Bab 15

241 37 2
                                    

Tio melihat Zura sedang menatap jalan sambil sesekali memainkan ponselnya.

Ah.. Zura tidak terlihat seperti yang diceritakan dalam novel.

Tio menghampiri Zura.

" Cathline ?" . Panggil Tio

Zura hanya menengok sekilas lalu berdehem.

" Hm "

" Pakai helmmu, ayo pulang."  Suruh Tio.

" Aku lapar " keluh Zura.

Tio baru sadar jika ia dan Zura belom makan sama sekali setelah lelah membersihkan toilet.

" Ayo naiklah, kita akan makan. "

Tio berjalan menuju motornya.

Tio memberhentikan motornya dicafe dekat toko helm tadi.

Tio dan Zura masuk ke cafe. Mereka langsung pesan dan makan .

Sepanjang mereka makan hanya ada suara gaduh sendok dan tidak ada percakapan sama sekali.

Zura dari tadi ingin sekali memulai percakapan karena ia paling tidak suka berada disituasi canggung seperti ini.

' Nih, cowok lagi cosplay jadi tembok apa gimna sih. ' -gerutu Zura.

" Selesaikan makanmu Cath, jangan hanya melihatku seperti ingin menelanku." Sindir Tio.

" Siapa yang melihatmu pede sekali." Sanggah Zura.

" Terserah dirimu, selesaikan makanmu atau saya tinggal. "

" Dasar menyebalkan. "

"Cath, selesaikan makanmu. "

" Hm. "

Pertengkaran yang menyebalkan, sepertinya Zura harus catat baik-baik bahwa si Tio ini tipekal cowok harus ia jauhi.

Bagaimana tidak masak si Tio ini hanya diam dari tadi. Dan sialnya lagi seminggu kedepan harus dengan si cowok muka tembok itu.

MENYEBALKAN - batin Zura

Tio memperhatikan Zura makan dengan keadaan muka tertekuk. Bahkan dengan raut muka seperti itu Zara masih terlihat sangat lucu.

Sungguh menggemaskan, tapi bagaimana dia tidak mengenali Tio. Itu rasanya mustahil pasti ada sesuatu.

Tio merasa penasaran apakah perlu ditanyakan pada Zura. Atukah tidak perlu pasalnya jika dia benar benar tidak mengingatnya kemungkinan dia lupa ingatan. Dan bagaimana ceritanya Zura bisa mengalami itu.

Lebih baik bertanya dari pada membuat pusing dan penasaran.

" Cath ? " - Panggil Tio.

" Apa ? "

" Saya mau bertanya ? "

" Bahasa Lo, gw nggak suka. Gw ngerasa Lo mau ngintrogasi gw. Jadi bisa diubah. "  -Kesal Zura.

" Tidak bisa ini sudah kebiasaan saya. "

" Baiklah terserah Lo, mau tanya apaan ?"

" Apa kamu tidak mengenal saya ?"

" Ya, gw kenal lah. Antonio G. Frans. Anak kelas 12 IPA 2. "

" Bukan seperti itu, maksutnya lebih jauh lagi. "

" Lebih jauh gimna, Yan jelas klok tanya. " Omel Zura.

Tio masih bingung bagaimana menanyakannya pada Zura. Apa harus tanya langsung to the point tapi ck- sungguk menyebalkan.

" Lupakan saja, selesaikan makan mu. Lalu kita pulang  ini sudah malam. " Perintah Tio.

" Hah.."  jawab Zura dengan cengok.

Dasan cowok gajelas, dia Yan nanya malah nggak jadi. -batin Zura.

Zura menyelesaikan makanya dengan menahan emosi Yan menyulut. Punya dosa apa dia sampai - sampai bisa bertemu dengan si cowok tembok Tio.

Lebih baik menyelesaikan makan dan pulang. Sampai rumah harus Adu jotos sama guling untuk melampiaskan emosi.

Tahan Zura, kamu harus tenang. -batin Zura.

Tio harus mencari informasi sendiri tentang ini semua. Kenapa melencenga dari alur novel. Kalau tidak sesuai jalan cerita yang sudah ditentukan maka akan sulit ia akan hidup tenang. Apalagi karakter Tio harusnya mati diawal cerita berarti nyawanya terancam kalau sampai tidak sesuai alur.

Maka bahaya akan selalu mengancamnya. Entah itu apa saja, ia tidak khawatir kalau ia Yan terkena imbas tapi bagaimana mama Yesa nanti tidak ada Yan menjaganya. Tio juga belum membuatnya bahagia.

Harus secepatnya bertindak.  Tidak bisa mencari jawaban hanya dalam karakter saja Tio harus tanya pada salah satu teman pemeran utama pria.

Pasti ada hubungannya dengan mereka.

Zura memperhatikan Tio hanya yang terlarut dalam pikirannya sendiri. Zura menepuk pundak Tio dan memanggilnya.

" Tio."

Tio tersadar dari lamunannya. Ahh... Ia terlarut lagi dalam pemikirannya selalu seperti itu.

Tio berdiri dari duduknya dan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka. Zura pun ikut beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju motor Tio.

Tio melajukan motornya menuju rumah Zura. Tio tidak bertanya alamat rumah Zura karena ia sudah tau. Kenapa ia bisa tau kalau ia dan Zura teman masa kecil yang pasti itu dari ingatan si Tio sendiri.

Makanya ia penasaran sekali alasan dari Zura tidak mengingatnya. Padahal si Andre jelas mengingat di lihat seberapa bencinya dia terhadap tokoh Tio.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai didepan rumah Zura.

Zura turun dari motor Tio dan melepas helmya. Bagaimana Tio tau alamat rumahnya.

" Kok, Lo bisa tau rumah gw. " -heran Zura.

" Kamu tidak perlu tau, bahkan jika saya masuk orang tuamu mengenali saya."  Santai Tio.

" Kok bisa, Lo sama gw nggak pernah dekat ya."

" Terserah. Sekarang masuk."

Tio langsung melajukan motornya tanpa menunggu balasan dari Zura. Zura yang ditinggal hanya bisa menghela napas menahan emosi.

Tio melajukan kecepatan motornya diatas rata-rata, mencoba menghilangkan stresnya sendiri. Jika sampai Tio masuk atau mampir kedalam rumah Zura ia yakin langsung diusir.

Tio tidak tau karena apa orang tua Zura tidak menyukainya padahal dari ingatan Tio yang asli. Zura, dirinya dan Andre kecil adalah teman yang sangat akrab atau bisa dibilang sahabat, Bahkan mereka bertiga bertemu karena orang tua mereka juga. Orang tua mereka itu rekan bisnis dan sahabat semasa muda.

Tapi entah karena kejadian apa membuat mereka musuhan. Selepas kejadian pertengkaran hebat antara anak mereka bertiga. Pertemanan orang tua merekapun jarang bersama lagi.

Dan sialnya itu tidak masuk atau tidak ada dalam ingatan Tio asli. Bahkan Tio tidak tau pertengkaran seperti apa yang terjadi antara dirinya, Zura dan juga Andre.

Yang ia yakini adalah pertengkaran itu pasti sesuatu yang besar.

AntonioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang