Truth or Dare || 10.

3.2K 308 9
                                    

"Jika kamu terluka, aku akan lebih terluka."

• Juandra Abimanyu •

~•~

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

Pukul sebelas lebih Juan dan Anin masih berada di cafe itu, Anin sudah terlihat mengantuk, namun Juan belum ada niatan untuk mengajaknya pulang.

Cowok itu masih asyik mengobrol bersama teman-temannya, rasa bosan Anin rasakan hingga ia berpamitan untuk pergi ke toilet.

"Jangan lama-lama," pesan Juan ketika Anin pamit ingin ke kamar mandi.

Keluar dari ruangan itu, Anin menoleh ke kiri dan kanan, mungkin karena malam ini, adalah malam minggu. Cafe masih terlihat ramai.

Mencari keberadaan toilet tersebut Anin harus melewati deretan pengunjung wanita yang begitu ribut, ia tak peduli dengan mereka.

"Sst! Sst_ itu bukannya anak si pembunuh itu?" tubuh Anin membeku langkahnnya pun terhenti.

"Oh iya bener, itu Anin anak pembunuh. Ngapain dia di sini?"

"Jual diri kali," kelakar salah satu mereka.

"Hahaha_ bisa jadi. Frustasi nggak punya duit, akhirnya jual diri!" semua kompak tertawa.

Anin mengepalkan tangannya, matanya memejam agar air mata yang dia tahan tak jatuh, hatinya sakit dan sesak.

Tak ingin mendengar yang akan kian menyakitinya, ia pun kembali melangkah menuju toilet.

Toiletnya begitu sepi, hanya ada dirinya di dalam.

Brak!

Suara terdengar begitu keras, Anin yang masih mencuci tangan di wastafel. Terkejut melihat sekelompok perempuan yang tak lain pasukan dari Kaia cs.

Dan semakin membuat Anin terkejut adalah, di belakang teman teman Kaia, ada Maya. Temannya sekaligus seseorang yang membuat dia semakin di bully satu sekolah.

"Ma_mau apa kalian!"

"Ngapain lo di sini? Hah!" tanya Kaia.

Gadis itu semakin maju, mengikis jaraknya dengan Anin. "Lo jual diri kan?"

Anin tak menjawab. "Urusan sama lo apa!" tantangnya, tak takut sama sekali pada perempuan gila seperti Kaia dan para pasukannya.

Brak!

"Aw!" Kaia mendorong tubuh Anin hingga sikunya terbentur pinggiran wastafel. Kaia berlutut di hadapan Anin yang terduduk di lantai.

"Lo mau apa!" teriaknya berusaha menepis tangan Kaia.

"Bacot! Diam lo!" bentaknya.

Mendorong kepala Anin sampai membentur tembok, meskipun kepalanya terasa sakit. Tangannya tak henti mencegah Kaia yang entah ingin berbuat apa.

Truth Or Dare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang