Kini sudah terhitung tiga hari Atlas dan Oris menginap di kediaman Archduke Zavton. Sesuai apa yang dikatakan, mereka akan kembali dalam beberapa hari lagi.
Hari ini Zerlyn mendapatkan undangan perjamuan untuk pertama kalinya –sejak ia pindah ke masa lalu-
Tentu saja ia senang bukan main, ia penasaran dengan orang-orang yang ada di kehidupan ini. Apakah kehidupan zaman sekarang lebih baik jika dibandingkan dengan kehidupan di masa depan? Atau sebaliknya?
Setiap malam sebelum tidur, ia selalu menerka-nerka. Apa yang akan terjadi padanya dikehidupan ini. Dari masa depan ia tau, bahwa Zerlyn dibunuh oleh Adolf, tapi . . . apakah ia akan bernasib sama dengan Zerlyn yang ada di museum bersejarah?
Zerlyn duduk di tepi kasur, memegang surat yang diberikan oleh ibunya. Ia mengusap pelan kertas itu, menatapnya dengan sedu. Ia tidak bisa membaca aksara dalam zaman ini!
"Tulisan apa ini . . . aku bahkan tidak bisa membacanya sama sekali"
Gadis itu memang sangat menyukai sejarah, banyak hal yang sudah ia baca mengenai sejarah negaranya, tapi ia tidak mempelajari tulisan pada masa lampau. Ia hanya membaca dari buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa modern, di museum juga hampir semua sudah ada terjemah dalam masa modern.
Ia berjalan ke meja duduknya, menuliskan beberapa hal dalam buku catatannya.
BELAJAR HURUF
Ia menulis itu dengan besar, supaya ia ingat.
Ada yang aneh, jika ia tidak bisa membaca aksara dalam zaman ini, lalu mengapa ia paham dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang? Abahkan ia bisa berintraksi dengan semua orang. Aiiish . . . Zerlyn malas memikirkan itu. Yang terpenting sekarang adalah belajar tulisan zaman ini agar tidak terlihat bodoh.
Kali ini ia mempunyai rencana lagi. Ia harus mendapatkan sekutu sebanyak-banyaknya dan mencari orang yang bisa ia percayai.
Ia akan datang ke perjamuan itu, untuk mendapatkan teman.
Saat sedang duduk sembari menatap tulisan yang ada di buku, pintu kamar Zerlyn diketuk
"Zerlyn?" panggil orang yang ada di luar sana
"Atlas?" Zerlyn membuka pintu kamarnya "Ada apa?" sambungnya
"Hanya mengajakmu keluar. Apa kau tidak bosan?" pria itu menjawab
Sejujurnya, ia sangat bosan. Tidak banyak yang ia lakukan di malam hari, tidak ada televisi untuk melihat berita, tidak ada internet untuk mengetahui isi dunia, dan tidak ada alat lukis. Hanya duduk termenung di dekat jendela atau berjalan-jalan keliling kerajaan. Apa lagi yang bisa ia lakukan dengan keterbatasan yang ia miliki sekarang? Tangannya masih terluka.
"Bosan"
Atlas tersenyum sumringah. "Kalau begitu ayo kita keluar! Oris sudah menunggu kita" Atlas menggandeng tangan Zerkyn, menuntunnya keluar.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang? Ini sudah gelap" ujar gadis berambut lavender itu.
"Ikuti saja"
Zerlyn hanya mengikuti Atlas berjalan. Ia tidak tau mau dibawa kemana.
Namun, setelah sampai di tempat tujuan, ia menganga dengan apa yang dilakukan oleh kedua temannya yang absurd tapi berguna itu.
Di malam yang gelap dan dingin . . . mereka bertiga duduk berjejer di tepi danau untuk . . . memancing ikan.
"Nah . . . ini akan mengiburmu sedikit" ujar Atlas
"Aku bahkan tak mempunyai keahlian dalam memancing" Zerlyn menatap Atlas datar.
"Aku mempunyai umpan, Oris sudah mencari kayu dan tali" Atlas kemudian menunjukan ember yang berisi daging cincang
"Kami bisa mengajarimu. Pertama. Ikat tali pada kayu" ujar Atas yang diikuti oleh kedua temannya
"Sudah? Lalu ikat daging pada tali di ujung" Atlas mempraktekannya, diikuti oleh Zerlyn dan Oris
Atlas tersenyum ceria. "Terakhir. Lempar tali jauh-jauh agar dapat ikan yang besar" Atlas kemudian melempar tali pada danau
Lagi-lagi Oris dan Zerlyn mengikuti Atlas.
Mereka bertiga berdiam diri sekitar sepuluh menit, belum ada ikan yang di dapat. Yang ada nyamuk-nyamuk yang menggigiti mereka secara bergantian dan bunyi serangga yang bersaut-sautan dimalam hari.
Atlas beberapa kali merubah posisi. duduk, berdiri, dan berlari-lari di sekitar -pemanasan untuk menarik ikan yang besar-
Dua orang masih tetap dalam posisinya, memandangi danau yang sunyi sembari menahan dinginnya malam.
"Sebenarnya . . . apakah di danau ini ada ikan?" tanya Zerlyn
"Aku tak tau, hanya mengikuti Atlas" Oris menyaut
"Aku yakin di sini terdapat ikan, hanya saja ia malu-malu untuk menunjukan dirinya" ujar Atlas. Asal kalian tau, Atlas juga sebenarnya meragukan itu. Seingatnya dulu ada ikan, beberapa tahun yang lalu sih.
Kedua teman Atlas menatapnya datar, yang ditatap hanya merenges.
"Ah . . . aku berkeringat. Memancing cukup menguras tenagaku" celoteh Atlas yang kini kembali duduk di samping Zerlyn
Apa tadi? menguras tenaga? dua orang yang kini duduk diam bahkan tak mengeluarkan keringat setetespun karena terlalu udaranya yang cukup dingin, hanya pria berambut silver itulah yang merasa memancing sangat membuang tenaga.
"Besok aku akan mengadiri undangan dari Putri Countess Gierra" ujar Zerlyn
"Kau datang?" tanya Oris
"Hm"
"Kami akan ikut" Ujar Oris
"Kalian tidak diundang, hanya aku" balas Zerlyn
"Tidak peduli" balas Atlas
"Kalian memang tidak tau malu" gumamnya sangat pelan, tidak ada yang mendengarnya sama sekali
"Aku bosan menunggu ikan yang tak kunjung datang. Apakah kita punya lentera yang bisa diterbangkan ke atas?" tanya Zerlyn dengan antusias
"Kita harus bertanya pada ayahmu, karena kami tidak tau, Zerlyn" ujar Oris
Zerlyn berdiri dari tempat duduknya. "Baiklah, ayo temui ayah" Zerlyn berjalan keluar dari area danau bersama Oris dan Atlas.
Mereka bertiga pergi meninggalkan alat pancing yang masih berada di danau dengan tali yang bergerak-gerak pelan
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Soul; Back to the Past
Fantasy[ Fantasi Gometis Series #1 ] Zerlyna hidup mandiri sejak usianya menginjak 16 tahun, hal itu disebabkan karena kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat sedang melakukan perjalanan untuk berlibur. Hidup di negara Mourixia sebagai sebatang...