BOOK I - Bagian 11

1K 113 18
                                    

Selama dua minggu lebih Hana merasa frustasi berada di ruangan tertutup ini. Tempat ini hanya berisi kasur, kursi, meja, televisi dan buku tulis kosong. Orang yang menaruhnya disini pasti ingin Hana menulis sesuatu. Pintu ruangan terbuka tiga kali sehari. Seorang pria berbaju tentara masuk kesini hanya untuk membawa makanan. Dia bilang tempat ini adalah karantina untuk penduduk yang terkena wabah gila. Hana dianggap salah satu korbannya, tapi dia tidak pernah merasa gila.

Ingin Hana berteriak minta tolong. Tapi percuma saja. Siapa yang mau mendengar? Ini kan karantina. Lagipula dimana ayah dan ibunya? Kenapa mereka tidak pernah mengunjunginya? Apa mungkin penyakitnya menular?

Satu-satunya yang membuat Hana terhibur adalah televisi. Tapi tayangannya malah membuatnya ketakutan. Teror mulai bermunculan dimana-mana. Frekuensinya lebih sering dari sebelumnya.

"Aku ingin pulang, pulang, pulang, pulaaaaang!" teriak Hana.

Pintu tiba-tiba terbuka. Seseorang masuk ke ruangan dan membuat Hana membeku di tempat duduk. Seorang pemuda berwajah Asia yang tampan datang ke tempat ini sendirian. Hana merasa ada malaikat yang datang menghiburnya.

"Kau Hana kan?" tanyanya. Hana mengangguk. "Namaku Jye." Dia menyadari kalau Hana terus menatapnya. "Apa penampilanku mengganggumu?"

Hana menggeleng. "Tidak, kok."

Pemuda itu duduk di kursi seberang Hana. "Sebelumnya aku tidak tahu kalau kedua sahabatmu menjadi korban dalam serangan itu," katanya yang membuat diri Hana dilanda kesedihan lagi. "Aku turut berduka cita."

"Terima kasih," kata Hana sambil menusuk jari-jarinya di kedua lengannya. "Kenapa kakak bertanya soal itu? Apa kakak teman mereka juga?"

"Bukan. Aku mengingat kedua sahabatku. Aku jadi khawatir pada mereka."

"Apa mereka tentara juga?" tanya Hana. Jye tertegun lalu mengangguk pelan. "Sabar ya kak! Akhir-akhir ini tentara sangat sibuk gara-gara kemunculan teror. Terornya semakin mengerikan." Hana kembali mencengkram lengannya. "Tapi tidak ada teror yang lebih mengerikan dari kebakaran itu."

"Maaf. Mereka pasti sangat berarti bagimu."

"Ya. Tapi tidak perlu dibahas lagi. Semua ini karena aku tidak bisa melindungi mereka."

"Tidak. Ini bukan salahmu," katanya yang membuat Hana kebingungan. "Semua ini salah iblis bintang."

"Iblis bintang?" ulang Hana.

Pemuda itu mendengus kesal. "Aku lupa kalau ingatanmu hilang."

"Hah?"

"Wabah itu merusak beberapa ingatanmu. Tidak usah dipikirkan!"

"Eeeh! Maksud kakak ada sesuatu yang tidak kuingat?"

"Hilang ingatan berarti memang ada sesuatu yang tidak diingat. Tch, dalam keadaan seperti ini pun kau sudah mengajakku ribut!"

"Apa itu karena wabah?"

"Ya," jawabnya ketus. Kemudian dia menyandarkan punggungnya di kursi. Hana mengamatinya sejak tadi sampai dia menyadarinya. "Berhenti menatapku!"

Hana hanya tersenyum sambil menggaruk-garuk kepala. "Habisnya kakak mirip artis. Aku jadi kepingin foto bareng biar teman-temanku iri. Hehe."

Sudut bibir Jye terlihat naik. "Sudah kuduga kau akan pamer pada teman-temanmu, dasar pembohong!" geramnya. Hana melongo karena bingung. "Bukan apa-apa."

"Jadi sebenarnya, kak Jye ini siapa?"

"Aku pahlawan dunia," jawabnya dengan enteng.

Hana memutar bola mata. "Iya, iya. Tentara itu pelindung dunia," ledeknya.

Seri KESATRIA BINTANG (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang