BOOK I - Bagian 07

1.2K 127 11
                                    

Suara elang terdengar keras dari atas langit. Perhatian semua orang teralihkan pada lima sosok makhluk bersayap yang terbang dari arah Timur menuju wilayah hutan yang terbakar. Kelima hewan itu melempar bola api yang menyebabkan ledakan dan suara kesakitan monster-monster di bawahnya. Hana pernah melihat mereka terbang di bawah pusaran awan saat menemukan cincin itu.

Suara ledakan dan teriakan hewan terdengar lagi dibalik kobaran api. Puluhan kilatan cahaya warna-warni menari-nari dan menghantam apapun disekitar sana. Hana mendengar suara monster kadal tadi berteriak menantang para monster.

Tiba-tiba muncul cahaya biru yang melayang ke atas. Cahaya itu berubah menjadi pusaran awan hitam yang pernah Hana lihat sebelumnya. Seekor singa terbang terbang ke atas diiringi para monster yang mengejarnya. Singa itu kemudian mengaum keras hingga monster-monster itu disambar puluhan petir dan berubah menjadi abu.

Tak lama kemudian, hujan deras mulai turun dan memadamkan kebakaran yang terjadi. Suara jeritan dan auman monster itu menghilang. Para tentara bersenjata segera berbondong-bondong menuju lokasi untuk mencari korban yang masih selamat.

Hana berusaha menerobos masuk, tapi beberapa tentara menghadangnya. Mereka mendorong Hana menuju bak mobil polisi yang sudah dipenuhi orang. Mobil itu siap berangkat menuju kota.

"Tunggu!" Seekor elang raksasa mendarat di hadapan Hana. Sayapnya yang besar nyaris memenuhi tempat kecil yang dipenuhi manusia. Orang-orang berjalan menjauhinya, sementara para tentara dan polisi mengarahkan senjata mereka padanya. "Apa benar kau yang pergi ke alam kegelapan itu?"

"Ya. Apa kamu teman monster kadal itu?" tanya Hana. Elang itu mengangguk.

"Siapa kamu!?" tanya seorang tentara dengan tegas.

Elang itu menatap sang tentara dengan tajam. "Siapapun kami, itu tidak penting. Kami telah menghancurkan para monster yang mengganggu kalian. Tapi maaf, tidak ada korban yang bisa kami selamatkan disana."

Hana merasa hancur setelah mendengarnya. Tidak ada yang selamat dari kebakaran itu. Ana dan Amin benar-benar telah meninggal.

"Kenapa mereka membunuh orang-orang tidak bersalah?" isak Hana di depan elang yang setinggi pintu itu. Tangannya mengepal seolah ingin meninju seseorang yang bertanggungjawab telah membunuh kedua sahabatnya.

Sang elang merendahkan tubuhnya hingga paruhnya tinggal beberapa senti dari dahi Hana. "Soal itu, aku justru punya pertanyaan menarik tentang apa yang kau lihat disana."

Hana berhenti menangis. Sebelum Hana bicara, tiba-tiba elang itu mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi dan melebarkan sayapnya hingga semua orang di sekitarnya terdorong jauh. Beberapa tentara dan polisi menembak elang itu dari kejauhan, tapi sebuah perisai transparan melindunginya.

Tanpa peringatan, tiba-tiba kedua kakinya menangkap Hana dengan erat. Elang itu membawa Hana terbang ke suatu tempat. Semua orang di gerbang perkemahan panik karena mengira Hana diculik. Ratusan tembakan diarahkan pada sang elang, tapi tidak ada peluru manapun yang berhasil menembus perisainya.

Sepanjang perjalanan menuju kedalaman hutan gunung yang berkabut, Hana terus berteriak minta tolong. Elang itu tidak berbicara dan hanya memandang lurus ke arah hutan.

Seketika kabut di sekelilingnya berubah menjadi hitam dan biru. Tempat ini seperti pipa yang melaju cepat. Hana merasa sedang dibawa ke suatu tempat, tapi bukan ke hutan.

Benar saja, Hana tiba di suatu tempat yang dipenuhi pasir pantai. Suara deburan ombak yang tinggi terdengar dari sebelah kirinya. Lautan begitu gelap, tapi Hana melihat ada dua titik cahaya di kejauhan sana.

Luka memar di tubuh Hana kembali nyeri saat elang itu melemparnya ke atas pasir pantai. Hana mengerang ketika punggungnya menghantam ratusan kerikil. Namun tiba-tiba sebuah benda dingin menyentuh tangannya. Hana merasakan ada energi hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Rasa nyeri itu pun menghilang secara perlahan.

Seri KESATRIA BINTANG (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang