sekedar untuk menghilangkan rasa kecut di mulutnya akibat sering merokok.

Bersandar di pintu, memasukkan kedua tangannya kedalam saku, mencuri dengar apa yang di bicarakan oleh kepala sekolah.

Berhubung Anin tak menutup rapat pintu itu, suara yang di dalam bisa dia dengar, meskipun kecil.

"Selamat pagi Bu," sapa Anin sopan.

"Pagi_ silahkan duduk."

Anin mulai menarik kursi lalu duduk di hadapan kepala sekolah bernama Ibu Dessy.

Bu Dessy diam sejenak membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman. "Kamu pasti sudah tau, tujuan saya manggil kamu kemari?" Anin mengangguk sebagai jawaban, lidahnya telah kelu susah untuk mengucapkan kata.

"Kamu tau, foto yang beredar, dengan caption yang sangat kasar tersebut. Sudah tersebar luas di sekolah, bahkan tidak hanya sekolah kita. Tapi sekolah-sekolah di luar sana."

"Kamu membuat sekolah kita malu Anin. Predikat sekolah terbaik kita, turun setelah foto itu tersebar. Sekarang saya minta kamu jujur,"

"Apakah benar, foto itu adalah kamu?" Anin meremas rok span abu abunya, ia menelan susah payah salivanya

"Anin jawab!" Cewek itu tersentak, ia mendongak menatap pada Bu Dessy.

"Iy_iya Bu," gugupnya.

"Jadi benar, kamu bekerja sebagai wanita_"

"Nggak Bu, saya nggak mungkin bekerja seperti itu!" potong Anin ketika Bu Dessy belum selesai bicara.

"Kalau tidak, kenapa kamu berada di tempat itu. Bukti sudah jelas jika kamu__" Bu Dessy tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

"Padahal kamu salah satu murid terbaik sekolah ini, tapi kenapa? Kamu membuat saya dan beberapa guru kecewa." Anin menunduk, mengusap air matanya yang sudah membasahi pipinya.

Truth Or Dare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang