28

1.5K 161 0
                                    



-


-


“Maaf merepotkanmu lagi....” Ucap Jaemin lirih.



Jeno mengeratkan pegangannya pada kedua kaki Jaemin karena Jaemin telah bersandar sepenuhnya pada punggung Jeno dengan lengan yang terkulai lemas pada bahunya.

“Aku tidak merasa di repotkan. Kau mengantuk?”

Jaemin mengangguk lemah.

“jangan tertidur dulu, kau belum mendengarkan sebuah pengakuan dariku.”

Jaemin bergumam sebagai respon.




Jeno masih melangkahkan kakinya. Setiap langkahnya terasa sangat berat karena Jeno tidak ingin mengembalikan Jaemin. Ia masih ingin menghabiskan waktu bersama pemuda manis ini. Jeno tidak ingin kehilangan setiap waktunya tanpa Jaemin. Ia tidak ingin berpisah.

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” Jeno bertanya.

“tidak buruk.” Jawabnya singkat.

Jeno terkekeh.

“Kau harus bahagia Na...” ucap Jeno.

Jaemin mengangguk. Pipinya kini bersandar pada bahu Jeno matanya terbuka dengan sayu.

“kau juga... harus bahagia.”

Jeno kembali tertawa.

“tentu saja.”



“Kau pernah jatuh cinta?” tanya Jeno. Jaemin tidak langsung memberikan Jawaban, ia nampak berpikir sebelum memberikan anggukan.

“beruntung sekali orang itu—

--yang berhasil membuatmu jatuh cinta. ” ujar Jeno.


“ku pikir tidak—“ Jaemin berkata.

“kenapa?”

“karena aku pesakitan dan aku tidak tahu apakah dia juga jatuh cinta padaku—“

Jeno terdiam beberapa saat.

“tidak ada yang tak jatuh cinta padamu—

Cantiknya Jeno.”

Jaemin menyelusupkan kepalanya pada bahu bidang Jeno merasa sangat salah tingkah.

“lalu—apa kau juga jatuh cinta padaku?”

Jeno berbalik menolehkan kepalanya kesamping ingin melihat Jaemin yang kini sedang menatapnya.

“Aku baru saja mengatakannya, tidak ada yang tidak jatuh cinta pada Cantiknya Jeno.”

Jeno tersenyum. Jaemin turut menarik ujung bibirnya.

"Terima kasih Jeno"


-



-

BEAUTIFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang