Aneh

678 98 0
                                    

Setelah Oris pergi, aku dan Atlas segera pergi ke tempat dimana para lady tengah berkumpul. Selena menuntun kami berdua untuk bertemu dengan tamu undangan yang lain.

Aku hanya berdiri mengamati satu persatu lady yang tengah berbincang di kursi masing masing. Sepertinya apa yang dibilang Atlas benar, bahwa acara minum teh seperti ini akan menjadi ladang penyebar gosip.

Aku berbisik pada Atlas yang tengah berdiri di sampingku. "Kau mau ikut duduk bersamaku? Ada dua bangku kosong di sana"

Atlas menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku akan pergi ke tempat para pria berada."

"Di sini ada tempat para pria berkumpul? Aku kira hanya kau saja pria yang ada di sini" Aku bertanya pada Atlas. Aku benar-benar tidak tau tentang kehidupan di sini. Bahkan hal-hal yang tidak dituliskan dalam sejarah.

"Ada. Aku akan memperhatikanmu dari sana. Ayo aku antar kau duduk di tempatmu" Atlas menoleh ke arahku sembari tersenyum. Kemudian ia mengisyaratkan dengan kepalanya agar aku segera berjalan mengikuti Atlas.

Aku sedikit gugup. Ketika aku berjalan mendekat ke kursi yang akan aku duduki, para lady memandangiku. Beberapa ada yang berbisik sembari menutupi mulutnya dengan sebuah kipas.

Selena berdiri memperkenalkan kami. "Lady Zerlyn datang bersama dengan Sir Atlas" Aku tersenyum.

"Kau boleh pergi" aku berbisik pada Atlas. Setelahnya, pria itu melenggang dari sana untuk menemui para pria.

Aku duduk di sebuah kursi nomor 2 dari seberang tempat Selena berada. Kursi di sebelahku masih kosong. Aku tersenyum hangat, memberanikan untuk memperkenalkan diri. "Saya Zerlyna, senang bertemu kalian semua."

Hening selama beberapa detik. Sejujurnya aku sangat malu sekarang, aku tidak tau harus berbuat apa karena tidak ada yang menanggapi perkataanku. Aku segera merapihkan gaunku agar aku bisa duduk, sebelum aku duduk sebuah suara menginterupsiku.

"Senang bertemu dengan lady Zerlyn" Ujar gadis yang duduk di seberangku di bangku nomor 5 dengan halus. Aku membalasnya dengan senyuman yang sama.

"Terimakasih" ujarku pada gadis itu.

Baru saja aku duduk dengan tenang, tiba-tiba sebuah kalimat yang ku yakini akan menimbulkan gosip keluar dari mulut salah satu lady yang hadir.

"Apakah lady Zerlyn mempunyai hubungan dengan Sir Atlas? Kalian berdua terlihat sangat akrab" ujar salah satu lady bergaun ungu. Aku tidak tau namanya karena dia juga tidak memperkanalkan diri

Aku tersenyum sembari merangkai kata di kepala, aku takut salah berbicara. "Bukan seperti itu, lady. Mungkin kalian tidak tahu bahwa Sir Atlas adalah salah satu orang kepercayaan ayah saya. Sir Atlas ditugaskan oleh ayah saya untuk menjaga saya karena saya tidak pernah datang ke perjamuan teh sebelumnya. Maaf jika kedatangan Sir Atlas menimbulkan kesalahpahaman"

"Bukankah tadi Lady Zerlyn datang bersama Lord Oris juga? Bagaimana bisa?" Aku menoleh ke sumber suara. Ah . . . itu salah satu teman lady Selena

"Oris tidak-"

Belum selesai aku berbicara, kini gadis bergaun ungu menyambar dan ikut mencercaku. "Oris? Lady Zerlyn sangat tidak sopan sekali memanggil Lord Oris hanya dengan nama"

Salah lagi. Sejujurnya aku sedikit terpancing emosi karena mereka terus menerus menanyakan hal yang tidak terlalu penting.

Aku menghela napas pelan dan terus berusaha menunjukan senyum ramahku pada mereka.

"Saya dan Oris memang sudah berteman sejak kami masih kecil, jadi kami sejak dahulu saling memanggil nama"

Salah satu gadis yang aku yakini adalah teman Selena kini ikut menambahkan. Ingin rasanya aku menyumpal mulut para gadis itu dengan kue-jue yang tertata rapi di meja.

"Bukankah tetap saja seharusnya Lady Zerlyn yang terhormat ini memanggil Lord Oris sebagaimana mestinya? Meskipun kalian akrab, tidak pantas seperti itu di depan kami karena dapat menimbulkan kesalahpahaman." Ujar gadis yang tidak ku ketahui namanya itu. Dia sedikit menekankan kata 'yang terhormat'

Aku tersenyum. Ya, tak ada lagi yang bisa aku lakukan selain tersenyum ramah dan menunjukan keramahan pada mereka. Aku tidak bisa menampar mereka atau mencaci mereka, jika itu aku lakukan maka aku akan segara dipermalukan dan dijadikan bahan gosip seluruh wilayah kerajaan Elderscobia.

"Para lady yang sangat saya hormati. Apakah kita pantas melakukan hal seperti ini di acara berharga Lady Selena? Apakah saya yang menjadi bintang utama hari ini? Mengapa Lady hanya membahas saya? Saya sangat tidak enak hati karena Lady Selena tidak menjadi topik pembicaraan hari ini"

Semua diam. Tak ada yang meyanggah ucapanku.

Tak lama kemudian teriakan dari penjaga terdengar. "Lady Eireen Laxe-Experancio memasuki tempat"

Semua orang berdiri dan membungkuk dengan hormat pada Lady yang baru saja tiba. Aku tidak tau siapa dia. Jadi, aku hanya ikut membungkuk seperti apa yang mereka lakukan.

Aku bisa melihat bahwa gadis itu sangat cantik. Ia memiliki rambut berwarna silver alami. Mirip seperti warna rambut Atlas, ya walaupun tidak sama persis. Setidaknya itu mirip.

Gadis itu duduk di sampingku. Bukan di kursi nomor 2 yang kosong tadi. Tapi di Kursi nomor 4, tepat di sampingku.

Sejujurnya, kursi di tempat ini tidak diberi nomor. Biar kujelaskan sedikit agar kalian paham.

Selena duduk di kursi sebelah kiri. Di sebelahnya adalah lady yang tidak aku kenali, di sebelahnya lagi adalah Lady yang membalas perkataanku, di sebelahnya lagi ada Lady berbaju ungu yang mencercaku, kemudian sebelahnya adalah teman selena yang berbicara terakhir padaku, di sebelahnya lagi, aku tidak tahu. Jadi tidak akan aku sebutkan.

Aku duduk di kursi sebelah kanan. Kursi sebelahku yang berhadapan langsung dengan Selena masih kosong, lalu ada aku, dan di sebelah kananku ada Lady berambut Silver. Di sebelah lady berambut silver aku tidak mengenalnya begitupun seterusnya.

Kami duduk setelah Lady Eireen- aku baru tahu namanya setelah mendengar para lady memuji gadis di sebelahku- duduk.

"Kau . . . Lady Zerlyn? apa aku benar" Gadis di sampingku mencoba membuka percakapan denganku

"Benar. Saya Zerlyn" Aku mengacungkan tangan padanya sebagai tanda perkenalan. Eireen membalasnya dengan menjabat tanganku

"Senang bertemu dengan anda, Lady Zerlyn" Eireen tersenyum

Benar. Gadis di depanku ini sangat amat cantik. Aku tidak tau bagaimana bisa aku bertemu dengan Orang-orang yang luar biasa di dunia ini.

"Senang bertemu dengan anda, Lady Eireen. Ini pertama kalinya saya bertemu anda"

Eireen mendapatkan kesan pertama yang baik dariku.

Tak lama kemudian, Penjaga meneriakan suara lagi.

"Putri Quella Roseanne dan Putra mahkota Adolf Orsic memasuki tempat"

Tubuhku menegang seketika. Nama yang tak asing di telingaku diteriakan dengan kencang. Telingaku berdengung, tubuhku lemas, aku sedikit kesulitan bernapas. Aku refleks memegang meja sebagai tumpuan, aku yakin tak ada yang melihat karena kini mereka sedang berdiri dari tempat duduk dan pergi menghampiri para orang penting yang baru saja tiba.

Aku tidak tau ada apa dengan tubuhku, tapi hatiku terasa sangat sakit, jantungku berdedak dengan cepat, dan mataku mengabur tertutup air mata yang menumpuk di pelupuk mata.

Aku menoleh. Ikut melihat bagaimana orang itu. Ia tertutup gadis-gadis yang tengah menyambutnya. Namun, aku masih bisa melihatnya karena ia memiliki perawakan yang cukup tinggi.

Pandangan mata kami tak sengaja bertemu. Air mataku yang sudah menumpuk kini turun begitu saja. Aku benar-benar tidak tahu mengapa bisa begini, tapi aku merasa seperti memiliki trauma padanya.

Atlas sepertinya mengawasiku. Ia kini ada di sampingku sembari menuntunku untuk duduk secara perlahan.

"Ada apa? Apa yang terjadi padamu?" Atlas berdiri di depanku. Aku tak membalas ucapannya dan hanya diam sembari menggenggam lengannya kuat-kuat

"Apakah kita akhiri ini sekarang saja? Kondisimu tidak baik" pria di depanku ini terlihat sangat khawatir.

Aku hanya menggelengkan kepala. Menutup mataku dan mencoba menstabilkan semuannya. Perlahan tapi pasti, semuanya kembli normal.

"Kau sakit?" Pria itu bertanya lagi

"Tidak. Aku baik-baik saja. Tadi hanya ada sedikit masalah" aku membarikan tanda dengan jari jempol dan telunjukku.

"Kembalilah. Aku baik-baik saja, jangan sampai semua orang melihat" Aku mengusirnya.

"Janji, baik baik saja?" Atlas menunjukan kelingkingnya

Aku menajutkan jari kelingkingku pada jari kelingkingnya. "Janji"

Atlas pergi dan aku kini fokus menghadap depan. Aku sungguh terkejut. Ternyata gadis yang memblas sambutanku kini tengah duduk memandangiku.

Aku menutup bibirku dengan jari telunjuk "Sstt"

Gadis itu memberi tanya oke sebagai balasan. "Aman" ujarnya.


Lost Soul; Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang