BURU BURU NIKAH (3)-(OnGoing)

Bab 284. Rencana Rahasia (4)

Leah mencapai ujung lorong.

Berdiri di samping Blain, pendeta melakukan pemberkatan ritual, dan kemudian mengulurkan secangkir anggur ke Leah terlebih dahulu, menurut kebiasaan Estian. Keduanya akan berbagi minuman untuk diikat sebagai pasangan suami istri.

Saat dia mengangkat cangkir ke mulutnya, dia meludahkan ramuan yang dia sembunyikan di sana dan pura-pura menelan. Cairan hitam larut ke dalam anggur putih tanpa bekas.

Blain meneguk sisa anggur dan membuang gelasnya dengan marah. Itu bukan sikap yang pantas untuk seorang pria di hari pernikahannya, tapi tidak ada yang terkejut. Semua tamu hanya tersenyum samar, seolah-olah semuanya sudah disepakati sebelumnya.

“Blain De Estia.” Pendeta itu juga tersenyum saat mengucapkan kata-kata terakhir. "Maukah kamu bersumpah untuk mencintai wanita ini sebagai istrimu selamanya?"

Blain tersenyum bengkok, seolah memikirkan sesuatu yang rahasia.

"Aku sangat bersumpah."

Pendeta itu mengakui jawabannya dan menoleh ke Leah.

“Lea De Estia.” Dia tidak tersandung kata-kata saat dia mengulangi pertanyaan itu, meskipun pengantin wanita memiliki nama belakang yang sama dengan pengantin pria. "Maukah kamu bersumpah untuk mencintai pria ini sebagai suamimu selamanya?"

Lea tidak menjawab.

Keheningan mereda dan berkepanjangan, mengguncang upacara yang tenang dan mengirimkan riak gangguan ke seluruh ruangan. Sudah cukup bahkan para tamu yang bertepuk tangan seperti robot berhenti sejenak.

Bibirnya mengerucut saat dia menatap Blain, dan melihat mata birunya sedikit gemetar. Gumaman tak percaya mulai terdengar di aula resepsi.

Perlahan, Leah melepaskan cincin pertunangannya dari jarinya dan melemparkannya ke Blain.

Itu mengenai dadanya dan jatuh ke tanah.

“Kau…kau…” Dia tergagap.

Di luar, terdengar suara klakson pertempuran.

Saat suara liar memecahkan musik latar lembut yang dimainkan oleh orkestra, kebingungan memenuhi semua tamu yang menonton.

“Ahhh!!!”

Para tamu pernikahan mulai bangkit dari tempat duduk mereka, panik saat semua penjaga di aula resepsi menghunus pedang mereka sekaligus.

Saat pintu terbuka, orang-orang yang mengenakan baju besi ringan membanjiri masuk, cepat dan mematikan seperti binatang buas. Suara pedang beradu menyebar saat darah menodai lantai, dan para tamu mulai berteriak.

Semua dekorasi indah itu diinjak-injak oleh para tamu yang panik.

Dia menemukannya pada saat kehancuran sempurna, seorang pria berlumuran darah yang pedangnya mengalir merah. Dia menatapnya dengan mata emas cerah, dan Leah merasakan sakit di hatinya yang tajam dan menyiksa seolah-olah dia telah dipukul dengan panah. Seluruh tubuhnya bergidik.

Ini pernah terjadi sebelumnya.

Déjà vu begitu jauh melampaui apa pun yang pernah dia alami sebelumnya, Leah menahan napas. Dalam benaknya dia melihat dataran berdarah, penuh dengan eulalies.

Dia telah menghancurkan segalanya. Dia telah menghancurkannya sebagai Putri Estia. Dan dia telah memotong semua tali yang menjadikannya boneka dan membawanya ke dunia baru. Leah telah dilahirkan kembali di bawah perlindungannya.

Pria yang telah menghancurkan hidupnya berbicara.

"Lea."

Saat dia menyebut namanya, dia merasakan sensasi yang paling aneh. Mengapa, dia tidak pernah membutuhkan kunci di tempat pertama. Karena semua ingatannya adalah miliknya.

"Mendekatlah, Lea."

Ishakan memanggilnya lagi, suaranya perlahan menjadi tidak sabar. Cara dia berdiri di sana tanpa bergerak membuatnya takut. Apakah dia jatuh di bawah mantra Cerdina lagi?

"Tolong ..." Dia berbisik, wajahnya memelintir, dan tidak ada alasan untuk ragu lebih lama lagi.

Leah berlari ke arahnya, tersandung dalam gaunnya yang tidak nyaman dan berat. Darah dari pakaiannya langsung menodai gaun putih saat dia menangkapnya, dan Ishakan memeluknya dan menutup matanya ketika dia akhirnya memeluknya.

Dadanya membengkak melawannya, melawan korset saat dia mencoba mengatur napas, dan perlahan-lahan menjadi tenang. bisik Iskan.

"…Istriku."

*****

Mau segini aja apa lanjut nih guys??