Bikin geleng-geleng kepala

70 6 24
                                    

Kadang durasi itu tra adil, saat kita bersama orang yang istimewa dia bergulir cepat, namun dengan manusia menyebalkan rotasinya mendadak seperti siput dan kukang lambat!

AN/ HALO BESTEI MARLON BACK AGAIN BERSAMA SIH DOSGAN MERESAHKAN KITA CALON HUSBAND SI ACEANA

"Sir kenapa? Ada perlu apa?" Ace terus mengekor dibelakang Raizel yang membawa anak itu keluar dari kantin, melewati taman RJKM. Pandangan Ace jatuh pada kolom ikan yang banyak ditumbuhi bunga teratai. Pemuda itu bungkam bahkan ketika berbelok di prodi fakultas agama Islam dekat taman payung. "Sir saya mau dibawah kemana?" Ace stress sendiri laki-laki ini terus melangkah tanpa menanggapi pertanyaannya, dan malah menginstruksikan dia duduk dibangku semen tanpa bibir berucap. Batin Ace berteriak kesal, 'ini orang trada mulut kah atau bagaimana eee, tinggal bicara saja macam susahkah! Dasar dosgan.'

"Ace!"

"Ace!"

"Ace!"

"Ace!" Perempuan itu mengerjapkan mata seketika kaget saat jari Raizel didepan wajahnya tengah menjentik.

"Iya Sir?"

"Berhenti melamun! Mana tugas yang saya minta?!" Astagah masih dalam event lombah Unimuda cup 2 tetapi dosen satu ini minta tugas. Sumpah perempuan itu masih dalam mode bengong. Masih belum sadar. Terlalu tiba-tiba.
"Ace?! Tugas kelompok sudah mereka kumpulkan?" Perempuan MOI berdarah Sanger ini atau Papua blesteran Sulawesi ini tercengah sebab, wajah pemuda itu didepannya. Dengan duduk menghadap pula. Jantung berdetak, darah mengalir lebih cepat serius demi apapun. Ace sangat gugup hingga keringat dingin. Semua aksara tidak ada didalam bibirnya. Ditambah tangan Raizel yang mengusap dahi gadis itu yang tentu berkeringat. "Ace Ace, dengar saya ngomong tidak? Kamu sakit? Atau?"

"I am fine. Fine. Thanks," ucap perempuan itu terbata-batah. "

"Sudah Sir, tapi belum semuanya hanya sebagaian saja." Ace kembali berusaha mentralisir kegugupannya yang melanda perempuan itu.

"Ok selesai MK besok sore saya tunggu di prodi!" Pemuda itu enyah dari hadapan Ace dengan saputangan yang dia tinggalkan untuk perempuan itu, menghapus keringatnya. Dosen paling gila di Unimuda. Ace meraup udara sebanyak yang dia butuhkan. Sungguh kaki perempuan itu lemas dan tangan gementar. Entahlah kadang tindakan Raizel itu membuat terbang menebus langit ketujuh.

"Ace ayo pulang urusan sama dosgan tadi su beres toh? Ko kenapa pucat begitu?" tanya sepupu Ace. Perempuan itu diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Ella. Tanpa menunggu respon Ace. Ace sudah ditarik dari tempat itu. "Ko kenapa kah, kek orang kenah berita duka kah?" Ace justru sekarang depan gerbang jingkrak-jingkrak. "Ko tahu Pace bicara dekat apalagi sama sa. De kira sa tra gugup kah. Mama ee, de pu tangan pegang sa pu jidat lagi. Mama ee sa kaya mo lompat-lompat ee." Ella geleng-geleng kepala melihat reaksi Ace yang senang luar biasa. "Memangnya kenapa kah. Sampai ko senang sekali begini sa kepo ee."

"Jadi gini de tanya tentang tugas, sudah sa jawab. Ko tahu kita masih libur begini dan de tanya su lengkap sumpah Pace de terlalu rajin sekali. Jadi sa melamun dan yang seperti sa bilang."

"Sioooo enak apalagi kalau crush peka begitu. Sa rasa pace suka ko itu Ace!"

"Sembarangan saja." Ace menoyor kepala sepupunya sebelum mereka berdua naik taksi pulang.

....

"Yes, what happened Sir?" tanya Ace ketika berhadapan dengan laki-laki itu.

"Ikut saya sekarang!" Ace menatap Raizel seperkian detik dengan pandangan cengong menatap teman-temannya sebentar.

"Kode keras!" Yoseph senyum mengejek dari bangkunya. Telingah Ace menangkap suara temannya yang tomboy abis ini.

Yang lain hanya senyum menggodah ketika tatapan Ace menilik mereka semua. Ezri juga siap pula mengoda perempuan berambut sepundak dengan poni pada dahinya.

"Ini mau sibuk belajar atau sibuk bucinin dosen?" tanya Ace dalam hati sembari mengikuti Raizel yang jalan diluan menujuh prodi. Laki-laki satu itu. Hobi perintah-perintah. Buat inilah buat itulah. Sungguh untung dia tampan bahan bucin paling manis. Sungguh ini hal konyol niat Ace itu adalah. Belajar, salahkan saja. Muka Sir. Raizel yang kelewat ganteng itu. Kalau sikapnya humoris kaya Sir Agus. Sudahlah. Mungkin mahasiswa bakal gencar mendekatinya. Dingin kaya begini saja. Digilai. Rata-rata mahasiswi prodi bahasa Inggris.

"Ko tadi dipanggil pace Salim kenapa?"

"Bukan pace tapi, mas Salim!"

"Siooo, itu sudah maksudnya! Demi pace terlalu handsome sekali Beta tra sanggup bernafas. Makin berkharisma. Njiiitrrr!" Ace sudah mesem-mesem. Sebab omogan Haya. Perempuan berhijab asal Maluku itu.

"Kam dua bahas apa?" Yoseph bertanya. Karena pak Yoga dosen PKN yang menjelaskan itu. Membuatnya mengantuk. Dan dua perempuan disampingnya malah. Bercerita sendiri.

"Ini Ace tadi dipanggil pace Salim!"

"Yos! Ko lihat de foto neh ganteng parah!" Layar hp Ace dan Haya Yosehp lihat.

"Sa tra sanggup. Njirr kenapa de bisa ganteng begitu kah. Dalam nama eee. Ace gas gas. Sioooo."

"Bisa fokus ke depan sekarang!" Tiga perempuan itu kaget. Saat suara dosen mudah menyindir mereka.

Yoseph dengan wajah malas. Haya dan Ace dengan raut malunya. Dosen itu memang ganteng tapi masalahnya. Terlalu banyak menjelaskan, dari nada rendah hingga tinggi. Apalagi kalau mahasiswa yang sudah menguap. Yaa, siap-siap saja. Kadang mendengar nada teriak beliau. Dosen PKN dari ilmu pemerintahan itu.

Oh iya tugas writing dari Raizel itu buat kepala Ace nyaris pecah serius. Bukan hanya tugas tapi jurnal, artikel dan makalah. Gila benar dosen satu ini. Apa ini terlalu berlebihan. Namun, kata beliau, biar jangan kaget ketika semester atas. Yaa. Gitulah kata laki-laki irit bicara. Sekali bicara bikin mahasiswa jantungan sampai jungkir balik. Dan pengin nangis.

"Saya rasa penjabaran materi terkait. Sistem filsafat, cukup. Untuk kelompok presentasi Minggu depan harap dipersiapkan dengan baik selamat sore."

"Sore Pak. Thank you."

"Laki eee," teriak Febi senior mereka semester 6. Ketika laki-laki berkaca mata itu telah hilang dari kelas mereka.

"Bapa itu kalau bicara berjam-jam iyo sampai mengantuk patah-patah juga de tra peduli. Yang penting de jelaskan habis."

"Itu sudah." Sisilia menutup buku sembari menganguk karena ucapan Leoni perempuan itu telah menaruh tali tas pada dua pundaknya.

Ace dan Haya terus fokus membahas Sir Raizel tanpa terusik pada perbincangan mengenai Yoga Andrian. Sang dosen PKN.

"Pace ganteng iyo."

"Su bagus sudah tapi de menjelaskan bikin mengantuk." Yoseph memasang helem pada ubun-ubunnya.

Ace memasukkan buku kedalam tas dan menaruh ponsel diatas meja. " Coba Sir Raizel yang mengajar sa semangat parah ini."

Haya meneguk teh pucuk sebentar. "Kalau Pace yang mengajar tentu barang rame saja."

"Iyolah laki itu. Bisa-bisa tong bakulai gara-gara Pace ini." Komentar Ezri yang sedang mengabsen mereka.

"Iyo Pau dengan Gita yang baku pukul." Suara Ace ikut menyetujui.

"Bah trapp tong baku pukul, marih. Jadi siapa yang mo jadi pelakor?!" Gita meladeni sembari mereka mulai ngakak.

"Sa tra bisa bayangkan Pau dan Gita betulan berkelahi. Baru baku pukul. Dong dua baku coloh(saling mendorong di air). Dalam pulau unimuda ini. Gita ramas Pau batang leher." Ezri membuat mereka semua ngakak. Yoseph bahkan sampai jongkok didepan kelas tidak jadi menyalahkan mesin motornya.

"Kacok kacok." Paulina sudah menutup mulutnya saking tidak kuat ketawa. Tawa Gita yang memang membuat nular. Marlon pun juga ikut ngakak. Laki-laki bongsor itu pundak bergetar hebat bukan main lantas sudah satu kelas ngakak rame-rame sore itu.

"Sudah-sudah stop, eee sa tra kuat. Kaco sekali." Ace tongkah pinggang. Dengan tingkah para teman-temannya. Ya, jangan heran kalau bahas Raizel memang seheboh ini English21. Mahasiswa Bahasa Inggris angkatan 2021 itu akan rusuh kalau bahas Raizel.
 



VC [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang