Ketiganya berjalan mencari sang pemimpin kastil. Sudah beberapa tempat mereka datangi, akan tetapi pria dewasa yang mereka cari tak kunjung ketemu.
Mereka berjalan di taman, berdasarkan informasi yang mereka dapat, pria dewasa yang kini tengah mereka cari terlihat berjalan ke arah taman.
"Untuk apa ayah berjalan-jalan di taman malam malam begini" gerutu Zerlyn
"Jangan tanya padaku, aku tak tau" ujar Atlas
Zerlyn berjalan paling depan, tapi tiba-tiba ia berhenti dan menjulurkan tangannya ke samping untuk menghentikan langkah kedua temannya.
"Sstttt" Zerlyn menempelkan jari telunjuknya pada bibir miliknya.
"Ada apa?" Atlas berbisik
Zerlyn berbalik badan, kini ia berdiri berhadapan dengan kedua sahabatnya. "Sepertinya kita perlu mencari Dion. Dia tangan kanan ayah, sepertinya ia juga tau"
Zerlyn kemudian berjalan dengan tangan kanan menggandeng tangan Atlas dan tangan kiri menggandeng tangan Oris meninggalkan taman, pergi dari tempat tujuan awal mereka.
Mereka kembali ke tempat pelatihan para prajurit, guna menemui Dion yang tengah melatih diri.
"Paman Dion!!" Seru Zerlyn
Sebenarnya cukup memanggil nama tanpa perlu embel-embel pun sah-sah saja, akan tetapi Zerlyn enggan melakukannya.Yang orangtuanya di masa depan ajarkan adalah selalu bersikap sopan dan santun pada orang yang lebih tua.
Dion sudah cukup berumur. Jika dilihat, ia sudah berkepala empat, selisih empat tahun dengan Zavton.
Dion membungkuk, memberi salah pada putri dan tuannya. "Ada apa, Zerlyn? Apakah sudah bertemu dengan Archduke Zavton?"
"Tidak jadi. Aku ingin bertannya padamu saja" Jawab gadis itu
"Apa kalian punya lentera yang bisa diterbangkan ke langit?" Tanya Zerlyn dengan antusias
"Lentera yang bisa terbang? Apa itu?" ujar Dion dengan tak enak hati
"Sesuatu yang bisa terbang di langit. Kalian punya itu?"
"Maaf, nona, kami tak punya yang seperti itu." Ujar Dion dengan tak enak hati.
Zerlyn menunduk. Rencananya gagal, ia tidak jadi menikmati malam hari.
"Baiklah, terimakasih, paman"
Sebelum Zerlyn pergi, Oris memegang tangan Zerlyn. "Apa kau tau bahan-bahan untuk membuat lentera?" tanya Oris dengan tiba-tiba
Zerlyn menoleh, menatap mata Oris. Sejenak, tak ada pergerakan apapun, seperti alam terjeda beberapa detik. Hingga akhirnya Zerlyn tersenyum sumringah.
"Aku tau! Kita masih memiliki Kesempatan dengan membuat lenterannya terlebih dahulu! Kita bisa membuatnya!" Ujar gadis itu dengan menggebu-gebu
"Darimana kita mendapatkan bahan-bahannya?" ujar Zerlyn
"Mari, kuantar ke tempat persediaan.Nona bisa mencari sendiri barang yang nona inginkan" Ujar Dion dibalas anggukan oleh gadis itu.
Mereka berjalan mengikuti langkah Dion. Sesampainya di tampat yang dituju, Dion dengan segera mempersilahkan Zerlyn untuk masuk dan mencari barang-barang yang dibutuhkan.
Zerlyn masuk ke tampat tersebut, melihat rak-rak yang ada intuk mengetahui bahan apa saja yang tersedia. Kemudian ia mengambil beberapa lembar kertas, kawat, dan paku.
Masih kurang banyak bahan yang dibutuhkan, tapi barang-barang tersebut tidak ada di sini.
"Paman Dion, apakah paman membunyai kertas yang tidak terbakar jika dibakar?" Ujar Zerlyn
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Soul; Back to the Past
Fantasy[ Fantasi Gometis Series #1 ] Zerlyna hidup mandiri sejak usianya menginjak 16 tahun, hal itu disebabkan karena kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat sedang melakukan perjalanan untuk berlibur. Hidup di negara Mourixia sebagai sebatang...