-
-
“Payah! Berikan padaku!”
Jeno merebut pistol air yang di pegang Renjun. Ia melakukan beberapa tembakan hingga Jeno menjatuhkan semua botol yang berjejer di sana.
Jaemin tersenyum lebar dan memberikan satu ciuman di pipi Jeno.
“Hadiah dariku.” Ucapnya setelah sukses membuat wajah Jeno memerah sampai leher.
Renjun mencebik lalu berkata tepat di telinga Jeno. “LEMAH”
Jeno rasanya ingin menendang Renjun menjauh darinya dan Jaemin.
Kemudian mereka berjalan kembali menuju tempat lain. Bermain dengan berbagai macam wahana bahkan Jaemin meminta Renjun dan Jeno menaiki roller coaster, Renjun berteriak kegirangan berbanding terbalik dengan Jeno yang wajahnya telah memucat.
Jaemin memberikan ciuman di pipi Renjun sebagai hadiah dan Jeno bersungut-sungut melihatnya.
Setelah kelelahan mereka duduk berjejer di sebuah kursi panjang dengan Jaemin yang berada di tengah-tengah.
“Terima kasih sudah mengajakku ke sini.” Jaemin berkata.
Renjun mengangguk sedang Jeno menatap lurus pada langit yang sudah gelap.
“Tetaplah seperti ini jika aku tak ada.”
Jeno dan Renjun menoleh bersamaan.
Renjun mendengus.
“Aku benci perpisahan.
Jaemin tersenyum tipis.
“aku beruntung memilikimu Renjun. Terima kasih sudah menerimaku.”
Renjun berpaling menghindari tatapan Jaemin. Berusaha menahan air mata yang hampir mengalir turun.
“Kapan lagi aku bisa membuat Renjun tak bisa berkata-kata.” Jaemin tertawa, hanya Jaemin yang tertawa. Jeno menatap Jaemin dalam diam.
“Aku menyayangimu Renjunie...!!!” Jaemin memeluk Renjun dari samping.
Habis sudah pertahanan Renjun.
Dia menangis sangat keras, mengabaikan banyak pasang mata yang melihat aneh ke arahnya, di sini hatinya sungguh sangat sakit, nafasnya terasa sesak bahkan hanya untuk mengambil nafas, sesak sekali seolah sesuatu tengah mengganjal di tenggorokannya.
Sampai kapanpun Renjun tidak akan sanggup kehilangan orang-orang terdekatnya, terlebih Jaemin satu-satunya orang yang tulus berteman dengannya.
“Renjun.... hiduplah dengan baik. Makanlah makanan sehat, pakai jaketmu saat musim dingin tiba, jangan abaikan lagi waktu jam makan dan juga minum vitamin, jangan lupa mengunci pintu rumahmu karena aku tidak mungkin lagi berkunjung, pasang alarm sebelum kau tidur juga... jangan lupakan kita.”
Renjun berpaling. Wajahnya telah basah dengan air mata, hidungnya memerah dengan bibir yang menipis menahan suara tangisnya yang akan pecah.
“Nana... huhuu.... hiks... jangan pherghiii....”
Renjun membalas pelukan Jaemin.
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL
FanfictionYang Cantik itu Na Jaemin Short Fic bxb friendship angst romance