Sudah empat minggu Zerlyn terus mengasah kemampuan menggunakan pedang. Sudah banyak gerakan-gerakan yang sudah ia pahami dan dalami, tak sedikit pula tips dan trick melawan musuh yang diberikan oleh Atlas dan Kai.
Jadwal Zerlyn setiap hari cukup padat, dimana setelah sarapan ia harus mengikuti kelas tata krama, setelah selesai kelas ia harus belajar banyak hal tentang zaman ini, kadang ia berlatih menggunakan pedang dari sore hingga malam hari.
Tak ada waktu yang cukup banyak untuk dirinya bersantai ria menikmati kemewahan yang didapatkan. Memikirkan tak lama lagi ia akan dibunuh cukup membuatnya ketakutan.
Sejujurnya, ia mulai nyaman berada di sini. Sudah hampir dua bulan berada di sini, Ia mendapatkan apa yang tidak ia dapatkan di kehidupan yang lama.
Ia teringat, setelah kematian kedua orangtuanya dan adiknya, ia benar-benar kesepian. Tak punya 'rumah' untuk pulang.
Tapi di sini, ia menemukan banyak orang yang menyayangi dirinya. Ya . . . sejujurnya yang tidak terlalu ia suka di zaman ini adalah banyaknya peraturan yang harus ia patuhi. Tapi tak apa, kalau tak ada yang melihat, melanggar bukan hal besar bukan?
Hari ini ia akan berlatih di pagi hari karena kelas tata krama ditiadakan hari ini, madam yang mengajariku pergi mengambil cuti untuk merawat anaknya yang tengah sakit.
Aku duduk sembari berjemur di bawah matahari. Matahari mengandung vitamin D yang baik untuk imunitas tubuh, jadi ia menyengaja berjemur agar sehat.
Dari kejauhan, Zerlyn dapat melihat dua orang yang tengah berjalan kearahnya. Ah . . . itu pasti kai dan Atlas. Dengan segera zerlyn berdiri karena ia tau pasti pelatihan akan segera dimulai.
Ada yang aneh dari dua pria itu, Zerlyn hapal betul jika rambut kakaknya berwarna Lavender, sedangkan yang bersama Atlas bukan.
Zerlyn menyipitkan matanya, memastikan wajah orang yang bersama Atlas. Setelah memastikan siapa yang bersaa Atlas, tak ada sedetik kemudian ia berlari menuju pria yang bersama Atlas.
Itu Oris!
Zerlyn berlari dan memeluk pria itu secara refleks karena bertemu dengan sahabatnya setelah sekian lama.
"Kenapa kau datang lama sekali?" tanya Zerlyn
"Astaga . . . mataku melihat adegan kotor" Atlas menutupi matanya
Zerlyn segera melepaskan pelukannya dan beralih menatap pria berambut platinum di depannya dengan segera ia menendang kaki pria itu
"Kau hobi melakukan kejahatan!" Atlas mengeluh
"Oris, mari kita tinggalkan mahluk tak kasat mata ini, dia sangat tidak tau kondisi." Zerlyn menggandeng tangan Oris menjahui Atlas.
Atlas yang ditinggal tentu saja tidak akan berdiam diri di sana. Ia mengikuti kemana Zerlyn dan Ors pergi.
Mereka duduk di bawah pohon buah apel. Pohon yang menyimpan banyak kenangan.
"Padahal tadi aku sudah berakting seperti drama romantis yang pernah aku tonton, tapi kau merusak suasananya" ujar Zerlyn
"Kau pernah menonton drama? Dengan siapa?" tanya Atlas
"Sendirian. Bahkan aku menangis hingga mataku bengkak seperti anggur" Zerlyn menceritakan pengalamannya
"Menyedihkan sekali karena pemeran utama wanitanya harus merenggut nyawa karena dibunuh"
"Ada pembunuhan?!!" Ucap Atlas dengan keras
"Tidak ada, itu terjadi dalam film dan drama" balas Zerlyn
"Kau bilang ada pembunuhan?" Atlas bertanya dengan wajah kebingungan, saat seperti ini ia terlihat lucu sekali haha
"Manusia kuno tidak akan tau apa itu film, lebih baik lupakan"
Atlas syok hingga membuatnya menutup mulutnya dengan tangan. "Aku manusia kuno?"
"Kalian semua manusia kuno" Zerlyn menunjuk kedua temannya
"Hai, aku manusia kuno bernama Atlas, siapa namamu?" Atlas menyodorkan tangannya pada Zerlyn berniat menjabat tangannya
Zerlyn membalas jabatan tangan Atlas "Aku manusia modern"
Melihat tingkah mereka berdua membuat Oris tersenyum lebar. "Sudah, hentikan"
Keduanya mengangguk secara bersamaan.
"Kenapa kau pergi lama sekali? Aku fikir kau hanya kan pergi beberapa hari. Ternyata sudah hampir satu bulan" Tanya Zerlyn
"Ada beberapa hal yang harus aku urus atas perintah kakaku. Aku pergi ke kerajaan sebelah" Jawab Pria bermata sipit itu
"Kau terlihat sedikit kurus, ayo kita makan – makan merayakan kepulangan Oris! Aku yang memasak" Ujar Zerlyn dengan sumringah
"Kau melupakan tugas yang harus kau lakukan? Bukankah kau harus berlatih?" Atlas bertanya pada gadis berambut lavender di sebelahnya
Zerlyn tersenyum "Untuk hari ini saja, Aku libur ya? Guru" Zerlyn dengan sengaja menyebut Atlas dengan sebutan 'guru' berharap pria itu dapat dirayu, namun ia tidak mendapatkan respon dari pria berambut platinum itu
"Ya? Boleh?" Zerlyn mengedipkan matanya dengan cepat dan bertingkah gemas yang dibuat buat
Atlas yang tak tahan melihat tingkah temannya itu dengan segera menutupi wajah Zerlyn dengan tangannya dan berpura-pura muak. "Oris, ada yang tidak beres dengan teman kecil kita yang satu ini"
"Sepertinya ada yang merasuki tubuhnya, ayo kita lakukan ritual pengeluaran setan" Oris menjawab dengan wajah serius. Keduanya mengangguk bersamaan.
Dua pria itu berdiri dan mengangkat zerlyn pada bagian lengannya. Oris mengapit sebelah kanan dan Atlas mengapit tangan kiri Zerlyn dengan Zerlyn yang diseret menghadap ke arah sebaliknya. Kaki Zerlyn terseret menyapu tanah, entah ia juga tidak tau ia akan dibawa kemana. Tapi ia tidak bohong jika ia lapar sebab itu tadi ia mengajak Oris untuk makan.
"Tidak ada libur, kita akan berlatih satu gerakan menyerang saja hari ini. Setelah itu baru kita makan" Ya, benar sekali. Ia diseret menuju lapangan terbuka untuk berlatih pedang. Padahal ia lapar sekali, memang salahnya terlalu berambisi, sekarang Atlas bahkan tidak memberi toleransi padanya.
"Sebelum aku ajarkan, lakukanlah pemanasan dengan melawan Oris." Atlas kemudian pergi beberapa langkah untuk mengambil pedang kayu yang tergeletak.
Setelah Atlas memberikan pedang itu, Oris melepas jas yang dipakainya dan melemparkannya pada Oris. "Kau yang mulai terlebih dahulu"
Zerlyn menyerang Oris bertubi-tubi, namun yang diserang hanya menghindar dan melawan beberapa kali. "Lebih sulit daripada Atlas dan Kai" ujar gadis itu
Satu kali Oris menyerang Zerlyn, gadis itu masih bisa bertahan. Namun, untuk serangan Oris yang ke 4, gadis iu gagal. Pedang yang ia gunakan jatuh dan pedang milik Oris kini tepat berada di depan perutnya.
"Ambil pedangmu lagi, Atlas, kemarilah" Atlas menghampiri keduanya, Oris memberikan pedang itu pada Atlas kemudian ia lari mengambil pegang yang lain.
"Lawanlah kami berdua" Perintah Oris.
Zerlyn melotot terkejut dan terkekeh. "Hei . . . jangan bercanda seperti itu"
Namun wajah keduanya terlihat sangat serius, bahkan keduanya tidak tersenyum bahkan tertawa
Wajah ketakutan Zerlyn terlihat jelas "Serius?"
Ia memandang Atlas "Serius?" berharap Atlas dapat menyelamatkannya, tapi nihil.
"Aku bahkan tidak seahli itu, bagaimana bisa melawan kalian berdua?" Zerlyn berkata demikian, tapi tubuhnya kini sedang mengambil posisi
Atlas menyerang Zerlyn tanpa aba-aba, Zerlyn dengan cepat menahan serangan dan melawannya, setelahnya Oris ikut melawan.
2 lawan 1, ternyata tidak sesulit itu, buktinya ia bisa melawan kedua pria di depannya. Walaupun beberapa kali ia kesulitan, tapi setidaknya ia dapat bertahan dengan baik.
Tidak, Zerlyn berbohong, ia bisa merasakan bahwa tubuhnya terasa sakit. Berlatih bersama Oris ternyata lebih menguras banyak tenaga dibandingkan biasanya.
Sudah dua jam mereka berlatih, mereka memutuskan untuk berhenti dan mengisi perut mereka sesuai keinginan Zerlyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Soul; Back to the Past
Fantasy[ Fantasi Gometis Series #1 ] Zerlyna hidup mandiri sejak usianya menginjak 16 tahun, hal itu disebabkan karena kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat sedang melakukan perjalanan untuk berlibur. Hidup di negara Mourixia sebagai sebatang...