Polisi sialan

28 5 0
                                    


Kesempatan kedua tidak selamanya ada, manfaatkan waktu ini dengan baik selagi bisa bukan tergantung siap dan kapan saatnya!

"Kayanya sa kenal perempua itu," ucap Thomas pada rekannya saat mereka berada difoodcournt. Lelaki yang melepas helm dari kepalanya

"Mana Thom," tanya laki-laki itu sembari melihat sekitar. Thomas memilih mengambil teh pucuk harum dan roti. "Perempuan yang muncrat air itu tra asing mukanya sa perna lihat." Pemuda berseragam polisi itu mengingat kembali wajah perempuan itu. "Tra bisa perempuan itu tra asing sekali Rio serius."

"Tunggu-tunggu." Rio menatap serius kawannya. "Nah itu dia orangnya." Laki-laki itu kini mulai paham dengan matanya. Thomas membalik badan dan melihat perempuan itu sedang tertawa bersama dua orang temannya lewat depan foodcourt. "Nah sa baru ingat ternyata perempuan yang didepan kapolsek Aimas."

"Nah benar sekali." Laki-laki itu menganguk sembari meneguk teh pucuk harum. "Cewek yang mau ko minta kenalan itu toh?"

"Iya sih, tapi kayanya de emosi soalnya de dorong motor depan kapolsek itu karena sa bilang 

menghalangi lalu lintas." 

"Ko juga terlalu iyo jadi tra bisa kasih biar saja kah, kenapa harus repot repot begitu ko sendiri yang susah toh. Mampus ko kalau PDKT menderingitalah."

"Sebenarnya sa mau minta kenalan cuma sa bingung."

"Parah ko tinggal kenalan saja repot." Rio memukul pundak Thomas hingga pemuda itu keselek teh pucuk harum. Anak itu menatap Rio kesal. "Apa wooii setan. Apa sa keselek ini."

"Thom, Thom."

"Apa Rio apa."

"Ada orangnya Thom."

"Kenalan sana."

"Potem." Kalimat Rio bertubi-tubi pada Thomas.

"Ko yakin?" Laki-laki itu menatap temannya ragu.

"Trada!" Pemuda itu balik mengeleng kepala pada Rio saat Ace melewati mereka yang duduk sambil berdiskusi soal perempuan itu anak itu membeli aqua botol bersama dengan gorengan.

Ace menoleh pada Haya dan Eta untuk memesan apalagi.

"Gorengan saja." Gadis yang pendek dengan poni didahi itu berjalan menujuh Ace. "Permisih." Suara itu Ace kenal telah berdiri disampingnya Thomas pun ikut membeli gorengan padahal niat laki-laki itu membeli roti. Rio dibelakang senyum dengan mengeleng kepala seakan bangga, tapi ujungnya jengkel juga kenapa pemuda itu tidak ajak kenalan saja, kenapa harus basah-basih lagi. susah amat. 

"Pak, maaf itu punya saya."

"Iya tapi saya sudah bayar ya,Dek."

"Maaf Bapak polisi kita, yang pesan diluan ya." Ace melihat Eta pun ikut emosi dengan polisi itu. 

"Maaf ya, saya sudah bayar permisih." Thomas pergi dari hadapan Ace dan Eta. Ace melihat Eta dengan mulut anak itu yang terus berkomentar kesal lapis jengkel. 

"Polisi setan, sialan binatang."

"Ko diam, jangan cari masalah." Ace menaruh jari telunjuk dibibir untuk diam.

"Sa emosi sekali Ace demi Tuhan, kan de bisa pesan sendiri kenapa harus ambil barang itu lagi kah." Perempuan kurus itu mengambil nafas mencoba sabar melihat polisi yang berbicara asyik dengan kawannya yang memakai topi hitam

"Sudah ah diam saja." Ace mengandeng tangan tangan Eta kembali pada meja mereka. Haya yang sibuk mengotak-atik hp-nya heboh saat dua perempuan itu kembali.

"Ko kenapa Eta marah-marah terus. lama-lama darah tinggi baru."

"Ko diam babi, sa jengkel ini."

"Ih orang tanya baik baik baru setan."

"Eh, anjing ko diam. Sa lapar ini." Perempuan itu mencomot pisang goreng dalam kantung plastik. Haya melihat Ace yang diam saja mendengar kata-kata mutiara dari mulut Eta. "Gara-gara perkara pisang goreng sama papol."

"Kenapa dengan papol lagi cerita dulu." Eta menatap Haya emosi. "Ko tra bisa diam ee sa juga jengkel ini tapi tra begitu." Ace tentu yang harus mengambil ahli menjelaskan. Karena Eta kalau emosi kebun binatang dan segalah isinya yang akan meluncur. 

"Jadi kenapa ini. Kam dua kenapa kah. Cerita cerita beta kepo ini." Ace pasrah dua temannya kenapa tadi mereka tidak dikantin saja. Kenapa harus foodcourt ini. Sekarang dia harus pusing karena begini sementara dibangku sebelaha Rio terus mengolok olok Thomas yang bukan ajak kenalan malah buat ribut. suasana sehabis salat zuhur untuk mereka yang menjalankan amanah ibadahnya. 

"Seharusnya ko ajak kenalan kenapa ko bikin ganas begitu?!" 

"Sa bingung. Sa harus bagaimana?"

"Parah sih, tapi bagus karena nanti de hafal ko mati, de hafal ko sekali eh." Thomas mencuri pandang pada bangku sebelah. Dimana keberadahan Ace dan Eta serta Haya yang bacot disana. 

"Parah ko Thom. Parah sekali." Rio mengeleng kepala karena tiga perempuan itu begitu gaduh. Dua laki-laki ini hanya terkekeh. Suasan siang itu memang sangat berisik didetik-detik jam dua siang. Terik matahari yang luar biasa panasnya Thomas dan Rio harus kembali ke polsek Aimas setelah pagi tadi ada kegiatan digedung malak 2.7 "Kenapa kesempatan emas ko sia-siakan." Teguhkan terahkir dari sisah teh pucuk harum sebotol itu masuk dalam tong sampah. setelah berhasil membasahi tenggorokan Thomas.

"Lain kali saja mungkin sa kurang beruntung." Pemuda itu menstarter motornya dan dua laki-laki itu pergi dari foodcourt.

Melihat dua manusia berseragam polisi mengilang dari area kampus. Membuat Ace menarik nafas dan bersyukur sebab dari tadi dia harus menutup mulut dan muka karena ulah Eta yang berkoar-koar emosi.

Tempe goreng dikunyah gadis itu serasa bisa sedikit menganjal demo dalam perutnya. "Tuhan berkati pace polisi itu saja kurang ajar memang de kira de siapa." Karena capek mendengarkan bacot dari mulut Eta. Ace menjelaskan sekilas peristiwa menyebalkan tadi. "Eta ko itu baru selesai operasi marah-marah terus." Suara Haya yang heran dengan mendengar penjelasan dari Ace. "Ahh ko diam siapa yang tra emosi coba. Masalahnya sa juga lapar wehh."

"Tapi tra begitu juga kan?" Entah berapa stok sabar yang Ace punya untuk menghadapi  perempuan dengan hobi animen garis keras ini.

"Sudah-sudah tra usah ribut." Haya menimpali padahal tadi Ace yang menengahi dia dan Eta kini malah sebaliknya. Tiga perempuan itu memilih pulang saja karena sudah tidak ada mata kuliah. Namun dari perpustakahan Raizel muncul dari sana Eta-lah yang menyadari hal itu berbeda dengan Ace yang tiba-tiba diserang lemot mendadak entah terlalu banyak tugas atau apa. 

Lengan Eta maupun Haya menyengol bahu Ace tapi memang siang ini perempuan itu hilang konsentrasi entah karena polisi sialan itu atau karena Haya dan Eta yang ribut.

"Ace sini, kamu saya perlu saya kamu." Bak anak ayam yang menemukan induknya Ace seakan kembali pada realita lagi meskipun tidak ada kalimat dari bibir tipisnya itu. Atau sekadar kata yes sir  Eta kembali melotot urat leher anak sampai menonjol, Haya geleng kepala dengan menutup mulut sangkin kaget respon Ace yang demikian.

"Dalam nama Yesus. Ace ko pikir barang apalagi. Pace dosen ada pangil ko ini." Anak itu mengucang dua pundak Ace. Soalnya dari beliau didepan pulau muntas hingga gedung FST juga anak itu tak kiat mendengarkan. 

Haya tak tinggal diam dia pun ikut mencolek lengan temannya itu tak ada gunanya begitulah Ace tak kian sadar hingga Raizel betualan nongol depan mukanya.

"APRYANI" Tubuh perempuan itu otimasi bergerak menghadap Raizel 

"Sir saya dan Haya pamit ya. Permisih." Pemuda itu menganguk singkat. Bibir Ace bergerak mengatakan jangan tapi dua perempuan itu dengan sadis meningalkan dia bersama dosen yang tak lain dan tak bukan Raizel.

"Telingah kamu belum dibersihkan? Lain kali kupingnya difungsingkan jangan hanya dipajang sebagai aksesoris diubunmu! Atau suara saya terhalang polisi difoodcourt itu ya?"

Ace ini merespon tapi....

VC [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang