#29

10 2 0
                                    

19.15

Angin malam yang sejuk menembus kulit ari mereka, tepat di halaman belakang rumah Juan. Keempat laki laki dan satu gadis sedang berbakar jagung sambil bergurau ria.

"Yaaaa sunoo jagungnya gosongg hahahahaaa!!" Sorak Juan meledek sahabatnya.

"Berisik kamu"

"Kak Jayy, Juan mauu dong kayanya jagung ka jay enak" 

"Iya sini"
Jay terkekeh menatap bocah kecil di depannya yang sedang menggerogoti jagung miliknya.

Sheina masih anteng dengan makanannya, sedang menikmati dan menyerap kehangatan suasana yang tercipta. Semeriwing angin melewati helaian rambutnya pelan, lalu dia reflek terpikirkan sesuatu.

"Oh iya?! Juan katanya kita mau ke sungai han? Ayuk sekarang.." kata sheina

"Duh gimana mau sekarang? Jagung nya aja belum abis" kini heeseung yang merespon.

"Yaudah bentar lagi, 10 menit lagi okey?" Sunoo menyarankan.

"Oke."

Semuanya mulai kembali sibuk dengan jagungnya masing masing. Semua berlalu hingga terlihat Jay yang sedang membereskan alat bakar jagung di belakang.

"Ayuk berangkat" ajak Heeseung.

"Bentar, kita mending ajak kak Haru sama sangwon juga gak sih? Ajak bunda juga kak."  Ucap juan

"Hemm boleh, bentar kk panggil bunda dulu ya ke atas"

"Oke kak ditunggu di teras ya"

———

"Na mau ajak kak jakah juga gak? Atau mama kamu ayuk ajak"

"Gak deh juan, aku sendiri aja. Mereka juga gabakal mau"

"Mama kamu? Siapa tau mau"

"Mama aku.... oh beliau udah di surga"

"...."

"Maaf na, ga bermaksud"

"It's ok, udah biasa kok" sheina tersenyum.

"Eh aku ajak dina aja deh ya, tinggal dia doang yang gak ikut kan" Juan mengangguk.

Jay tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua, ikut berbincang.

"Kalian pada ngajak orang? Kk boleh ajak kak Jake gak?"

"BOLEH BOLEH" keduanya bersorak kompak

Jay tersenyum lalu tangannya mengambil ponsel yang ada di saku celana, dan mulai menghubungi sesorang.

"Jake, ikut yuk"

"...."

"Iya sama kita semua bareng bareng"

"...."

"Oke gw tunggu di rumah Juan ya, gapake lama"

Sambungan terputus.

****

20.00

Semua sudah siap berangkat, terdapat dua mobil di depan gerbang rumah Juan.

Mobil pertama ditempati Jay, Juan, Sheina, dina, Sunoo dan Sangwon. Mobil kedua ditempati oleh Heeseung, Alika, Jake, Haru, dan bunda juan.

Mobil pertama disupiri oleh supir pribadi Juan, mobil kedua disupiri oleh Heeseung. Lalu kedua mobil itu mulai berjalan, kecepatan melaju normal dan mulai memasuki jalan utama.

"Selamat pulang na" batin Juan.

Yang membayangkan kini sedang meluncurkan air mata tanpa sepengetahuan sheina.

Sampailah mereka semua pada taman pinggir Sungai Han. Semuanya turun dari mobil dan menikmati angin sejuk yang berlewatan. Rombongan keduanya lalu menaiki salah satu jembatan untuk pejalan kaki. Lampu disana tidak terlalu banyak, tapi cukup terang kalau untuk digunakan berjalan saja.

Kemerlap kemerlip bintang dan satu bulan purnama menghiasi langit malam itu, malam tanpa awan, malam tanpa kebisingan, malam penuh kehangatan dan ketenangan. Sensasi itu sedang dirasakan oleh semuanya.

"Sheina, ke pinggir jembatan yuk. Aku fotoin kamu" ajak Juan, heeseung dan lainnya mengikuti mereka.

Sheina mulai berpose banyak, ia sangat cantik malam ini. Paras cantiknya membuat cahaya semakin terang pada jembatan kayu tersebut.

"Na" juan membuka suara

"Kenapa?"

"Aku boleh peluk kamu, terakhir kalinya" ia tersenyum pahit, matanya kembali berkaca kaca.

"Terakhir? Maksud kamu apa?" Sheina mulai bergedik saat menyadari semua orang disitu menatapnya dengan tatapan tak biasa.

Tanpa aba aba Juan segera memeluk hangat sheina, tangisannya memecah keheningan.

"Maksud kalian apa sih?"

Sheina bertanya berkali kali namun pertanyaannya seolah olah tidak bisa terdengar oleh semuanya.

Jay

Dina

Sunoo

Heeseung

Sangwon

Haru

Bunda juan

Jake

Alika

Dan yang terakhir, Juan.

Semuanya bergantian memeluk hangat sheina, pelukan yang penuh arti dan memiliki makna dalam. Makna kelam. Semua tersirat dalam satu pelukan yang sheina terima.

"Sheina kamu harus pulang sheina" Suaranya penuh penekanan dan bergetar.

"Pulang sheina pulang" Juan kembali berbicara

Juan mulai terisak. Heeseung menghampiri Juan lalu mengusap pelan dada adiknya yang masih naik turun.

"Sabar ya.. kamu kuat juan, adek kk harus rela, kuat" bisik heeseung pelan.

Heeseung menyeka air matanya, lalu kembali berbisik sesuatu di telinga Juan.

"Sekarang"

Tubuh Juan gemetar hebat saat mendengar perintah dari kakaknya, ini semua ia lakukan karena terpaksa.

"Sheina maafin aku, juan terpaksa" gumam Juan.

"Hiks.... na, kita semua sayang kamu.. kamu janji kan bakal ingat kita sampai kapanpun? Maafin aku ya na maafin aku!"

Juan mendorong tubuh Sheina yang menyender pada pagar kayu pembatas dengan kencang.

"JUAANNNN AAAAAAAAKKKKK" Sheina memekik keras dan terasa tubuhnya yang sedang melayang pada udara mulai mendekat pada permukaan air.

BYURRRR

Suara dentaman air pada tubuh sheina terdengar jelas oleh Juan dan semuanya.

"SHEINAAAAAAA!!!!!!!" Juan jatuh terlunglai pada permukaan jalan jembatan.

"TIDAKKK TIDAAKKK SHEINNAAAA, HIKS NGGAK MUNGKINNNN!!!!!"

"TOLONG KEMBALI HIKS AKU MINTA MAAF NA AKU MINTA MAAFF HIKS NANA...."

Shock berat Juan rasakan, tak lama kesadarannya mulai menghilang, pandangannya kabur dan matanya memberat.

Bruk.

"JUAN!"

______________________________

Jangan demo plis aku takut, nanti di episode akhir kalian bakal tauu semuanyaa.. dann finalyy akhirnya cerita aku mau tamat, makasih semuanya yang udah setia baca dari awal sampe akhir, makasih yang udah selalu vote cerita aku, makasih juga yang selalu komen dan menjadi sistem penyemangat akuu💗💗💗💗love u all..

Fyi
(Semua jawaban ada di eps 30)

Why?-JUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang