BURU BURU NIKAH (3)-(OnGoing)

Bab 269. Ranjang Rusak (1)

( Aduhhh, dari judulnya aja udah bikin otak traveling kemana* ya🤣)

Ishakan tampak menyesal mengucapkan kata-kata itu begitu keluar. Dengan penuh kasih, tangannya mengusap wajahnya.

"…Maafkan saya."

Jelas mengapa dia berusaha keras untuk menyembunyikan ini di dalam hatinya. Dia tidak ingin memaksa Leah untuk mengingatnya. Dia tidak akan mengatakannya sama sekali, jika dia tidak mendapatkan kembali kendali atas perasaannya. Ishakan tidak akan pernah mengatakan sepatah kata pun, jika dia tidak mengatakannya.

Tapi sekarang angin bertiup kencang, membuat gaun tidur Leah bergetar dan rambut peraknya berkibar, dan suara Ishakan sedikit pecah saat dia membungkuk dan berbisik.

“Katakan padaku kau mencintaiku.”

Hatinya sakit. Masih sulit untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya, tetapi sampai dia benar-benar bebas dari mantra itu, dia perlu mengucapkannya dengan jelas. Mencapai Ishakan, dia memeluknya dan mencoba membuatnya percaya.

"Aku mencintaimu," katanya tulus, dan bahkan berjinjit untuk memeluknya lebih erat dan menghiburnya. Ishakan tersenyum saat dia dengan canggung mencium pipinya.

Itu membuatnya tersenyum, melihatnya tersenyum. Ishakan mencium keningnya, sapuan bibirnya yang menggelitik, dan ketika dia mencapai untuk menggosok tempat itu, dia menangkap tangannya dan menciumnya juga. Di mana-mana dia menyentuhnya menggelitik.

"Sungguh ..." Dia berkata, menangkap tangannya dengan senyum mencela diri sendiri. "Aku hanya lemah denganmu."

Dia adalah satu-satunya yang bisa mengalahkannya. Lengannya melingkari dia dan dia memeluknya kembali. Setiap kali dia merujuk kenangan masa lalu mereka, dia berharap dia bisa membaginya dengan sukacita. Dia ingin bisa menggodanya ketika dia lemah padanya. Itulah yang akan dia lakukan, segera setelah dia mendapatkan ingatannya kembali.

“Terima kasih telah datang untuk menemukanku,” katanya setelah mereka berdiri bersama selama beberapa waktu, saling berpelukan.

"Tentu saja," katanya, dengan cemberut yang mengatakan hal lain tidak masuk akal. "Aku akan mencarimu di mana pun kamu berada."

"Tetapi…"

"Kau melakukan hal yang sama," katanya, mengetuk ujung dagunya. "Kamu pergi untuk menyelamatkanku."

Dia bisa mengerti mengapa dia melakukannya, meskipun dia tidak bisa membayangkan Ishakan perlu diselamatkan.

"Aku akan membawamu kembali," katanya. “Tidak peduli apa yang diperlukan.”

Tinju Leah mengepal, mendengar janji ini, dan Ishakan terkekeh. Tapi kemudian tiba-tiba dia mengerutkan kening dan membungkuk, melihat sekeliling hutan sambil berbisik di telinganya.

"Awas," dia menghela napas, seolah-olah dia sedang memperingatkannya tentang sesuatu yang sangat serius. "Segera mereka akan mulai jatuh."

Leah bertanya-tanya apa artinya itu, tetapi tidak butuh waktu lama untuk memahaminya. Sesaat kemudian, dia melihat orang-orang Kurkan.

Mereka merayap keluar dari cabang-cabang pohon, jelas frustrasi karena mereka tidak bisa mendengar suara tenang Ishakan. Kemudian salah satu bayangan Kurkan yang bergeser melakukan kontak mata dengan Leah.

“……”

Ada saat keheningan. Semua bayangan membeku, tangan dan kaki terangkat sebagian, goyah, dan kemudian mulai jatuh dari pepohonan.

“Arrrgh!”

Di sekeliling Leah dan Ishakan, mereka jatuh ke tanah seperti hujan es pecah. Di antara begitu banyak, Leah mengenali beberapa wajah, dan begitu Haban bangun, dia segera mulai meminta maaf.

"Maafkan saya! Maafkan saya! Tapi aku tidak menguping, sumpah!”

"Lalu apa?" tanya Ishakan singkat.

“Hah… itu…”

“……”

Mura menengahi, karena Haban jelas tidak tahu harus berkata apa lagi.

“Kami datang karena kami khawatir,” katanya. “Kami takut kamu mungkin melakukan sesuatu pada Leah. Terakhir kali kamu memecahkan tempat tidur! ”

Semua orang Kukan lainnya mulai berbicara sekaligus.

"Tepat! Kita harus hati-hati, bagaimana jika terjadi sesuatu yang serius?”

"Tidak peduli seberapa kuat bayi Kukan, Leah tetap rapuh!"

"Benar, benar!"

Tentu saja, Ishakan tidak hanya mengangkat alis, tetapi wajah Leah berapi-api.

Dia tidak percaya tempat tidurnya rusak. Dia mengira tempat tidur di rumah Count Weddleton sangat berderit, tapi dia terlalu...terganggu untuk bertanya-tanya mengapa.

Apakah mereka datang dan memperbaikinya saat dia tidur?

******

Yang udah terlanjur ikutan traveling....Ternyata eh ternyata🤣