BURU BURU NIKAH (3)-(OnGoing)

Bab 294. Setelah Pertempuran (2)

Mencari...

Masuk Daftar
RUMAH
DAFTAR NOVEL
SERVER DISCORD
Rumah  Pernikahan Predator Bab 294 - Setelah Pertempuran (2)



Sebelumnya Lanjut

Pernikahan Predator — Bab 294. Setelah Pertempuran (2)

Penerjemah: Atlas / Editor: Regan

Leah mengerjap saat merasakan jemarinya mengusap bulu matanya. Ishakan membelai pipinya, dan dia mengerutkan kening pada sensasi menggelitik.

"Bangun, Leah," suaranya yang dalam mendesaknya. “Kau membuatku menunggu terlalu lama…”

Rasa kantuknya menghilang seperti sihir, dan Leah menoleh untuk melihat ke atas. Mata emasnya bertemu dengannya.

Sambil meletakkan pipanya, dia menghembuskan asap terakhir dan kemudian mengangkatnya untuk mendudukkannya di pahanya. Lea bersandar di dadanya.

“…Ishakan.”

Meskipun dia masih merasa sedikit gemetar, dia memeriksa tubuhnya dengan hati-hati. Dia ingat mencari luka sebelum dia pingsan, tetapi jika dia punya, luka itu cukup kecil untuk disembuhkan saat dia tidur.

"Mura..." Dia ingat. “Apa yang terjadi dengan Mura?”

"Jangan khawatir. Dia sudah pulih,” kata Ishakan tajam. "Apakah ini saatnya untuk mengkhawatirkan orang lain?"

“… Ahh.”

Matanya beralih ke kakinya, dan dia bersamanya melihat anggota badan yang tidak bergerak, lemas seperti kaki boneka yang patah. Ketika dia mencoba untuk menggerakkannya sedikit saja, rasa sakit yang menusuk begitu tajam hingga air mata mengalir di matanya.

Dia ingat bagaimana dia jatuh ketika asap hitam Cerdina menyerangnya. Sesuatu pasti telah terjadi pada kakinya ketika dia menabrak dinding itu.

“Ini akan memakan waktu sekitar seminggu sebelum Anda dapat memindahkannya,” kata Ishakan. "Dan Anda akan setidaknya sebulan sebelum Anda bisa berjalan dengan baik lagi."

Suaranya dingin, tetapi mata Leah bertemu langsung. Ishakan mengatupkan giginya seolah-olah dia membalas kata-kata, dan kemudian dia diam-diam meraih dan membalik rok gaun tidurnya, memamerkan pahanya.

Matanya melebar saat dia melihat luka besar yang terlihat bahkan di bawah perban tipis di setiap paha.

"Anda akan memiliki bekas luka," kata Ishakan.

Sepertinya luka-luka itu telah dijahit saat dia tidur, tetapi bahkan rasa sakit itu tidak membangunkannya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa dia telah terluka.

Apakah asap hitam yang telah memotongnya? Mungkin karena pecahan batu dan pecahan kaca di lantai Ruang Kemuliaan yang telah melukainya. Dia telah fokus pada hal-hal lain pada saat itu, dan kakinya telah ditutupi oleh gaun itu.

Tapi parahnya luka itu membuatnya takut. Itu jauh lebih buruk daripada yang dia pikirkan.

"Bayi?" Dia bertanya mendesak. Tapi Ishakan tidak langsung merespon. Mulutnya tertutup rapat. “Ishak?”

Dia tiba-tiba takut dengan apa yang mungkin dia katakan. Tampaknya bayi serigala itu sehat ketika dia melihatnya mencabik-cabik dataran luas itu, tapi mungkin sesuatu telah terjadi padanya sejak saat itu.

Tatapannya tertuju pada mulut Ishakan, memintanya untuk berbicara.

"Bayinya baik-baik saja," katanya setelah lama terdiam. "Kurkan tidak mati dengan mudah."

"Tapi kamu manusia," katanya lembut, dan dia merasa hatinya tenggelam. Kata-kata singkat itu memiliki makna yang kuat. “Saya dapat pulih dengan cepat dari bahaya apa pun. Kamu tidak bisa."

Dia tidak mengutuknya. Itu adalah pernyataan fakta.

"Jangan tinggalkan aku sendiri," dia mengakhiri.

Wajahnya muram. Dia hampir meminta maaf, tanpa berpikir, tapi kemudian berhenti.

"...Aku tidak akan," katanya, mengulurkan tangan untuk membelai pipinya. "Mulai sekarang, kita akan selalu bersama."

Dia menatapnya diam-diam, dan Leah ragu-ragu sejenak dan kemudian mengulurkan untuk mencium bibirnya dengan ringan. Baru saat itulah Ishakan akhirnya rileks.

Bersandar di dadanya. Dia bisa merasakan kehangatannya saat dia mendengarkan detak jantungnya. Setelah beberapa saat, dia mengumpulkan keberanian untuk bertanya.

“Cerdina…apa dia sudah mati?”

Itu adalah pertanyaan yang sulit. Dia harus tahu apa yang terjadi padanya. Pasti, dia pasti sudah mati. Cerdina bahkan lebih kejam daripada berani. Leah hanya menyesal tidak bisa melihat Cerdina mati dengan matanya sendiri.

Tapi dia menatapnya dengan rasa gugup yang meningkat pada tanda kenakalan di matanya, dan senyum yang sama nakalnya.
.
"Dia melarikan diri."

*****

Yuk vote yukkk🥰