Bisa aku tebak bahwa kedatangan putra mahkota ke perjamuan ini adalah sesuatu yang tidak disangka. Aku bisa melihat reaksi orang-orang yang terkejut.
Aku tidak tau bahwa putra mahkota yang seharusnya sibuk malah lebih memilih datang ke perjamuan lady, ini adalah sesuatu yang sedikit tidak bisa diterima oleh nalarku. Jika putra mahkota datang ke pesta besar, mungkin masih bisa diterima oleh pikiran ku, tapi ini? Sepertinya calon raja selanjutnya punya banyak waktu luang hingga bisa datang ke perjamuan yang tidak penting. Bahkan aku yakin bahwa ia tidak diundang ke perjamuan ini.
Pengawal di kediaman mansion Selena sibuk memberikan yang terbaik untuk orang terhormat itu. Kursi yang kosong di sebelah ku ternyata adalah kursi yang disediakan untuk gadis yang datang bersama orang yang akan membunuh ku beberapa bulan lagi.
"Saya tidak menyangka bahwa lady Selena akan membawa tamu yang sangat terhormat. Bukankah ini sangat hebat? Putra mahkota dan putri kerajaan datang ke perjamuan mu. Ini sangat berharga" Ujar gadis bergaun ungu, teman Selena, Ruby.
"S-saya juga tidak menyangka. Saya sangat berterimakasih pada Princess karena bisa hadir di perjamuan ini. Terlebih lagi, putri datang bersama Crown Prince" Selena membungkuk hormat cukup lama.
"Aku senang bisa datang dan bertemu kalian semua" ia tersenyum.
Sejujurnya aku sudah tidak peduli dengan perjamuan ini. Aku hanya diam memandangi gadis yang memergoki diriku tadi. Mungkin, jika nantinya gadis itu bisa dipercaya. Aku akan menjadikannya temanku.
Tempat perjamuan berpindah. Karena kedatangan sang putra mahkota, maka Selena tidak bisa membiarkannya diam dan berkumpul di tempat yang berbeda dengan pemilik acara.
Kami berjalan satu persatu menuju tempat perjamuan yang disediakan.
Selena, dan para lady yang lain telah berjalan meninggalkan meja. Kini aku pun mengikuti mereka, aku sengaja pergi paling terakhir karena malas berjalan berdesakan.
"Ayo menyusul mereka, lady" Ujar suara di belakangku. Aku menoleh. Ah . . . gadis itu.
"Mengapa kau memilih pergi terakhir?" tanyaku
"Kau tau, lady? Sebenarnya aku malas datang ke perjamuan ini. Wah, banyak sekali lady yang tidak bisa mengontrol mulut mereka," Gadis itu mengomel kesal.
"Ah, sepertinya lady Zerlyn belum mengenalku. Perkenalkan saya Eleftheria" Gadis itu mengulurkan tangannya padaku.
"Senang berkenalan denganmu, Ele." Aku membalas jabatan tangannya
"Itu adalah nama panggilan baru untuk ku. Aku menyukainya" Ia tertawa
"Benarkah? Lalu orang-orang memanggilmu dengan nama siapa?"
"Leandra" Ujarnya
"Kau tidak menyebutkan nama lengkap mu padaku" Aku memprotes padanya.
"Eleftheria Leandra Rheantha Pearson"
"Namamu panjang seperti umurmu" ujar ku sembari tertawa pelan
"Apakah jika namaku pendek maka aku akan berumur pendek?" Kini Ele protes padaku
"Kita berdua akan berumur panjang" Balasku.
"Kau dari keluarga Marquiss Pearson?" Kini kami mulai berjalan mengikuti yang lain. Kami berdua berjarak cukup jauh dari mereka.
"Ya. Aku anak tunggal mereka" Balasnya
Aku mengangguk paham. "Apakah ini pertama kalinya kau mengikuti perjamuan?" Tanyaku
Ele terlihat berpikir sejenak. "Em. . . ini yang pertama. Ah tidak, ini yang kedua kalinya."
"Baru kedua kalinya? Alu pikir semua lady yang hadir hari ini memang sudah terbiasa datang ke perjamuan."
"Tidak juga. Sejujurnya aku sangat malas datang karena di sini akan banyak menyebarkan gosip, tapi aku dipaksa oleh ibuku. Beliau bilang, aku harus bersosialisasi dan mendapatkan teman"
"Sebenarnya aku juga," Bisikku padanya
"Warna rambutmu sangat indah. Aku menyukainya." Aku mengacungkan dua jempol ku
Ia sedikit memukul mendorong lenganku. "Ei . . . Lady Zerlyn jangan seperti itu. Warna rambutmu lebih legendaris, semua orang mengenalinya." Ujarnya sedikit malu malu
"Ayo cepat berjalan. Jangan sampai kita menjadi bahan gosip" Aku menarik tangan Ele.
Biar aku deskripsikan Ele. Dia cantik, sudah ku bilang bukan? Bahwa semua orang yang aku temui di sini sangat cantik. Salah satunya adalah Ele. Dia memiliki rambut berwarna Rosegold lurus, harus dan harum mawar. Aku bisa menciumnya dari jarak dekat. Meskipun wajahnya cantik dan imut, kau akan terkejut saat mendengar suaranya. Ia memiliki suara yang lumayan berat. Tingginya sekitar 163 cm, 4 cm lebih sedikit dibanding diriku.
Kami berjalan dengan tergesa-gesa. Sialnya, kami tertinggal yang lain. Kami terlalu banyak mengobrol.
"Bagaimana ini? Aku tidak tau di mana mereka" Ujarku pada Ele
Ele melihat sekitar. "Haruskah kita berkeliling ke semua tempat?"
"Sejujurnya tempat ini tidak terlalu besar, tapi aku takut menimbulkan gosip jika kita berkeliling. Dan itu sedikit tidak sopan." Aku menghela napas
'Bagaimana jika kita duduk saja di kursi itu dan kembali mengobrol? Pasti nanti Atlas akan mencariku jika tau aku tidak ada di sana"
Ele mengangguk dan terlihat sangat antusias. "Itu adalah ide yang sangat bagus! Aku sangat malas bertemu mereka. Sebaiknya kita duduk saja. Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk tidak berkumpul bersama mereka. Buktinya kita tertinggal"
Astaga . . . Ele ternyata orang yang sedikit banyak berbicara.
Kami duduk bersandar di bawah pohon. Aku semakin yakin bahwa Ele bisa dipercaya. Aku menyukai gadis ini, kami satu frekuensi.
Kami mengobrol selama 20 menit. Obrolan yang singkat, tapi kami membahas banyak hal. Ele adalah gadis yang suka beladiri. Katanya, ia lebih suka berlatih pedang dibandingkan datang ke perjamuan. Itulah sebabnya ia hanya dua kali datang ke perjamuan.
Ibunya menyuruhnya ke perjamuan karena takut Ele tidak mempunyai teman karena terlalu sibuk berlatih berpedang. Tidak ada yang tau fakta itu selain keluarganya dan para pekerja di rumahnya.
Ele belajar berpedang dari pengawal kerajaan. Sesekali ayahnya mengajarinya. Bahkan ia pernah bertarung pedang melawan ayahnya karena keinginan ayahnya, agar tau kemampuan ele, katanya.
Aku menceritakan pada Ele tentang keseharianku. Tentang Atlas dan Oris.
Sayangnya, belum banyak aku menceritakan tentang diriku, Atlas datang mencariku. Obrolan kami pun usai.
"Aku menunggumu sangat lama" Pria itu datang dengan tergesa-gesa
"Kami berdua tertinggal" Aku menunjuk diriku dan Ele
Atlas bernapas lega " Syukurlah kau tidak terluka. Sejak saat di tempat sebelumnya, aku sangat khawatir dengan kondisi mu"
"Aku baik-baik saja. Atlas, perkenalkan ini Ele. Ele ini Atlas" Aku saling memperkenalkan mereka berdua
Keduanya hanya berbalas senyum.
Aku menggenggam sebelah tangan keduanya. "Perkenalan itu seperti ini, Atlas" Aku menjabatkan tangan keduanya.
"Atlas" Atlas menggengam tangan Ele
Ele balas menggenggam tangan Atlas "Ele"
Atlas melepaskan jabatan tangannya. " Sebaiknya kita pergi ke sana. Kalian berdua tidak mau dijadikan bahan obrolan hari ini bukan??"
Kami berdua mengangguk
"Ikuti aku" Ujar pria itu.
Atlas berjalan dan kami berdua mengikuti di belakangnya.
Sesampainya di tempat yang kami tuju, semua orang memandang kami. Selena menatap kami dengan sinis.
"Lady Zerlyn sangat tidak sopan. Membuat putra mahkota menunggu orang yang tidak lebih penting dari dirinya" Selena mengatakannya dengan keras. Aku tidak peduli.
"Ayo duduk saja" Atlas berbisik padaku. Aku duduk di sebelah Atlas. Ele duduk di sebelah Eireen
Acara dimulai. Tidak ada yang spesial, hanya mencicipi makanan dan meminum teh. Seperti yang kita tau bahwa acara ini adalah perjamuan minum teh, tapi karena kedatangan orang yang sangat penting di acara ini, semuanya diubah. Dibuat seramai mungkin meskipun tidak terlalu menarik bagiku.
Kami memakan makanan yang disiapkan, setelahnya meminum teh, membahas pengalaman putra mahkota, dan banyak menceritakan diri masing-masing. Aku hanya diam saja, mendengarkan cerita mereka. Aku tidak berniat memberitahu kehidupanku pada mereka.
"Ah . . . tadi Saya mau bertanya, tetapi Saya lupa. Apa yang terjadi pada tanganmu lady Zerlyn? Apakah tanganmu cacat?" Ruby lagi-lagi mengeluarkan suaranya.
Ruby, Aku harap kau lebih baik diam. Ini adalah acara temanmu, bagaimana bisa sedari tadi kau membicarakan keburukan ku? Apakah ini acara untuk meledek diriku?
Mau tak mau aku membuka suaraku. Aku menghela napas sejenak. "A- Saya terluka saat sedang berada di hutan. Saya tidak tau apa yang-" Belum selesai aku berbicara, Atlas memotong cerita ku
"Lady Zerlyn tidak cacat. Seperti yang kau lihat dia terluka. Untuk alasannya kau tidak perlu tau karena kau juga tidak membantu mengobati dirinya. Jangan melewati batas, Lady Ruby" Suara Atlas mengintimidasi. Ruby kembali diam.
Sedari tadi aku tidak berani menoleh ke sisi kiri, di sana pangeran sialan yang akan membunuhku berada. Aku hanya menunduk dan menatap ke depan.
"Aku tidak menyangka putra mahkota akan datang ke perjamuan anak seorang Count sepertiku" Selena tersenyum malu-malu
"Karena aku ingin bertemu dengan kalian" Ujar Adolf sembari menatap ke tempat duduk deretanku. Aku bisa melihatnya dari ekor mataku.
"Apakah putra mahkota ingin bertemu denganku?" Selena merapihkan rambutnya
"Tidak juga." Adolf tersenyum
Sepertinya gadis itu merasa sakit hati. Senyum yang sedari tadi tercetak di bibirnya kini sirna dalam sekejap. Melihat itu, aku tersenyum tipis.
Kami mulai berbincang lagi hingga acara telah usai. Aku dan Atlas segera pergi dari tempat itu untuk pulang. Kami berdua menunggu giliran kereta kuda milik kami tiba di depan pintu.
Aku melihat Ele juga tengah menunggu kereta kuda menjemputnya.
"Atlas, aku ingin menemui Ele sebentar"
"Jangan terlalu lama, dua kereta kuda lagi adalah milik kita"
"Baiklah"
Aku berjalan menghampiri Ele.
"Kau menunggu sendirian?" Ele terkejut kemudian tersenyum
"Ya, Lady Zerlyn tau, aku tidak mempunyai teman"
"Panggil saja Zerlyn, kita sudah berteman"
"Saya tidak enak hati. Itu tidak sopan, lady"
"Kita berteman mulai hari ini. Jangan terlalu formal padaku dan panggil diriku dengan nama saja.'
"Sepertinya kau memaksa, baiklah" Ele tersenyum
"Datanglah ke kediamanku, aku mengundang mu" Aku menggenggam tangan Ele
"Aku pergi. Jangan lupa pesan ku" Aku melambaikan tangan pada Ele dan segera masuk ke kereta kuda.
Kereta kuda yang aku dan Atlas tunggangi berjalan perlahan menuju kastil Archduke Zavton, Kediamanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Soul; Back to the Past
Fantasía[ Fantasi Gometis Series #1 ] Zerlyna hidup mandiri sejak usianya menginjak 16 tahun, hal itu disebabkan karena kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan saat sedang melakukan perjalanan untuk berlibur. Hidup di negara Mourixia sebagai sebatang...