"HYERA AWAS!!!!"
*BRAK*
"JIJEL!!!" teriak Jeno saat melihat tubuh kembarannya terpental.
Ambulans menyisir jalanan kota dengan kecepatan tinggi setelah kecelakaan itu terjadi. Giselle dan Hyera tertabrak sebuah mobil yang melaju kencang saat Hyera berusaha mengejar Chaemin. Saat itu Giselle menyadari ada sebuah mobil yang melaju ke arah Hyera, ia berniat untuk menolongnya tapi terlambat karena mobil tersebut menghantam dua gadis sekaligus yang menyebabkan mereka seketika tidak sadarkan diri dan berlumuran darah. Saat itu pun Jeno melihat kejadian itu karena ia sedang mengejar Chaemin yang sebelumnya sempat beradu mulut dengannya.
Dengan sigap, perawat membawa Giselle dan Hyera masuk ke dalam UGD. Diikuti dengan Taeyong, Hendery, Yangyang, dan Jeno yang juga panik melihat kondisi adik bungsunya.
Tiba-tiba dari arah pintu masuk, mama mereka datang dengan air mata yang sudah mengalir deras. "Dery, Dery gimana adik kamu? Taeyong? adik kamu dimana? mama mau liat"
"mah mah tenang dulu.. kita tunggu kabar dari dokter ya" papa pun memeluk tubuh istrinya itu dengan erat, berharap ia bisa tenang. Sedangkan anak-anak mereka tertunduk lemas sambil terus berdoa.
30 menit kemudian, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang perawatan.
"dokter, bagaimana kondisi anak saya?" tanya mama dengan cemas.
"bapak dan ibu orang tua dari salah satu pasien?" pertanyaan dokter tersebut membuat papa dan mama mereka bingung.
"Jijel kecelakaan bareng temennya mah" jelas Yangyang.
"ah iya iya kami orang tua Giselle"
"baik, kalau begitu bisa bicara sebentar? di ruangan saya" ucap dokter.
"dok, apa kita boleh liat kondisi Giselle?" tanya Jeno.
"boleh boleh, silahkan. Tapi tolong jangan berisik ya"
Jeno pun langsung masuk ke dalam, disusul dengan Taeyong, Hendery, dan Yangyang. Sedangkan dokter tersebut pergi ke ruangannya bersama dengan orang tua mereka.
Saat melihat kondisi Giselle, tangis Jeno seketika pecah. Hatinya terasa sesak saat melihat saudara kembarnya tertidur pulas dengan wajah yang sangat pucat, ditambah ikatan perban yang melingkari kepala Giselle.
"jel.. maaf.. maaf gue telat selamatin lo, maafin gue.." ucap Jeno ditengah isakan tangisnya.
"ssshh jen, udah. Lo ngga salah kok, ini murni kecelakaan" Hendery mengusap pundak Jeno untuk menguatkan.
"bener jen, ini bukan salah lo. Jijel kaya gini kan karena dia juga ada niatan baik mau nolongin temennya. Yang penting sekarang kita doain yang terbaik aja buat Jijel, semoga dia bisa cepet pulih" Taeyong mengangkat bahu Jeno dan memapahnya supaya berdiri.
Di sisi lain, orang tua Giselle sedang berbicara serius dengan dokternya.
"jadi begini pak, bu. Akibat benturan keras yang mengenai tulang kaki Giselle, maka untuk saat ini Giselle mengalami lumpuh sementara. Sedangkan untuk pasien Hyera, mengalami gagar otak ringan dan patah tulang pada tangan kirinya"
Mama Giselle kembali menangis mendengar penjelasan dari dokter.
"kira-kira lumpuhnya bisa sampai berapa lama ya dok?" tanya Papa Giselle.
"dalam waktu tiga bulan, Giselle bisa kembali berjalan dengan normal asal melakukan terapi dengan rutin pak"
"lalu bagaimana dengan patah tulang Hyera?"
"untuk itu, setelah kita beri vitamin yang bagus untuk tulang, maka dua sampai tiga bulan kedepan tangannya sudah kembali normal"
"kalau begitu, tolong beri pelayanan terbaik rumah sakit ini untuk menyembuhkan Giselle dan Hyera" ucap papanya.
"baik pak, kami akan melakukan semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien Giselle dan Hyera. Untuk sementara waktu ini, pasien akan dirawat dulu di rumah sakit untuk penanganan intensif selama beberapa hari" jelas dokter tersebut yang langsung diiyakan oleh orang tua Giselle.
"baik dok, kami serahkan semuanya pada anda. Kalau begitu, kami permisi"
Papa dan Mama Giselle kembali ke ruang perawatan yang berada di UGD untuk melihat kondisi anak bungsunya.
Taeyong, Hendery, dan Yangyang menarik Jeno untuk mundur dan mempersilahkan orang tua mereka melihat kondisi Giselle. Beberapa saat kemudian, mata Giselle perlahan terbuka. Pandangan pertama yang ia lihat adalah mamanya yang sedang menangis.
"Jijel.. kamu udah bangun sayang?"
"mah? aw– kok kepala Jijel diperban? ini Jijel dimana?"
"sayang tenang dulu, jangan banyak gerak ya. Kamu habis kecelakaan di depan gerbang kampus tadi" jelas papanya.
Setelah mendengar penuturan dari papanya, Giselle kembali teringat saat badannya terpental akibat tertabrak sebuah mobil. Ia pun menghela panas panjang.
"Hyera! Hyera mana pah, mah?" tanya-nya panik.
"ssshh tenang-tenang, Hyera ada di samping kamu"
Giselle meraih gorden pembatas yang berada di sampingnya lalu membukanya perlahan. Dilihatnya sahabatnya itu terbaring lemah di atas ranjang pasien dengan wajah yang pucat.
"maafin gue ya ra, gue telat selametin lo"
"Jijel, ngga boleh ngomong gitu ah. Ini kan kecelakaan, jadi ini semua bukan salah kamu"
"tapi pah, kaki Jijel kok ngga bisa digerakin? pah mah kaki Jijel kenapa?" mama Giselle tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan anaknya, ia memilih untuk mundur dan memeluk Taeyong, sang anak sulung.
"tenang sayang.. ini cuma sementara ya. Kamu yang sabar" papa Giselle pun memeluk anak perempuannya sambil menahan tangis, sedangkan Taeyong, Hendery, Yangyang, dan Jeno terkejut mendengarnya.
"maksudnya apa pah? papa jawab Jijel! apa Jijel lumpuh? pah!!" Semua yang berada di ruangan tersebut menangis, termasuk Jijel yang sempat histeris.
Diam-diam Hyera pun mendengar obrolan Giselle dengan keluarganya, ia merasa tangannya sakit dan tidak bisa digerakkan. Ia pun menangis dalam diam saat mendengar bahwa Giselle mengalami kelumpuhan.
♡ ------------ ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOO Siblings (Completed)
FanfictionGiselle menarik tangan Jeno untuk dirangkul, "Jeno adalah saudara kembar gue" sontak semua penonton terkejut mendengarnya. "sedangkan kak Hendery dan kak Yangyang adalah abang kandung gue. Emang salah gue pelukan sama abang sendiri?" lanjutnya denga...