Pukul 1 siang. Dafan sudah menghubungi Hanin untuk mengajaknya makan. Cowok itu tahu, mengajak Hanin sarapan tadi pagi, hanya akan mendapat penolakan terang-terangan. Gadis itu terbiasa tidak sarapan. Ditambah kesedihan yang pasti masih menggelayutinya.
Namun, sejak dua jam yang lalu, pesan darinya tidak mendapat balasan sama sekali. Bahkan tanda sudah dibacanya juga belum berubah. Sayang sekali fitur "terakhir dilihat" kontak Hanin disembunyikan. Sehingga Dafan tak dapat melihat pukul berapa Hanin membuka WhatsApp-nya terakhir kali.
Setelah berkali-kali menelfon dan hanya terhubung tanpa respon, Dafan mencobanya sekali lagi. Nihil! Masih sama!
Mendadak ia dihantam perasaan cemas! Apakah terjadi sesuatu pada gadis itu di kosannya? Atau gadis itu justru sedang tertidur pulas? Untuk mengeceknya, Dafan harus bergegas mendatangi kosan Hanin!
Dafan keluar kamar sembari mengenakan jaket. Terburu-buru. Mendekati lemari kaca, tempat Oka biasa menyimpan kunci motornya. Namun, tak ditemukan benda yang sangat berharga itu untuk saat ini.
Dafan membuka pintu kontrakan. Melongokkan kepala ke garasi. Rupanya motor Oka tidak ada.
"Okaaa, lo di mana sih, elahh?!!!" Teriak Dafan frustrasi.
Tak ada sahutan sama sekali. Dua temannya yang lain masih belum kembali ke rantauan. Oka tidak pamit kepadanya.
Ketika sedang mencari kontak Oka, deru motor memasuki pekarangan kontrakan Dafan. Panjang umur! Oka datang di waktu yang tepat.
"Mana kunci, kunci!"
Oka menatap heran. Dafan belingsatan seperti orang kesurupan.
"Kenapa lo? Kebelet berak apa gimana?" tanya Oka.
"Ah, lama lo! Gue harus ke kosan Mami! Hanin dari tadi nggak bisa dihubungi!" terang Dafan sembari menyambar kunci motor yang masih digenggam Oka.
"Lebay lo! Siapa tau dia lagi tidur tengah bolong gini!"
Dafan tak mempedulikan ucapan Oka. Firasatnya mengatakan Hanin dalam keadaan tidak baik-baik saja. Segera ia melajukan motor Oka dengan kecepatan di atas rata-rata.
***
Dafan diselimuti rasa bimbang. Sudah berada di depan kos Hanin, tetapi ia lupa bahwa itu adalah kos putri. Sudah pasti tamu laki-laki tak diperbolehkan masuk!
Dafan tak kehilangan akal. Mendatangi rumah Mami Kos. Menunggu beberapa saat hingga Mami keluar rumah.
"Ada apa sih, siang-siang ke sini? Ganggu Mami tidur aja!" kesal Mami sembari mengucek matanya.
"Dafan mau minta tolong, nih, Mi. Panggilin Hanin dong. Soalnya Dafan hubungi ga bisa dari tadi!"
Mami Kos mendelik garang. "Jadi, kamu teriak-teriak nggak jelas tadi cuma gara-gara minta dipanggilin Hanin? Yang bener aja kamu, ya!"
Mami Kos berbalik badan. Mengibaskan tangannya ke belakang. "Sana pulang! Hanin lagi tidur! Mami juga masih ngantuk!" ucap Mami Kos tak peduli.
Bahu Dafan merosot. Tidak berniat mencegah Mami Kos lagi. Apalagi, Mami Kos sudah menutup pintu rumahnya kembali dengan cukup keras. Dafan pun berniat menunggui Hanin di depan gerbang saja.
Namun, ketika kembali ke motornya, sebuah mobil sedan terparkir di depan motornya. Dafan kenal siapa pemilik mobil itu. Dengan perasaan jengkel setengah mati, Dafan menghampirinya.
"Mau ngapain lo ke sini, hah?"
"Ketemu Hanin!" balas Azam enteng.
"Masih punya muka buat ketemu Hanin, setelah lo sakitin dia?"
Azam yang tak paham ucapan Dafan, tak menggubrisnya. Mengetuk-ngetuk gerbang hitam yang menjulang tinggi itu. Berharap ada yang membukakannya.
"Kontak gue diblok Hanin. Cepet lo suruh Hanin turun," suruh Azam datar.
Dafan justru menepuk tangan keras-keras. Menertawakan cowok yang lebih tinggi sedikit dari padanya ini.
"Dia nggak mau ketemu sama lo lagi!" ucap Dafan tegas dan menusuk.
"Mau! Karena dia ke sini atas permintaan gue!"
Dafan masih mempertahankan seringainnya. "Awalnya iya! Tapi sejak dia ngeliat dengan mata kepalanya sendiri, cowok yang dia sayang tunangan sama cewek lain, dia jadi ilfil sama lo!"
Azam terkejut mendengar penjelasan Dafan itu. Tahu dari mana Hanin, kalau dirinya tunangan? Jadi, Hanin kemarin datang ke acara tunangannya? Dan apa kata bocah kemarin sore ini, Hanin menyayanginya?
Azam makin keras mengetuk-ngetuk gerbang. Keinginan untuk menemui Hanin makin menggebu. Bahkan kini Azam berani meneriakkan nama Hanin berkali-kali, agar cewek itu keluar.
Sementara yang dilakukan Dafan hanya duduk di atas motornya. Dalam hati mencemaskan satu nama yang hingga saat ini belum menampakkan dirinya.
Beberapa menit kemudian, seseorang keluar dari gerbang. Melotot garang kepada dua lelaki asing yang berdiri menutupi jalan ini.
"Ngapain sih di sini, Mas-mas? Nyari siapa?" tanya cewek dengan daster rumahannya itu.
"Hanin ada?"
Cewek itu tampak kebingungan mendengar nama asing itu. Dengan segera ia membalas, "Nggak kenal! Setahu saya sih ndak ada yang namanya Hanin di kos ini. Masnya salah—"
"INUL! Kalo keluar tuh pintunya tutup lagiiii!" teriak cewek lain dengan pakaian rapi hendak keluar kos.
Orang bernama Inul tersebut mencebikkan bibir.
"Iya, sabar, Madyaaa! Ini ada orang salah alamat. Nanya orang yang namanya Hanin!" teriak Inul pada Madya yang sudah duduk di atas motornya.
Mendengar nama Hanin disebut, Madya kembali turun dari motor. Menghampiri ketiga orang itu.
"Nih, Mas-mas kalo ndak percaya. Tanya aja sama temen saya. Ya, kan, di kos kita nggak ada yang namanya Hanin, Mad?"
Madya mendesah keras. "Kamar samping kamu, Inul!"
Inul terbelalak! Sejak kapan kamar kosong di sampingnya itu terisi? Bahkan Madya saja yang kamarnya di ujung mengetahuinya!
Madya tahu Inul akan mengeluarkan rentetan pertanyaan. Sebelum hal itu terjadi, Madya sudah lebih dulu menarik Inul masuk kos. Menutup pintu kos rapat-rapat. Lalu kembali menemui dua lelaki yang masih berdiri kaku di tempatnya.
"Jadi, kalian cari Hanin?" Madya memastikan sekali lagi.
Melihat anggukan mantap dari keduanya, membuat Madya siap memberikan informasi pada dua orang itu.
"Tadi Hanin diajak pergi."
"Sama siapa?" tanya Dafan tak sabaran.
"Nio!"
Hah?! Lutut Dafan seketika lemas. Kedua jemarinya mengepal. Rahangnya juga saling menggertak. Sedetik setelahnya, pesan dari nomor tak dikenal, masuk.
Jalan Cemara Nomor 4. Jangan bawa siapapun, kalau mau Hanin selamat!
Sabtu, 26 Februari 2022
❤️❤️❤️❤️
Ya, ampunnn!
Kira-kira apa yang dilakuin Nio ke Haninnn?
Terus kenapa juga Madya kenal sama Nio?
Haduhhh, Ninnn!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada Orang yang Sama (TAMAT)
RomansaSiapa bilang, kenangan dapat pudar oleh waktu? Siapa bilang, mencintai orang yang sama sejak lama, hanyalah omong kosong? Siapa bilang, cinta dalam diam hanya akan berujung pada rasa sakit? Siapa bilang? Siapa bilang? **** Selamat datang! Mulai 1...