Ternyata nyata

1.4K 171 2
                                    

Zerlyna membuka matanya, yang pertama kali ia lihat adalah kamarnya yang lama dengan hiasan bintang di atap. Ia tersenyum senang karena ia bisa kembali dari dunia tidak jelas yang sempat ia lalui.

Ia tersenyum senang, sembari memikirkan kejadian tidak masuk akal yang dialaminya. "Bagaimana bisa aku bermimpi kembali ke zaman dulu?" ujar Zerlyn

Ia tertawa dan tersenyum sembari memeluk satu per satu barang-barang kesukaannya. Mulai dari boneka beruang pemberian ibunya, foto keluarganya, lukisan dari mendiang ayahnya, meja kerjannya, koleksi gambar miliknya, dan lemari baju buatan mendiang ayahnya.

"Ah . . . barang-barang kesayanganku, aku merindukan kalian semua"

Ia tersenyum cerah kemudian berputar-putar bak komedi putar hingga tanpa sadar itu membuat kakinya terkilir dan . . .

Bugh

Ia terjatuh.

Zerlyn mengaduh kesakitan karena ia terjatuh dengan posisi yang tidak cukup baik, kemudian Zerlyn membuka matanya, dan yang ia temukan adalah ia kembali ke dunia tidak jelas itu lagi.

Jadi, tadi hanya mimpi?

Barusan . . . ia hanya mimpi dan terjatuh dari kasur?

Jadi . . . yang dialaminya saat ini adalah nyata?

Mendengar suara yang cukup keras disertai suara yang mengaduh kesakitan dari pemilik kamar membuat Liana yang sedari tadi berjaga di depan kamar Zerlyn buru-buru memasuki kamar Zerlyn

"Nona, apa yang terjadi?" tanya Liana saat melihat Zerlyn yang kini sedang terduduk di sebelah tempat tidur. BUru-buru ia mendekati majikannya.

Zerlyn memandangi gadis muda di depannya. "Siapa namamu?" tanya Zerlyn pada Liana. Zelyn sempat melihat Liana kemarin tetapi ia tidak mengetahui namanya karena ia buru-buru dibawa masuk ke dalam kamar

"Nona bahkan tidak mengingatku" Liana memasang wajah sedihnya, nonanya benar-benar lupa ingatan seperti apa yang dikatan oleh tabib

"Liana. Saya Liana" ucap Liana yang kini sedang membantu Zerlyn duduk di atas kasur

satu tangan Zerlyn menggengam tangan Liana dengan erat. "Liana, tolong lakukan sesuatu padaku" Zerlyn menatap Liana dengan serius dan penuh keyakinan

"Melakukan apa, nona?" tanya Liana dengan hati-hati

Zerlyn berfikir sejenak. "Tampar aku" ucapan Zerlyn membuat Liana terkejut setengah mati. Bagaimana bisa ia berani menampar orang terhormat?

"Ampun nona, tapi saya tidak akan berani menampar nona" balas Liana dengan cepat. Jika ia menampar Zerlyn, yang ada kepalanya akan digantung di depan Kastil sebagai pajangan. Liana juga masih ingin hidup. Ia ingin merasakan pernikahan, ia harus tumbuh dewasa, bukan mati sia-sia karena menampar majikannya.

"Kalau begitu, cubit aku pelan, kumohon" Zerlyn menggenggam tangan lagi Liana memohon agar Liana mau menjalankan perintahnya

Liana berpikir sejenak. Akan lebih baik jika mencubit dibandingkan menampar, bukan? Lagipula majikannya yang menginginkannya, jadi ia harus menurutinya kan? "Maaf nona" setelah mengucapkan hal tersebut, Liana mencubit pelan lengan Zerlyn. Zerlyn yang tidak bersiap-siap terleih dahulu pun kaget dan sedikit meringis kesakitan "Apakah saya mencubit anda terlalu keras, nona?" tanya Liana 

"Tidak, aku hanya terkejut" Ujar Zerlyn "Wah, ini benar-benar nyata. Aku tidak bisa menyangkalnya lagi" sambungnya

"Apakah tangan nona terasa sakit?" tanya Liana. Pertanyaan Liana membuat Zerlyn refleks memandang tangan kanannya yang kini dibalut dengan gips dengan diilapisi perban berwarna putih

Lost Soul; Back to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang