#9

15 6 9
                                    

<School picnic> happy reading╹◡╹)♡

Why? -JUAN
—————————————————————————

Bus pariwisata itu melaju normal. Di dalamnya terdapat anak anak yang bernyanyi dan bergurau suka, suasana perjalanan penuh dengan canda tawa.

Hingga setengah jam kemudian seisi bus itu mulai sepi, murid murid mulai lelah tertawa dan seketika mengantuk. Memang hal yang penting saat diperjalanan jauh itu adalah tidur. Beberapa anak murid pun nampak terlihat terlelap dalam tidurnya.

Juan gemes banget kenapa si mesti pake baju kek gitu. Batin sheina.

Sheina duduk bersebelahan dengan Juan. Tentunya karena..... kalian pasti tau.

Juan yang lapar dan bosan pun mulai membuka satu persatu bungkus cemilan yang ia beli. Mulutnya mulai mengunyah satu persatu makanan yang ia masukan. Mata nya polos, masih mengunyah tanpa menghiraukan gadis di sebelahnya yang sudah mengiler.

"Juan."

"Hm knnm napa?" Mulutnya berbicara sambil mengunyah makanan. Kesan imutnya pun langsung berpancar.

"Bagi... dong" pinta sheina ragu.

"Nih aaaa" Juan menerima permintaan itu namun tangannya malah menyodori makanan berniat menyuapi Sheina.

Sheina pasrah dengan temannya ㅠㅠ, langsunglah ia lahap makanan yang di sodorkan Juan. Sheina tau Juan masih polos seperti anak kecil, makanya ia tau Juan begitu memang karena sudah biasa.

Juan pun lanjut mengunyah makanan itu hingga mulutnya terasa serat, segeralah ia meneguk air di dalam botol miliknya dengan terburu buru.

Okhh okhokk
Juan tersedak air minum.

"Makanya pelan pelan napa, buru buru banget si."

Juan terlihat memukul mukul dadanya, ia tidak bisa napas. Juan tersedak tidak biasa, apalagi guncangan pada bus mereka.

"Juan, heh! Kok diem aja! Batukinnn." Panik Sheina.
"Bu.. Bu, Juan keselek sampe gak bisa napas bu." Gerak sheina mengampiri bangku yang di duduki gurunya.

Ibu guru mereka pun langsung mendekati Juan. Benar saja punggung Juan langsung di pukul keras oleh guru nya. Bertujuan agar air yang salah jalur langsung kembali pada tenggorokan.

"Okhok ukhuhh hahh hah hahhh" nafasnya memburu.

Usapan dan tepukan pelan mendarat di punggungnya sekarang, gurunya meminta maaf karena terpaksa memukul punggung Juan dengan keras.

"Makasih bu" kata Sheina dengan bow.

Sheina telah bersantai kembali di tempat duduk.

"Lain kali.. hati-hati bisa kan?" Tangannya bergerak menepuk pundak Juan pelan.

"He'em, maaf ya Juan selalu ngerepotin nana mulu."

"Ih engga apa apa, eh kok panggilnya nana?"

"Humm, Juan boleh gak panggil kamu nana? Juan gak suka panggilan (shei) Juan lebih suka nama akhiran kamu." Mintanya dengan senyum yang lebar. Juan anak yang sangat manis.

"Boleh." Senyuman puas kini terukir di wajah mereka berdua, padahal harusnya waktu mereka digunakan untuk tidur. Namun Sheina tidak bisa merasa nyaman jika harus tidur di tempat yang asing atau tidak biasa menempati tempat itu. Dirinya pun lebih memilih memandang pemandangan dari jendela, dan beralih meminkan ponselnya.

Buk
Ada kepala yang mendarat tepat pada bahunya.

"Apa nih ko berat."

Lah! Juan! Buset! Ngapain segala ketiduran di pundak sih! Astagaaa gimana ini. Gumamnya, jantungnya berdegup kencang, kaget dan tentunya salting. Ia bisa saja menggebu gebu sekarang namun tidak bisa karena sosok manis itu sedang terlelap dengan nyaman.

Why?-JUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang