05

110 18 10
                                    

Happy reading ~~~
Jangan lupa pencet ⭐
Thank you

~~~

5. Pertemuan

🌷

"Airin, kamu darimana aja?" Itu suara Jay.

Pemuda itu sebenarnya sudah menunggu di depan rumah Airin selama beberapa jam. Tidak berani masuk karena mengingat ucapan Airin yang bilang bahwa gadis itu belum memberitahu orang tuanya perihal kisah asmaranya. Jadi, Jay hanya bisa berdiam diri di depan rumah Airin. Sejak mereka berpisah di restoran, Jay sudah mencoba menghubungi gadis itu namun tidak ada jawaban.

Melihat Airin yang tidak kunjung menjawabnya, fokus Jay beralih pada laki-laki di samping Airin. Menyadari kekasihnya yang penuh tanya siapa gerangan lelaki yang mengantarnya pulang, Airin pun memperkenalkan mereka.

"Jay, sorry. Eum... ini Sean. Sean, ini Jay,"

Kedua pemuda itupun berkenalan. Jay menatap Sean dengan pandangan yang kurang ramah. Airin bilang kalau pulang bareng sama kakaknya. Kenapa jadi sama pemuda ini? Batinnya. Sementara Sean yang akhirnya bertemu dengan kekasih Airin, hanya menyunggingkan senyum tipis.

"Sean."

"Jay."

Perkenalan yang sangat singkat dan padat. Sean yang memahami atmosfer antara Airin dan Jay yang kurang mengenakkan memutuskan untuk pamit.

"Kalo gitu, aku pulang dulu ya, Rin. Titip salam buat Papa Mama kamu," sengaja Sean masih menggunakan "aku-kamu" di depan kekasih Airin. Ia ingin melihat respon lelaki itu.

Sementara, dalam hati Jay mengumpat, "Apaan pake aku-kamu!"

"Gue duluan, bro. Oh ya, kalau ada waktu, bolehlah kita ngopi bareng," Sean tak lupa menyampaikan keinginannya secara langsung kepada yang bersangkutan. Sebenarnya Sean sudah menyampaikan keinginan untuk bertemu kekasih Airin melalui pesan singkat. Namun, Airin tidak kunjung menjawabnya jadi Sean memutuskan untuk bicara langsung kepada yang bersangkutan. Jay tidak menjawabnya namun menatap kekasihnya seolah meminta penjelasan. Sean pun berlalu meninggalkan sepasang kekasih itu.

Melihat mobil Sean yang sudah menjauh, Jay langsung menyerbu Airin dengan seribu pertanyaan.

"Kamu kemana aja? Kenapa gak bisa ditelpon? Terus katanya dijemput Bang Pasha? Kok dianter cowok lain? Siapa cowok tadi?"

"Jay, please, bisa satu-satu aja gak pertanyaannya?" Airin berucap dengan nada yang agak tinggi dari biasanya karena jujur dia masih jengkel dengan Jay selepas obrolan mereka sore tadi.

"Sorry. Kamu kemana aja? Aku khawatir karena kamu gak bisa dihubungi."

"Aku tadi emang sama Mas Pasha, tapi mendadak anaknya rewel. Jadi aku dianter Sean, temen aku sekaligus temennya Mas Pasha."

Airin memberi jeda, "Sorry kalo gak bisa dihubungi karena emang tadi aku aktifin mode pesawat, mau nonton drakor sambil nunggu Mas Pasha. Udah?"

"Hmm. Lain kali jangan kayak gini lagi ya. Aku khawatir banget."

"Sorry...." Airin sebenarnya ragu untuk mengatakan kalimat berikutnya. "Mau masuk gak? Gak enak dilihatin orang."

"Lain kali aja, Ai. Kamu keliatan udah capek. Good night, babe," Jay pun pamit setelah bertemu Airin dan memastikan kondisi kekasihnya baik-baik saja.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Sabtu siang menjelang sore yang cerah kali ini terasa berbeda untuk Sean. Pemuda itu terlihat sedang duduk di kursi tunggu bandara, menunggu seseorang yang akan dijemput olehnya. Beberapa menit menunggu, terdengar suara seorang perempuan yang memanggil namanya, "Sean, hai!" Ucapnya antusias.

Love Again ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang