Hanin, air galon di rumah habis. Tolong kamu beli ya. Sebentar lagi Mama pulang.
Hanin baru akan tidur siang, ketika membaca pesan dari Mamanya itu. Mau tidak mau, Hanin segera bangkit dari kasurnya dan mengecek galon yang dimaksud oleh Mamanya.
Rupanya benar. Hanya tersisa sedikit saja air yang berada dalam galon yang bertengger di atas dispenser tersebut. Hanin selalu begitu, tidak peka terhadap sekitar. Bahkan sudah beberapa kali gadis tersebut, mengambil air dari situ.
Setelah mengosongkan galon tersebut, Hanin dengan motor matiknya keluar ke minimarket depan komplek. Galon kosong tersebut diletakkan di sisi kanan bawah Hanin. Gadis tersebut sudah terbiasa membeli galon seorang diri.
Hanin tak langsung ke kasir untuk membayar galonnya. Akan tetapi, ia sengaja mengelilingi rak-demi-rak minimarket tersebut untuk memilih camilan di rumah. Stok camilan miliknya hampir habis. Padahal, camilan tersebut dibeli awal bulan lalu. Saking anak tersebut jarang sekali memakan camilannya.
Tiga snack berukuran agak besar sudah berada di tangannya. Segera ia membawa seluruh belanjaannya.
"Mbak, saya boleh minta tolong angkatkan galon itu ke motor?" pinta Hanin pada kasir minimarket tersebut.
"Boleh, Kak."
Namun, ketika kasir tersebut membuka pintu minimarket, temannya dari arah dalam memanggilnya. Terlihat mbak-mbak tersebut kebingungan. Karena sepertinya, panggilan mendesak. Temannya secara tak sabaran meneriakinya berkali-kali.
Melihat kebimbangan itu, Hanin secara tulus berbicara. "Mbak nggak perlu bantu saya, ya. Saya bisa angkat sendiri galonnya kok."
Tanpa banyak bicara lagi, kasir tersebut menghampiri temannya. Setelah sebelumnya mengucap maaf pada Hanin.
Mau tidak mau, Hanin mencoba untuk mengangkatnya sendiri. Karena sepertinya, masing-masing karyawan minimarket tersebut sedang sibuk dengan kedatangan stok barang baru.
Hanin mendekat ke jejeran galon di depan minimarket. Tujuannya meminta tolong diangkatkan adalah supaya Hanin dapat memegangi motornya itu. Namun, ya sudah, mau bagaimana lagi. Ia harus berusaha sendiri.
Meskipun tubuh Hanin tergolong mungil, tetapi mengangkat galon berisi air penuh adalah hal yang bisa ia lakukan sendiri. Meski sedikit kesulitan.
Dengan kekuatan penuh, Hanin mengangkatnya menggunakan kedua tangan. Sedikit tergesa-gesa berjalan ke tempat motornya terparkir.
Ketika ia hendak meletakkan galon tersebut di depan, secara tak sengaja ia mendorong motor tersebut agak kencang. Membuat motor yang tercagak itu sedikit oleng. Hampir jatuh apabila seseorang tidak menahannya dari sisi seberang Hanin.
"Eh, makasih," ujar Hanin setelah galon tersebut sudah terletak manis di sisi kanan.
"Iya sama-sam—"
"Kak Nio?" kaget Hanin begitu mendongakkan kepala dan menemukan orang yang masih ia ingat.
"Hai, Hanin!" Sapa cowok bermata agak sipit tersebut.
"Lho, Kak Nio kok bisa ada di sini?" tanya Hanin yang masih tak menyangka dengan kedatangan cowok itu.
"Ya. Rumah gue di sini, hehe."
"Hah? Serius? Kok bisa waktu itu gue nggak ngira kalau Kakak orang Bekasi juga."
"Udah nggak usah dipikirin," ujarnya seraya mengibaskan tangan beberapa kali. "Oh, iya. Lo mau balik?"
"Iya. Nih, habis beli galon." Hanin menunjuk galon yang baru saja dibelinya.
"Mau gue bantu bawa sampe rumah? Kayaknya lo kerepotan tadi."
"Nggak usah, Kak, makasih. Gue bisa sendiri. Cuma tadi kurang hati-hati aja."
"Nggak papa. Gue bawain pake motor gue aja. Lo jalan dulu. Gue ikutin lo dari belakang."
Dengan sedikit tak enak hati, Hanin menerima tawaran Nio. Karena Nio sudah memindahkan galon tersebut ke motornya sendiri.
***
Rasanya aneh. Ketika Hanin yang ke mana-mana terbiasa sendiri, harus dikawal seperti ini, oleh orang yang notabene baru dikenalnya.
Ketika sampai di rumahnya, Nio masih memaksakan diri untuk membawanya hingga ke dalam rumah. Meski hanya sampai di ruang tamu, tetapi Hanin tetap saja merasa tak enak.
"Sekali lagi, makasih banyak, ya Kak Nio. Dua kali Hanin ngerepotin Kakak."
Terdengar kekehan kecil dari bibir Nio. "Ga masalah lah, Nin. Santuyyyy!"
Hanin hanya mengangguk.
Setelah itu, Nio langsung pamit pulang pada Hanin.
"Oh, iya. Kapan-kapan kalau gue main ke rumah lo ini boleh?" tanya Nio.
Hanin tampak berpikir sebentar. Untuk pertama kalinya, ada seorang cowok yang meminta izin untuk menyambangi rumahnya lagi. Sejak dulu, tak ada teman cowoknya yang sekelas, bertamu ke rumahnya. Teman cewek pun masih dapat dihitung jari, yang sudah pernah ke rumah Hanin.
"Ehm, iya deh, Kak. Kabarin dulu aja yang penting," ucap Hanin merasa tak enak karena Nio sudah dua kali menolongnya.
Nio tertawa lagi. "Hubungin lo? Gimana caranya? Nomor lo aja gue belom punya!"
Hanin menepuk dahi. Lupa status mereka yang baru saja kenal. Otomatis mereka belum sempat bertukar nomor telepon.
Hanin pun memberikan nomornya pada Nio, yang langsung ditambahkan ke daftar kontaknya.
Setelah itu, Nio melajukan motornya menjauhi rumah Hanin. Hanin baru saja akan mengembuskan napas lega, ketika melihat Mamanya berpapasan dengan Nio di depan rumahnya.
Duh, semoga Mama nggak lihat kalau Kak Nio dari sini, batinnya merapal doa karena ia takut Mamanya berpikir yang tidak-tidak.
Hanin memasang senyum tertahan. Menyambut Mamanya pulang.
Setelah melepas helmnya, Mama Hanin mendekati putrinya.
"Siapa tadi, Nin?"
Deg! Jantung Hanin saling berdentum keras. Doanya tidak terkabul.
"Ehm, bukan siapa-siapa, Ma. Itu temen Hanin yang tadi bantuin motor Hanin hampir jatuh di depan minimarket," jawab Hanin sedikit cepat.
Mama Hanin mengangkat alis setengah tak percaya.
Hanin saling meremas jemarinya di belakang badan.
"Ya udah, Mama masuk dulu."
Setelahnya, Hanin berhasil mengembuskan napas lega sangat kencang. Semoga nantinya Mamanya tidak bertanya-tanya lagi soal Nio.
Selasa, 15 Februari 2022
❤️❤️❤️❤️
Kiw! Kiw! Kiw!
Nio datang lagiiiii!
Siapa yang oleh ke tim Hanin-Nio?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada Orang yang Sama (TAMAT)
RomanceSiapa bilang, kenangan dapat pudar oleh waktu? Siapa bilang, mencintai orang yang sama sejak lama, hanyalah omong kosong? Siapa bilang, cinta dalam diam hanya akan berujung pada rasa sakit? Siapa bilang? Siapa bilang? **** Selamat datang! Mulai 1...