Rencana

1.3K 156 2
                                    

Setelah selesai berkeliling dan mengamati para ksatria yang sedang berlatih, kini mereka pergi ke meja makan untuk sarapan. Di sana bukan hanya keluarga Archduke Zavton saja, tetapi juga terdapat Atlas dan Oris.

Mereka semua duduk di kursi masing-masing, di depannya terdapat meja panjang yang di atasnya terdapat makanan mereka.

Zerlyn duduk di sebelah Alton berhadapan dengan Atlas.

Zavton memulai makan malam itu kemudian diikuti oleh yang lainnya. Zerlyn menatap daging panggang yang ada di depannya, daging itu terlihat menggoda hingga membuat ia menahan air liurnya. Ia sudah terbiasa memakan daging dengan menggunakan pisau dan garpu sehingga ia tidak kesulitan jika harus melakukannya.

Tapi kondisinya saat ini... tidak memungkinkan dirinya memotong daging itu dengan satu tangannya. Zerlyn hanya menatapi makanannya saat yang lain sedang menyantap makanannya. Alton yang duduk di sebelahnya menyadari bahwa kondisi adiknya tidak memungkinkan untuk memotong daging di depannya.

Alton menarik piring Zerlyn dan menukarnya dengan daging miliknya yang sudah dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Tindakan itu menjadi perhatian semua yang sedang menikmati sarapan.

"Terimakasih" ujar Zerlyn tersenyum pada kakaknya, kemudian ia memakan daging itu dengan garpu menggunakan tangan kirinya. Tak ada suara lain selain suaranya, yang ada hanya keheningan.

Saat ada di kehidupannya yang dulu ia terbiasa makan dengan keadaan hening karena ibunya selalu mengajarkan bahwa saat makan tidak boleh berbicara jadi, ia biasa saja dengan kondisi sarapan sbersama saat ini yang hanya dipenuhi keheningan.

Banyak makanan yang disajikan pada mereka untuk sarapan, tapi semua makanan itu tidak berkarbohidrat. Makanan yang terakhir disajikan sebagai penutup adalah sebuah Apple pie, setelah memakan menu itu, sarapan pun selesai.

Zavton mengelap pelan mulutnya dengan kain yang ada di depannya "Zerlyn, ayah ingin kamu mengambil kelas tata krama" ucap Zavton

"Apakah aku kurang tata krama?" tanya Zerlyn dengan polos. Menurutnya semua tindakan yang ia lakukan dari pertama kali ia berada di zaman ini hingga sekarang tidak ada yang diluar batas. Dia masih menggunakan sopan santun pada yang lebih tua dan tidak mengumpat di hadapan mereka semua

"Bukan begitu sayang, ayah lihat sejak kau hilang saat itu kau jadi tidak menaati beberapa tata krama. Ayah tak masalah jika kau tidak bertata krama di hadapan keluarga dan sahabatmu. Ayah hanya khawatir para bangsawan lain akan membicarakanmu karena mereka menganggap kau tidak memiliki tata krama" Zavton menjelaskannya agar tidak ada kesalahpahaman

Mendengar penuturan ayahnya membuat Zerlyn bergidik ngeri. Sudah cukup ia mengetahui fakta bahwa ia akan dibunuh beberapa bulan yang akan datang, ia tak mau menambah musuh yang dapat mempercepat kematiannya. Ia ingin hidup damai sekarang. "baiklah, itu juga demi kebaikanku. Tapi aku akan mengajukan satu syarat" ujar Zerlyna

"Apa syaratnya?" Zavton menatap Zerlyn dengan serius

Zerlyn meletakan garpunya. "Aku ingin berlatih menggunakan pedang dan memanah" ujar Zerlyn dengan percaya diri. Ia akan menambah skill agar ia tidak menjadi wanita lemah. Ia perlu menambah keahlian agar bisa melawan orang-orang yang berencana menyakitinya di masa depan

Zavton kaget dengan penuturan anaknya, akan tetapi ia berhasil mengendalikan mimik wajahnya, sehingga yang terlihat saat ini adalah Zavton yang temgah memandang Zerlyn dengan datar. "Itu berbahaya" Zavton membalasnya dengan tegas

Perkataan Zavton benar, tidak banyak gadis yang mempelajari kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh para pria. Hal itu terjadi karena pedang tidak bisa digunakan secara sembarangan karena dapat melukai orang.

Lost Soul; Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang