__________•••••__________
Pada akhirnya mereka semua bernafas lega, melihat si bungsu berdiri di podium bersama sebuah piala di tangannya. Bahkan Tara sudah meneteskan air mata bahagia dengan merangkul bahu istri tercintanya. Mereka semua bersama eyang Kakung dan eyang putri menonton olimpiade dari tempat yang sudah di siapkan oleh panitia, beberapa jam yang lalu mereka di buat menegang saat Olimpiade berlangsung tapi semua itu hilang dan sekarang tergantikan dengan rasa haru sekaligus bangga dengan pencapaian si bungsu Adinata tersebut
"Ya Allah ma! Kira-kira Adi pernah buat kebaikan apa ya di kehidupan sebelumnya? Kok bisa punya anak-anak sehebat mereka"
Sarah menyentil jidat putranya itu "Itumah gen dari Fara bukan dari kamu! Kamu mana pernah banggain mama waktu SMA, bikin malu baru iya! Hampir tiap hari mama sama papa di suruh ke BK!"
Naka terbahak "Wah parah banget sih itu mah, kalo Naka jadi eyang pasti udah di un-anak dari dulu" ucapnya mengompori
Yang lain tertawa, berbeda dengan Tara yang justru melotot pada putranya "Kamu itu! Mulutnya lemes banget!"
"Nah menurut eyang yang mirip Tara tuh ya cuma kamu ka, setiap orang tua ngomong pasti ikut ngomong" ucap Sutoyo
"Ih enak aja! Aku mau mirip bunda aja eyang"
"Mana ada mirip bunda? Bunda mah kalem kalo kamu kan kebalikannya" celetuk Yovi yang kembali membuat tertawa
"AYAH! BUNDA!"
Mereka semua menoleh ke asal suara, tak jauh dari mereka seorang gadis cantik berlari ke arah mereka, di kedua tangannya terdapat piala dan juga sertifikat juara
Rara, gadis itu langsung berhambur ke pelukan ayahnya. Tara tentu saja menerima pelukan tersebut dengan senang hati, ia tersenyum bahagia. Tapi tak bertahan lama saat mendengar isakan yang keluar dari mulut putrinya itu
Sembari mengusap rambut putrinya, ia bertanya "Loh kenapa nak? Kok malah nangis"
"Hiks M-maaf"
Semua orang semakin bingung di buatnya, Fara kemudian mengambil alih tubuh putrinya, ia memposisikan tubuh Rara agar menghadap ke arahnya
"Kenapa nangis hm?"
Gadis berpipi gembul itu menunduk seraya menyodorkan sertifikat di tangannya "maaf" ucapnya sekali lagi
Fara yang paham pun tersenyum dan membawa Rara ke dekapannya, dengan penuh kasih sayang ia memberikan usapan-usapan lembut di punggung putri kecilnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Adinata Daily' [TAMAT]
General Fictionkeseharian adinata family Ada yang minat? Yok silahkan mampir dulu:) Cerita ini dibuat berdasarkan halusinasi penulis wkwk, daripada cuma halu doang, kan sayang kalo gak diungkapkan, jadi setelah difikirkan matang-matang akhirnya di publish juga cer...