BURU BURU NIKAH (3)-(OnGoing)

Bab 293. Setelah Pertempuran (1)

“Haban, sakit,” keluh Mura, dan Haban meletakkan botol obat di tangannya dan segera mendatanginya untuk memeriksa perban yang melilit di tengahnya lagi.

"Apakah kamu sangat kesakitan?" Dia bertanya. "Apakah kamu ingin aku memijatmu?"

“Ya… kakiku…”

"Tentu saja."

Setelah perutnya ditusuk, Mura sempat tidak sadarkan diri selama sehari penuh. Tapi seperti yang diharapkan dari seorang wanita Kurkan yang kuat, hari berikutnya dia mulai pulih dengan cepat. Haban benar-benar memijat kakinya.

Dia telah diselamatkan dari kehilangan lengan selama pertempuran, berkat tindakan cepat Genin dalam memblokir serangan. Tapi Genin sendiri juga jatuh, karena patah tulang. Meskipun banyak orang Kurkan terluka parah, tidak satu pun dari mereka yang meninggal. Semuanya pulih dengan kecepatan yang khas.

Bisa dibilang, mereka tidak bisa meminta hasil yang lebih baik. Mura melihat ke luar jendela, ekspresi khawatir di wajahnya.

“Ratu…” gumamnya. "Apakah tidak ada perubahan hari ini?"

Haban berhenti dalam pijatannya.

"Ya," jawabnya dengan suara rendah.

Lea adalah manusia biasa. Meskipun tubuhnya lemah, dia telah bertindak dengan berani, tetapi dia telah membayar mahal untuk itu.

Sudah seminggu sejak hari pertempuran, dan dia masih tidak sadarkan diri. Mereka hanya bisa berharap bahwa dia akan segera bangun, bahkan ketika mereka menjadi semakin cemas. Tidak diragukan lagi dia membutuhkan waktu untuk sembuh, tetapi mereka tidak bisa tidak khawatir.

Berkat dia, tidak ada dari mereka yang mati. Jika Leah tidak ikut campur, tidak ada yang bisa mengatakan bagaimana pertarungan melawan Cerdina akan berakhir. Morga telah menyiapkan senjata untuk Ishakan untuk digunakan pada saat kritis ketika mereka mengganggu mantra Cerdina, tapi dia pulih jauh lebih cepat dari yang mereka duga. Itu telah membuat segalanya menjadi rumit.

Dalam membunuh Blain, Leah telah cukup melemahkan Cerdina agar pedang panjangnya bekerja. Tetapi tanpa pukulan kedua terhadapnya, tidak pasti bahwa mereka akan memenangkan hari itu. Dan bahkan jika mereka melakukannya, mereka akan memakan banyak korban.

“……”

Mura menunduk, matanya dipenuhi rasa bersalah. Tidak peduli apa hasilnya, dia seharusnya menghentikan Leah dari melakukan sesuatu yang begitu berbahaya.

"Aku tidak pantas untuknya," gumamnya. "Aku tidak cukup baik untuk menjadi dayangnya."

Matanya berkaca-kaca, dan meskipun dia mencoba menahan air matanya, air matanya akhirnya meluap. Haban diam-diam memeluknya saat dia mulai terisak.

"Kami akan menunggu lebih lama lagi, Mura," katanya pelan.

"Tetapi-"

"Aku yakin dia akan bangun," sela Haban tegas. Suaranya dipenuhi dengan tekad saat dia mencoba meyakinkannya. “Leah bukan tipe orang yang akan meninggalkan pasangannya.”

***

Dia telah membunuh seseorang.

Itu salah secara moral, tindakan yang harus dikutuk siapa pun. Sensasi memotong daging dengan belati sangat jelas.

Tapi Leah tidak menyesal. Bahkan jika dia bisa kembali ke masa lalu, dia akan melakukan hal yang sama. Kematian tampaknya merupakan hukuman kecil bagi Blain, dibandingkan dengan semua yang telah dia derita.

Ketika semuanya berakhir, kekuatan Leah meninggalkannya dan dia tertidur lelap. Dalam mimpinya, tidak ada lagi rantai, tidak ada lagi gembok, tidak ada lagi pintu besi. Dan di kejauhan, dia melihat seekor serigala kecil, berlari bebas di atas dataran yang luas.

Bulu peraknya mengacak-acak tertiup angin. Mata emasnya bersinar di bawah sinar matahari. Dia benar-benar sehat kembali.

Dia memperhatikannya berlari selama beberapa waktu sebelum anak harimau itu akhirnya menyadarinya. Telinganya menajam dan dia menyerbu ke arahnya, melompat ke pelukannya. Dia tertawa terbahak-bahak ketika dia menangkapnya, dan suara tawanya memenuhi dataran, begitu keras sehingga mengejutkannya.

Setelah itu, dia tidak sadarkan diri lagi, untuk waktu yang lama. Tapi waktunya akhirnya tiba ketika dia muncul lagi, merasakan seseorang membelainya dengan lembut.

Aroma rumput yang pahit menggelitik hidungnya. Perlahan, Leah membuka matanya, seperti seseorang yang terbangun setelah tidur nyenyak.

Kepalanya bersandar pada paha yang kokoh dan selembar kain lembut ditarik ke atas bahunya. Jari-jari panjang membelai rambutnya.

*****
Hai... We R Back🥰
Dukung terus novel ini yaa