10

128 19 13
                                    

10. Fact

Tidak ada pembicaraan yang serius antara Airin dan Sean. Hanya seputar kabar dan beberapa kali membahas betapa menggemaskannya bocah laki-laki yang hari ini genap berusia dua tahun itu. Pasha kembali menghampiri mereka.

"Kalian udah pantes gendong bayi, pantes banget malah. Kapan nyusul?" Pasha terkekeh santai, berniat menggoda adik dan sahabatnya itu.

Airin dan Sean saling menatap sepersekian detik, mendadak salah tingkah.

"Airin dulu kali, Bang, yang udah punya gandengan," Sean mencoba menanggapinya santai. Sedangkan Airin hanya meringis.

"Hehehe... siapa tau kan kalian bisa barengan, sama-sama punya bayi," Pasha masih menggoda dua sejoli itu dengan menekankan kata 'barengan'.

"Mas Pasha apaan sih, dateng-dateng bahas bayi! Udah ah, aku mau balik aja," kesal Airin. Sebenarnya dia sedang salah tingkah, ada rona merah jambu di pipinya. Ia pun mengembalikan Liam kepada Pasha.

"Kalo pulangnya sama Sean aja gimana, Rin?" Pasha ingin membuat dua manusia tersebut menjadi lebih dekat. Airin menolak mentah-mentah, tentu saja. "Gak usah dengerin Mas Pasha, Sen. Aku udah pesen taksi!" Airin berbohong. Padahal sedari tadi ia tidak menyentuh ponselnya.

Pasha tidak mengindahkan kalimat Airin. "Sen, lo ada acara lagi, gak, abis dari rumah gue? Kalo gak ada, gue minta tolong anterin adek gue balik ya, soalnya gue mau bantu Windy beres-beres," Pasha beralasan.

"Oh, gak ada, Bang, gue free. Kalo Airinnya gak keberatan ayo aja," Sean berharap Airin segera mengiyakan saja.

"Udah sana, Rin, sama Sean aja. Kamu bohong kan kalo udah pesen taksi, orang dari tadi sibuk sama Windy di dapur," ucapan Pasha membuat Airin tidak bisa beralasan lagi. Airin pun pasrah.

▪︎▪︎▪︎▪︎

Keduanya sudah berada di mobil Sean. Hanya suara musik yang terdengar. Karena Sean tidak menyukai suasana yang canggung, ia pun membuka suara.

"Kamu tadi gak sama Jay ke rumah Bang Pasha, Rin?"

"Eh? Oh... Dia lagi sibuk. Mm... Tadi berangkat sama ortu, tapi Papa Mama balik duluan soalnya ada acara lain," jawab Airin seadanya. Sejujurnya, dalam dua bulan ini perasaannya sangat campur aduk.

"Oh, I see. Mau mampir ke suatu tempat atau langsung ke rumah?"

"Ke rumah aja, Sen. Sorry, jadi ngerepotin kamu."

"No, it's okay, Rin. Aku seneng bisa semobil sama kamu lagi, eh–" Sean keceplosan. Mereka pun tertawa bersama.

Ada setitik perasaan bahagia ketika sedang bersama Sean. Itulah yang Airin kembali rasakan ketika bertemu lagi dengan Sean setelah sekian tahun berpisah.

Mereka pun sampai di depan rumah Airin. Saat Airin hendak membuka pintu mobil setelah mengucapkan terima kasih, Sean mencoba menahannya.

"Rin, boleh minta waktunya sebentar?"

Airin kembali memosisikan duduknya sambil menghadap ke Sean. "Iya, Sen?" Ucapnya sambil memastikan.

Sean kemudian meraih sesuatu di jok belakangnya yang sudah ia siapkan sebelumnya. Ia pun memberikannya untuk Airin. Airin hanya menatapnya heran. Sean sudah memprediksi jika ia akan bertemu Airin di rumah Pasha, alhasil ia membawa hadiah yang sudah disiapkan untuk Airin. Jika memang ia tidak bertemu Airin, ia berniat menitipkannya pada Pasha. Namun, Sean bersyukur bisa langsung memberikannya pada Airin.

"Early birthday gift. Dua minggu lagi ulang tahunmu, kan?"

"Ya ampun, Sean," Airin jadi speechless.

Love Again ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang