BOOK I - Bagian 15

932 111 8
                                    


Esok harinya, Hana mendengar beberapa prajurit sibuk berteriak di sepanjang koridor. Semalam Hana tertidur lelap, jadi dia tidak tahu apa yang terjadi. Hana mengintip koridor dari celah pintu. Nyaris saja dia muntah ketika melihat beberapa orang menyeret kasur dorong berisi prajurit yang terluka. Lukanya membuat Hana tidak akan bisa tidur malam ini.

Kelihatannya mereka telah menghadapi teror semalaman. Hana merasa ada alarm yang berbunyi di dalam mimpinya. Mungkin itu peringatan teror sungguhan, tapi Hana begitu lelah sampai mengabaikannya.

Hana menyambar remote untuk menyetel televisi. Tubuhnya kaku saat melihat berita terbakarnya kota Meulborne di Australia. Pertempuran besar terjadi semalaman. Warga yang berada di dekat lokasi kejadian hanya bisa merekam dari jauh. Para tentara dan polisi tidak bisa memasuki wilayah itu karena dilindungi perisai misterius. Banyak kilatan cahaya di atas langit diiringi suara gemuruh dari tempat yang dilalap api. Air di sepanjang pantai juga tiba-tiba terangkat ke udara lalu menyapu kota hingga apinya padam. Itu pasti ulah Jye.

Penduduk yang selamat ada sekitar ribuan orang. Mereka mengaku tidak ingat apa-apa selain serigala jadi-jadian yang datang membakar kota. Tidak ada yang melihat Frelles sedang bertempur. Ingatan mereka dimanipulasi.

Hana merasa miris melihat keadaan kota Meulborne yang hangus. Mereka dihancurkan oleh iblis bintang sekaligus Frelles. Apa yang dipikirkan kedua alien itu? Yang satu datang untuk menghancurkan, yang satu lagi datang untuk menyelamatkan. Bumi jadi panggungnya. Bumi yang rusak, tapi mereka tidak bertanggung jawab. Hana tidak mungkin mengusir Frelles. Tanpa mereka, Bumi akan jauh lebih buruk.

Tiba-tiba Hana kepikiran tentang ramalan yang dikatakan Raptor itu. Jangan-jangan dia punya takdir disini sebagai duta perlindungan Bumi. Setidaknya Hana punya suara disini. Master Aiko selalu mendengarkannya kapanpun.

Dengan semangat Hana berlari menuju ruang rapat untuk bertemu Master Aiko, tapi ruangan itu sepi. Hana mengunjungi tempat lain seperti ruang makan, lobi Quimiste dan ruang komando, tapi tetap tidak menemukannya. Padahal Master Aiko jarang terjun ke medan perang. Dia harus mengurus persenjataan, mesin pesawat, pengobatan dan strategi pertempuran. Posisi dibalik layar itu memang melelahkan.

Hana melewati sebuah ruangan berisi pasukan yang terluka. Perhatiannya teralihkan pada seorang wanita yang sedang mengobati tangan seorang prajurit. Tangan prajurit itu patah hingga tulangnya keluar dari sana. Lukanya memang mengerikan, tapi begitu melihat perisai emas yang mengelilingi tangan itu, ketakutan Hana berubah menjadi kagum. Kelihatannya beberapa Frelles memiliki kemampuan penyembuh. Tangan prajurit yang patah itu pun sembuh seolah tidak terjadi apa-apa. Itu penyembuhan tingkat tinggi—regenerasi.

Suara Master Aiko yang menggema di sepanjang koridor menarik perhatian Hana. Hana berlari mencari sumber suara itu hingga menemukan sosok pria berkacamata itu sedang bersama tiga perempuan Quimiste. Mereka membicarakan kesehatan Jye yang semakin menurun. Jye terluka lagi setelah perang.

Setelah ketiga Quimiste itu pergi, Hana mengendap-endap menuju pintu ruangan yang sudah tertutup. Hana mengetuk beberapa kali sampai Master Aiko membukanya.

"Aku pikir kau sudah tidak ingin bertemu siapa-siapa lagi," kata Master Aiko.

"Aku ingin bicara sesuatu," kata Hana yang membuat pemimpin markas itu mengangkat alis. "Ini tentang Bumi." Master Aiko melirik ke dalam sebentar lalu mempersilahkan Hana masuk.

Ruangan yang Hana masuki mirip dengan ruang tamu. Disini hanya sofa, meja dan akuarium. Dinding dipenuhi layar hologram yang menampilkan peta, dan laporan. Di pojok ruangan terdapat sebuah pintu transparan yang menyembunyikan ruangan lainnya. Hana tidak tahu ada apa di dalamnya, tapi tempat itu sangat dipenuhi pantulan aura biru.

Seri KESATRIA BINTANG (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang