BOOK II - Chapter 03

22 5 0
                                    


Tiba di jalan lebar setelah melewati gerbang istana berhasil meredakan ketakutan Hana. Pantulan sinar Warmstar yang menyebar di permukaan halaman hijau istana seluas belasan hektar tampak menyejukkan mata. Beberapa flora berwarna-warni bak pelangi tumbuh dan ditata rapi berdasarkan warna hingga membentuk gradasi sempurna akan citra keindahan alam. Suara gemercik air yang mengalir melalui parit kecil di antara bebatuan menciptakan suasana nyaman. Namun bukan itu yang menarik perhatiannya.

Istana Paradia yang berlapis perak dan berhiaskan permata di sepanjang puncak dinding berdiri menjulang tinggi di hadapannya. Insiden di jembatan beberapa menit yang lalu membuatnya tidak menyadari kehadiran bangunan megah itu. Pagar dan dinding luar setinggi belasan meter menyembunyikannya dari bawah seolah bersiap memberi kejutan spektakuler kepada tamunya.

Sambil menyusuri jalan selebar lima meter bersama Starpeace, matanya terus memerhatikan bangunan raksasa itu. Meski masih berjarak dua ratus meter, Hana bisa mencium aroma mawar merah yang tumbuh di pekarangan dekat teras pintu depan. Sesekali matanya mengedip saat pantulan cahaya emas dari puncak menara runcing menyentuhnya. Ada empat menara serupa yang dibangun di setiap sisi bagian dalam dan tingginya mencapai dua puluh lima meter. Masing-masing ujungnya ditancap tiang bendera berwarna putih dengan garis kuning dan biru. Bagian putihnya dihiasi simbol perisai emas. Hana jadi rindu pada bendera negerinya. Sederhana: merah dan putih yang melambangkan kekuatan bangsanya. Sekarang rumahnya sangat jauh, berjuta-juta kilometer, terpisah oleh galaksi, sekat langit dan portal asing. Hana merasa dirinya tidak akan kembali lagi.

Suara nyaring dari puncak menara yang berada di pusat istana menarik perhatian Hana. Menara itu tingginya mencapai hampir seratus meter lebih dengan diameter seluas delapan puluh meter. Ujungnya memancarkan cahaya emas yang sangat terang. Cahaya itu dikelilingi oleh lingkaran awan putih yang bergerak perlahan mengikuti arah jarum jam.

"Itu adalah menara pusat," bisik Tye.

"Ada apa di sana?"

"Semua sihir Frelles diatur oleh Ratu Agung di sana."

Hana terperangah sampai nyaris menghentikan langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana terperangah sampai nyaris menghentikan langkahnya. Mendengar bahwa Ratu Agung memiliki kemampuan mengendalikan benda angkasa di luar sana, mengatur gerbang, hingga sihir membuat Hana penasaran seperti apa sosoknya.

"Ngomong-ngomong," kata Kelly tiba-tiba. "Apa Putri Nelly baik-baik saja?"

"Entahlah. Kudengar keadaannya memburuk akhir-akhir ini," jawab Letnan Edward.

"Kehilangan ibunya pasti membuatnya terpukul," imbuh Wez.

Hana jadi dihantui rasa bersalah yang amat besar atas kejadian tadi. "Apa kalian yakin Putri akan baik-baik saja? Bagaimana kalau ... Raja murka padaku?"

"Beliau pasti mengerti alasanmu dilempar," kata Wez.

"T-tapi, Putri sedang berduka. Kejadian tadi pasti memperburuk kondisinya! Lagipula kabut tadi itu apa sih? Dan, makhluk apa yang ada di dalam sana?"

Seri KESATRIA BINTANG (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang