BURU BURU NIKAH (3)-(OnGoing)

Bab 292. Hasil (8)

Lea kesulitan bernapas.

Dia tahu dia harus melarikan diri, tetapi setelah dia dibuang oleh asap hitam, kakinya sepertinya tidak berfungsi dengan baik. Dengan bersandar ke dinding, dia meraih dengan susah payah untuk memungut batu tajam yang pecah di lantai. Cerdina tersenyum dan memuntahkan lebih banyak darah gelap.

“Aku juga akan membunuhmu…” gumamnya.

Jarak di antara mereka menyusut dan menyusut. Cengkeraman Leah pada batu itu licin karena keringat, senjata yang tidak berarti di hadapan kekuatan Cerdina. Tapi Leah menahannya dengan sekuat tenaga.

“Sepertinya tidak adil?” tanya Lea.

Cerdina mengerutkan kening.

“Kau membunuh keluargaku. Anda mencuri segalanya dari saya ... "

Leah telah kehilangan kedua orang tuanya. Dia telah kehilangan haknya atas takhta.

"Jadi aku membayarmu kembali dengan cara yang sama."

Cerdina tersenyum mendengar kata-kata yang berani itu.

"Diam," katanya, mengulurkan tangan berdarah ke arah Leah. Wajahnya kosong dan tanpa ekspresi. "Aku tidak tertarik dengan kata-kata terakhirmu."

Tapi mata Leah beralih dari Cerdina, melewatinya ke orang yang dia tunggu-tunggu dengan cemas. Dia telah tiba.

Dia tahu dia akan datang tepat pada waktunya. Meskipun mereka tidak merencanakan ini sebelumnya, dia tahu itu, karena Ishakan akan selalu menyelamatkannya ketika dia dalam kesulitan.

Mata emasnya berkilauan. Pedang merah gelapnya menusuk Cerdina dari belakang, sebelum tangan berdarah itu bisa menyentuh Leah. Anehnya, bilah pedangnya tidak menancap melalui sisi lainnya. Itu menghilang seolah-olah meleleh begitu bersentuhan dengan tubuhnya.

“……!”

Cerdina menatap perutnya. Tidak ada luka yang terlihat. Kulit telanjangnya, terlihat melalui irisan kain, tidak menunjukkan jejak darah. Bibirnya bergerak saat dia menyentuh perutnya, tapi tidak ada kata yang keluar.

Hanya terdengar suara nafasnya yang tersengal-sengal.

Bagi Cerdina, rasa sakit itu seperti api ditusukkan ke perutnya.

Matanya menyipit dan dia mengeluarkan lebih banyak asap hitam, tetapi saat menuju Leah, tubuh besar segera memblokirnya, dan Ishakan meraih leher Cerdina dan melemparkannya kembali ke seberang ruangan.

Cerdina memberikan teriakan yang menusuk. Kekuatannya membengkak dan berkobar lagi, tapi kali ini asapnya lamban dan lambat menyebar, berganti warna. Dan secara bertahap, itu memudar.

Saat dia menatap asap yang menguap, Ishakan menerjangnya dan menangkap salah satu tangannya di tangannya. Ada jeritan mengerikan saat dia merobek lengannya dari tubuhnya, dan kemudian meraih lengannya yang lain dan melakukannya lagi, melemparkan anggota badan yang terputus ke lantai.

Darahnya membasahi dirinya.

Di kakinya, mata Cerdina berputar ke belakang saat dia pingsan karena kesakitan.

Perlahan, Ishakan berbalik untuk melihat kembali ke arah Leah, tatapannya bertemu dengan miliknya.

"Ishakan," bisiknya pelan.

Ishakan bergerak perlahan kembali ke arahnya dan duduk di sampingnya. Di atas mereka, melalui jendela di langit-langit, langit cerah, dan cahaya menjadi kuat dan terang dan menyelimuti mereka berdua.

Leah menatap pria di depannya, mata emasnya dipenuhi amarah, pupil matanya seperti binatang buas. Tapi dia tidak menoleh. Kemarahan itu bukan untuknya.

Tanpa berkata-kata, Ishakan memeluk tubuhnya yang gemetar, dan yang dia inginkan hanyalah memeluknya kembali sekuat yang dia bisa. Dengan bahaya yang segera berlalu, rasa sakit yang hanya dirasakannya samar-samar melonjak, dan Leah menahan erangan.

“Aku… aku baik-baik saja…” Dia mencoba berbicara dengan normal, tetapi suaranya serak. Dia harus berjuang agar matanya tidak terpejam saat dia memeriksa tubuh Ishakan, yang basah oleh darah orang lain. Rasa lega memenuhi dirinya ketika dia yakin tidak ada luka serius.

“Aku senang… kau tidak terluka…” bisiknya. Matanya terpejam dan bongkahan batu yang dia pegang jatuh dari tangannya. Saat dia kehilangan kesadaran, ada senyum tipis di wajahnya.

*****
. crazy up sampai disini dulu ya... Tunggu crazy up berikutnya🥰
Thanks yg udah selalu vote...komen...dan jg follow akun kita🥰