24

1.3K 161 2
                                    



-



-


Wajah Jaemin pucat, genggaman Jaemin pada telapak tangannya tidak seerat dulu, pemuda manis itu sering menjatuhkan benda secara tiba dan Renjun tak bisa melupakan ketika Jaemin tiba-tiba terjerembap tepat di depannya tanpa alasan.

Renjun berpikir sangat keras, ia tidak bisa bersikap seolah ia tidak mengerti apa-apa.

Ada yang di sembunyikan Jaemin, dan Renjun tidak akan diam sampai mendapatkan jawaban.

“Kau ingin mengaku atau aku akan mencari tahunya sendiri dengan membawamu ke rumah sakit?” Renjun berkata tegas saat keduanya sudah tiba di dalam kelas.

Jaemin memandang Renjun dengan perasaan takut. Bola matanya bergerak menolak menatap Renjun yang saat ini tengah menatapnya tajam.

“Ren... aku baik-baik saja.”

“Kau masih ingin berbohong setelah menghabiskan stok tisu di ruang kesehatan? Wajahmu pucat, hidungmu terus mimisan. Tanganmu bahkan bergetar saat memegang satu buah buku? Sampai kapan kau akan menutupinya Na? SAMPAI KAPAN?”

Percakapan keduanya menjadi pusat perhatian seluruh orang. Mereka tak pernah melihat Renjun sedemikian marah hingga meninggikan suara terlebih ke pada Jaemin.

“Renjunie...”

“Nana....” Renjun merengkuh tubuh itu sangat erat. Tangisnya pecah dalam pelukan Jaemin. “apapun itu, berbagilah padaku. Jangan seperti ini... aku sangat mengkhawatirkanmu.”

Jaemin perlahan membalas pelukan hangat Renjun. Mencari kenyamanan di sana dan menumpahkan segala rasa gelisah yang ada dalam hatinya.


-


-

BEAUTIFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang