04

122 19 8
                                    

Sorry for typo
Jangan lupa pencet ⭐️
Happy reading ~

4. Coincidence

🍀

Airin yang Sean kenal dulu adalah tipe gadis introvert yang tidak banyak memiliki teman. Ia dan Sean menjadi sahabat lantaran dari kecil keduanya berada di sekolah yang sama, selain sebagai tetangga sebelah rumah. Menurut informasi dari Pasha, Airin yang sekarang juga masih seorang introvert.

Airin menyusul Pasha ke tempat main biliar tapi enggan berbaur dengan geng kakaknya, jadi ia memutuskan menunggu kakaknya di kafe bagian depan. Sejujurnya baru pertama kali ini ia mengunjungi tempat favorit kakaknya itu. Jadi kemungkinan besar ia akan sendirian menunggu. Tidak masalah karena Airin butuh seseorang untuk mendengarkan curahan hatinya sesegera mungkin. Dan Pasha lah orangnya. Jadi Airin rela menunggu kakaknya itu. Airin ingin meminta pendapat kakaknya terkait rencananya untuk memberitahu orangtuanya soal dia yang sudah punya kekasih.

Berbekal informasi dari Pasha, Sean bergegas ke kafe bagian depan mencari Airin. Tidak susah menemukan keberadaan Airin karena satu-satunya perempuan yang duduk sendiri adalah dirinya. Ada senyum yang merekah di wajah tampan Sean, akhirnya bisa bertemu gadis itu lagi. Sean lantas menyapanya.

"Ehm. Hai, Rin. Boleh duduk di sini?"

Airin yang tengah fokus dengan ponselnya pun mendongak, "Sean....."

"Yeah, it's me.. eumm, boleh duduk di sini?" Ucap Sean sekali lagi.

"Ah, iya, boleh," jawab Airin singkat.

"Sendiri atau lagi nunggu seseorang?" tanya Sean basa basi.

"Lagi nunggu Mas Pasha."

"Bang Pasha? Kenapa gak masuk aja?" jawab Sean spontan.

"Kamu masih inget Mas Pasha?" tanya Airin heran mengingat ia dan Sean baru bertemu beberapa hari yang lalu setelah berpisah sekian tahun. Itu berarti Sean dan kakaknya tidak saling bertemu lebih lama dibandingkan Airin dan Sean, itulah yang ada di pikiran Airin karena nampaknya Sean tidak terkejut dengan jawaban Airin tadi.

"Oh, tadi aku sempat ke dalem, terus ketemu Bang Pasha," jawab Sean sekenanya. Sebenarnya dirinya belum siap memberitahu Airin kalau sebenarnya dia dan kakak Airin sudah lama sering bertemu, bahkan menjadi teman satu geng.

"Kalian udah sering ketemu?" heran Airin.

"Eum, lumayan," Sean berusaha untuk tidak berbohong. "Btw, kenapa gak ikut Bang Pasha ke dalem?"

"Sebenarnya baru pertama kalinya aku samperin Mas Pasha main biliar. Jadi, ya, aku mau nunggu sampe dia selesai main."

"Ah, I see. Eumm, Rin... Soal Whatsapp ku waktu itu, kamu keberatan, ya?"

"Hmm?....," Airin berpikir sejenak. "Aku belum bilang ke Jay," cicit Airin dengan suara yang mengecil di akhir kalimat.

"It's okay. Tolong kasitau kalau dia menyanggupi, ya."

Belum sempat Airin menjawab, suara Pasha menginterupsi, "Airin, Sean...."

"Rin, sorry banget, malem ini gak jadi bisa ngobrol. Liam lagi rewel, jadi Mas harus buruan balik," lanjut Pasha. "Eum, Sean, tolong anterin adek gue balik ya. See you!" Belum sempat Sean menjawab, Pasha sudah buru-buru keluar dari kafe tersebut. Tersisa hening di antara dua insan manusia yang sedang duduk berhadapan itu.

"So, mau balik sekarang?" Sean memecah keheningan.

"Sean, makasih. Gak perlu repot-repot. Aku bisa pesen ojek online-"

Love Again ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang