Bab 10

1.1K 127 1
                                    


Seseorang berjalan dengan santainya memasuki ruang kelas tanpa memedulikan kalau pelajaran sedang berlangsung, sangat tidak sopankan. Membuat fokus semua orang tertuju padanya.

“Astaga. Apa kamu tidak bisa sedikit lebih sopan? Sudah telat tapi masuk tidak mengucapkan salam, kamu tidak tau ini jam berapa? Bahkan pelajaran saya sudah berjalan 5 menit.” Ujar guru muda yang sedang mangajar dikelas Tio.

Sedangkan sang pelaku hanya menampilkan wajah datarnya.

“ Sekarang kamu duduk.” Perintah guru muda itu.

Tio berjalan menuju bangkunya sudah terlihat disana cewek berisik kemaren sedang menatapnya. Dibalas Tio dengan mengangkat alisnya.

Duduk menghadap kepapan tulis memperhatikan pelajaran yang menurutnya sangat membosankan. Huh! pelajaran membosankan mending tidur. Menaruh kepalanya diatas meja digunaknnya tangan untuk tumpuan kepala agar lebih nyaman.

Memejamkan matanya berlayar kepulau mimpi.

10 menit kemudian.

Puk 

Penghapus papan terlempar mengenai kepala Tio. Tio masih tidak mau bangun karena telalu mengatuk sebab semalam ia tidur hanya sebentar.

Vanya menggoyangkan badan Tio mencoba membangunkanya yang sedang tidur dengan nyenyak.

“Woy Tio bangun lo.” Ucap Vanya.

Tio pun mulai terusik, perlahan mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan penglihatannya.

“Antoni, kamu berani tidur disaat jam pelajaran saya.” Marah bu Ana.

“Maaf bu, saya mengatuk karena semalen tidurnya hanya sebentar.” Jelas Tio.

“Alasan, sekarang kamu kedepan. Kerjakan soal yang ada di papan tulis.” Perintah bu Ana.

Tio menghela nafas berdiri dari bangkunya berjalan menuju kedepan. Mengambil spidol dan mulai mengerjakan soal. Berbagai rumus dan angka yang Tio tulis hingga membuat seisi kelas memandangnya dengan kagum.

“ Sudah bu.” Ucap Tio.

“Hmm.. kamu boleh duduk.” Suruh bu Ana.

Tio kembali ke mejanya. Bu Ana memeriksa hasil pekerjaan Tio ia dibuat kagum dengan hasil kerjannya.

“ Semua jawaban kamu benar. Jawabnya tepat dan akurat. Saya bangga sama kamu, tapi lain kali jangan tidur disaat pelajaran saya.” Puji bu Ana.

“Terima kasih, bu.” Ucap Tio. Ia tidak bisa bilang iya kepada bu Ana untuk tidak tidur disaatnya mengajar.

“Yasudah pelajaran saat ini sudah selesai, kalian kerjakan dirumah soal yang ada dibuku paket hal 43. Dan kamu Antonia pulang sekolah datang keruangan saya.” Peritah bu Ana. 

                                          ***

Setelah sampai dikantin, Tio langsung melahap nasi goreng dipiringnya dengan rakus hingga membuat orang yang ada dikantin menatap Tio dengan pandangan jijik.

“Gila, rakus banget tu si cupu. Kek kagak makan seminggu?” Tanya Stiven sambil memadang Tio dari jauh.

“Gua masih nggk terima sama si cupu yang masalah kemaren. Gara gara dia mobil gw disita bokap.” Mendengar ucapan Bagas membuat  tiga orang yang ada didekatnya langsung emosi seketika.

“Tu anak harus dikasih pelajaran biar kagak berani ngelawan kita lagi.” Ucap Bagas 

“Jangan berbuat onar, kalau tidak mau barang kalian disita lagi.” Ucap Aldi mencoba untuk menghentikan aksi temannya ini. Apa mereka tidak berfikir bahwa Tio tidak seperti biasannya.

Andre hanya diam memperhatikan teman-temanya. Semua yang berhubungan dengan Antonia selalu bisa membuat Andre emosi. Andre masih tidak akan bisa memaafkan Antonio tentang kejadian dulu.

Andre seketika berdiri lalu berjalan pergi menggalkan kantin. Teman-temanya saling mentap satu sama lain pasalnya apa yang membuat Andre pergi. Tidak seperti biasanya pergi meninggalkan mereka. 

Sedangkan pelaku yang dibicarakan malah asik dengan makannya. Hemm! Makanan buatan neng Jum sangat enak sekali. Tio sangat lapar pasalnya tadi pagi hanya makan roti dan susu saja.

Tio mengalungkan tas dipundaknya dan segera menuju ruang guru karena tadi disuruh sama bu Ana. Tapi ada yang menahan tangannya siapa lagi kalau bukan sicewek berisik Vanya.

“Ada apa Vanya?.” Tio menghela nafas. Kenapa disaat  ia mau pergi ada yang menahannya.

“lo belum jalani hukuman dari pak Agus.” Jawab Vanya.

Apa si Antonio ini tidak tahu hah. Vanya kemaren mencari Antonio diseluh area sekolah tapi tidak ada. Kalau saja bukan perintah dari pak Agus untuk mengawasi si Tio, Vanya tidak akan mau lagi berurusan dengan sicowok singong ini.

Tio yang mendengar perkataan dari Vanya langsung mengingat hukuman itu, ia kemaren dibawa pulang mamanya jadi tidak sempat menjalankan hukumannya.

“Ok, nanti setelah saya selesai menemui bu Ana. Dan apa hubungannya hukuman saya  dengan kamu?.” Tanya Tio.

“Gara-gara lo, gue disuruh buat ngawasi lo saat  membersihkan Toilet.” Jawab Vanya dengan menggerutu.

Tio mengangkat satu alisnya. Apa tadi Vanya bilang? Mengawasi? Buat apa. 
“Buat apa di awasi, emang saya mau kemana?” Tio bingung dengan perkataan Vanya.

“Pak Agus takut lo kabur.” Jelas Vanya.

“oh.” Sinkat Tio.

“ oh, doang lo. Astaga emosi seketika gue.” Sungut Vanya tidak habis fikir dengan respon dari Tio.

“Tenang saja saya akan mengerjakannya, kamu bisa pulang tidak perlu mengawasi saya. Saya janji tidak akan kabur.” Ucap Tio yang merasa kasian dengan Vanya.

 “Fine, gue pulang awas aja kalok kabur lo. Gua bakal bilang ke pak Agus dan supaya lo ditambahin lagi hukumannya.” Ucap Vanya berdiri dari kursinya sambil menyangklong tasnya dipundak.

“hm.” Respon Tio sekedarnya dan melenggang pergi kelaur kelas dan segera menuju kelas.

Vanya yang ditinggal sendiri dikelas. Berkeinginan untuk mencakar-cakar wajah sok dingin itu. Masih aja ada cowok kayak gitu notabennya sebelas duabelas dengan tembok.

AntonioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang