Tak sengaja bertemu

1.1K 140 1
                                    

Setelah selesai menyantap makanan yang dibeli di kedai, keduanya kini hanya berdiri mengamati orang-orang berlalu lalang.

Adolf tau bahwa Olivia saat ini tengah kebosanan karena tidak melanjutkan kegiatan berkeliling pasar. Adolf sebenarnya ingin mengajak Olivia untuk pergi ke beberapa toko, akan tetapi ia takut jika Olivia tidak menyukai tempat itu. Selera anak kecil dan orang  dewasa tentu saja berbeda.

Adolf membelai rambut Olivia dan merapihkan beberapa anak rambutnya yang berantakan.
"Kau ingin pergi kemana lagi?" tanya Adolf

Anak kecil itu menoleh, memandang wajah sang kakak "Bagaimana jika kita pergi membeli hiasan? Seperti saat kakak memberikanku hadiah" Olivia menjawab dengan antusias. Anak kecil seusianya memang sangat wajar menyukai hal-hal seperti itu. Olivia selalu dilarang pergi dan bermain dengan orang-orang diluar kerajaan, jadi saat bisa berhasil lepas dari kawalan para prajurit ayahnya ia merasa sangat bahagia. Bahkan membeli barang-barang seperti yang dihadiahkan oleh Adolf pun dipilihkan oleh orang-orang kerajaan.

"Baiklah, aku akan mengajakmu ke sana" ujar Adolf

Adolf berjalan sembari menggendong Olivia menuju tempat yang dimaksud oleh Olivia. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 100 meter dari tempat dimana keduanya berdiri tadi.

"Apakah kakak tidak malu? Sepertinya di dalam hanya berisi para wanita" ujar Olivia

"Tidak apa-apa" Adolf tersenyum kemudian melenggang  masuk ke dalam toko

"Selamat datang, Your Highness the Crown Prince Adolf dan Your Royal Highness Princess Olivia" sapa salah satu pegawai yang sontak membuat para pengunjung memandangi Adolf dan Olivia

Beberapa orang yang tengah duduk kini berdiri memberi salam sebagai bentuk kehormatan para kedua orang yang baru masuk itu.

Pegawai tersebut membawa Adolf dan Olivia untuk duduk di salah satu sofa yang tersedia.
Pegawai tersebut pergi untuk menemui pemilik toko, tak lama kemdudian pemilik toko datang dengan pegawai tadi di belakangnya.

Pemilik toko menunduk, memberikan hormat pada dua orang mulia di depannya. "Suatu kehormatan bagi saya bisa melayani yang mulia putra mahkota" ujar pemilik toko "apa yang dibutuhkan oleh tuan putri sehingga membuat tuan putri datang kemari?" lanjutnya

Olivia memandang Adolf. Sebenarnya ia juga tidak tau ingin membeli apa.ia tidak tau nama-nama barang yang dipakai ke tubuhnya karena yang memakaikannya adalah pelayannya. Olivia gugup memandangi pemilik toko yang kini tengah tersenyum cerah. "Perlihatkan barang yang paling indah di toko ini" ujar Olivia.

Tentu saja Olivia hanya menyukai barang berdasarkan apa yang ia lihat dengan mata meskipun ia tidak mengetahui apa nama bendanya. Yang paling utama adalah memanjakan mata, perihal dipakai atau tidak itu urusan terakhir. Toh uangnya tak akan habis hanya untuk membeli barang-barang di toko ini.

"Baik, tuan putri. Kami akan memperlihatkan beberapa barang terbaik yang kami miliki"
Pemilik toko pergi bersama pegawainya untuk membawakan pesanan Olivia.

Adolf memandangi tempat di sekitarnya, ia menemukan sofa yang pernah ia duduki bersama gadis yang sekarang sangat ia cintai, Eireen. Ia tersenyum tipis mengingat bagaimana pertemuan mereka yang berawal karena berebut sebuah sofa untuk duduk.
Olivia memandang kakaknya yang kini tengah tersenyum tipis. Ia memandangi kakaknya dengan sedikit keheranan. Apa yang sedang dipikirkan oleh kakaknya itu sehingga membuatnya tersenyum hanya dengan memandangi sebuah sofa?

'kakak terlihat sedikit menyeramkan'

Pintu toko terbuka menampilkan perempuan berambut silver dengan seorang pelayan di belakangnya. Adolf menoleh, mata mereka bertemu.  Adolf terkejut, ia memilih untuk memutuskan kontak mata dengan Eireen. Mereka bertemu tanpa sengaja secara dua kali di tempat yang sama.

"Ada apa dengan wajah kakak? Wajah kakak terlihat seperti orang yang gugup, kakak gugup bertemu siapa?" tanya Olivia sambil memandangi sekitar

Adolf tersenyum memandang adiknya. Aebenarnya ia tak bisa menahan ekspreksinya untuk tidak terlihat exited saat bertemi Eireen di sini. "Tak ada. Jangan pikirkan orang lain, bukankah hari ini adalah waktunya kita untuk berdua bersama?" ujarnya

Setelah menunggu, pemilik toko dengan pegawainya datang dengan banyak barang di tangannya.

"Maaf tuan putri, kami membuat tuan putri dan yang mulia putra mahkota menunggu lama. Kami memiliki banyak barang yang terbaik, jadi saya kebingungan memilihnya" ujar pemilik toko

"Tidak apa-apa, nyonya" balas Olivia

Pemilik toko memamerkan barang-barangnya. Olivia rasanya ingin sekali membeli semua barang itu karena telihat sangat menggemaskan, tetapi ia tidak mau menjadi orang yang boros. Ia hanya memiliki satu kepala, jadi sangat tidak memungkinkan dirinya untuk membeli semua barang itu. "Aku meninginkan banda yang memiliki hiasan di atasnya, sesuatu dengan bunga, dan sebuah topi yang berwarna hitam"

Olivia menunjuk barang-barang yang diinginkannya. Ya... tiga barang tidak terlalu banyak bukan? Bukankah itu lebih baik daripada ia menginginkan semua barang yang ada di depannya sekarang?

Tanpa banyak bicara, pemilik toko dan pegawainya segera membungkuskan pesanan yang diinginkan putri Olivia.

Olivia menoleh memandang Adolf penuh tanya. "Kakak, tidak apa-apa kan jika aku membeli banyak barang?" tanya Olivia

Adolf menangguk. "Ya, tak apa-apa" balas Adolf 

Adolf menangkup kedua pipi adiknya. "Kau hari ini terlihat sangat cantik" ujar Adolf dengan keras

"Aku?" ujar Olivia "Memangnya tiap hari aku tidak cantik?" lanjutnya

Adolf semakin mengeratkan tangannya saat menangkup pipi Olivia hingga bibir Olivia maju seperti bebek. Sesekali ia mencubitnya pelan. "Tiap hari kau sangat cantik. Tapi hari ini kau lebih-lebih cantik dari biasanya. Bagaimana bisa seseorang sangat cantik sepertimu?" balas Adolf dengan suara yang keras

"Jangan mengucapkannya dengan keras-keras. Aku ada di sampingmu kak, kau berbicara seolah-olah aku berada di sofa yang berbeda denganmu" ujar Olivia dengan bibir yang naik turun.

Olivia bingung dengan sikap kakaknya yang tiba-tiba memujinya, selama ia tinggal bersama di istana, ia tidak pernah mendengar Adolf memuji seseorang. Tapi kali ini kakaknya seperti sosok yang berbeda dari biasanya. Apakah ini sisi yang sebenarnya dari sifat kakaknya atau hanya pura-pura?

"Aku sengaja agar kau bisa mendengarnya" balas Adolf dengan keras lagi.

'maaf Olivia, tapi pujian itu bukan untukmu.'

Gadis kecil itu menunjuk salah seorangpegawai yang datang menghampirinya. "Penjualnya sudah datang. Ayo kita bayar dan pergi dari sini, aku ingin pergi ke kedai yang menjual minuman hangat" ujar Olivia

Olivia menggenggam jari telunjuk Adolf, kemudian ia menerima barang yang ia beli. Adolf membayarnya dengan harga 15 tembaga. 

Dengan jari yang di gengam oleh Olivia, Adolf berjalan melewati Eireen yang sedari tadi duduk di seofa yang ada di sebelahnya. Mata Adolf dan Eireen bertemu, Adolf menunjukan senyum manisnya dan berhasil membuat Eireen tersipu malu.

Adolf menggerakan bibirnya, ia mengatakan sesuatu, tapi sengaja tak dibuat bersuara. "Hati-hati di jalan." Ujar Adolf tanpa suara yang ditujukan untuk Eireen. 

Eireen yang mengerti kini hanya mengangguk  sembari tersenyum.

Setelah keluar dari toko, Adolf dan Eireen pergi ke kedai minuman hangat. Keduanya menghabiskan waktu bersama dengan mengamati para penduduk dari dalam kedai itu.
Sore hari menjelang petang, Adolf dan Olivia memutuskan untuk pulang ke kerajaan. Beruntung keduanya bisa pulang dengan selamat tanpa adanya para bandit-bandit yang menghalangi perjalanan mereka.


Lost Soul; Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang