Usai kecelakaan yang dialami sepasang remaja ini, mereka terlihat tidak baik baik saja, dalam hubungan. Benar benar menjadi renggang, ntah apa alasan dibaliknya.
"MAKSUD KAMU APA LIK?!!" Bentak jake
"Ya!!! Kita putuss!!! PUTUS SEKARANG JUGA!!" Pekik alika
"GAK GAK!! APA APAAN KAMU?!"
"PUTUSS JAKE!!! PU—"
"Alika!!" Panik jake kala melihat tubuh alika terhuyung ke permukaan aspal.
"Bangun by!! Bangun!! Sadar hey" jake masih berusaha menyadarkan alika, namun usahanya ternyata sia-sia. Segeralah tubuh mungil itu ia gendong dan dibawa ke mobil.
"Aku minta maaf lik" lirih Jake.
Rumah sakit yang menjadi tujuan segera menangani alika, ia hanya terbaring lemah di ranjang hingga sebuah jarum memasuki kulit mulus tangannya.
"Jake....." gadis itu kembali sadar
"Iya lik Ada apa? Apa yang dirasa? Bilang aja ya" sahut jake lembut.
"Aku minta maaf" alika mulai terisak kencang, air matanya pun lewat tanpa permisi.
"Heyy, ngga by.. gapapa, jangan gini ya"
"Tapi beneran, kita gak bisa lanjutin hubungan ini lagi.."
Jake terbelalak.
"Boleh cerita alasan nya?" Tanya Jake masih dengan nada bicara yang sangat lembut.
"my religion is islam, ini gak baik untuk aku jake. Aku mau ibadah yang bener"
"Kamu ga pernah cerita ke aku lik, kenapa bisa kamu baru cerita sekarang?"
"Maaf jake, i'm really sorry. Ada kalanya aku belum siap" alika masih terisak.
"Apa yang buat kamu siap dan ngasih tau ke aku sekarang?"
"Orang tua aku jake, orang tua aku gak setuju. Aku diminta akhiri hubungan kita, aku pengen jalan yang lurus sama tuhan aku. Kamu juga punya tuhan kan"
"Yes, aku punya. So?"
"Kita kembali menjadi teman ya jake" alika berusaha tersenyum.
"Beneran, aku lagi gak mimpi kan? Jadi kamu beneran mau akhirin ini??"
"Iya, jake. Kamu gak keberatan kan, tolong.. ini demi ayah sama ibu aku"
Meski berat, jake berusaha tegar dan tetap terlihat tenang di depan alika. Walaupun kini hati nya terasa tercabik cabik, tapi Jake hanya ingin semuanya berjalan baik baik saja kedepannya.
"Oke, aku paham.. mulai sekaranb kita temenan ya" jake mengulurkan kelingking panjangnya di hadapan alika.
"Yap, makasih jake.. aku harap kita akan terus begini walaupun ga akan sering ketemu lagi, tapi kita tetap teman kan" kelingkingnya membalas uluran jake.
Jake mengangguk lalu tersenyum manis kearahnya.
*****
"Jadi? Mau kamu apa?" Ketus gadis itu dengan emosinya yang masih membara.
"Jangan kaya gini na, please. Aku m-"
"KAMU YANG JANGAN KAYA GITU!! KAMU PIKIR AKU NGAPAIN DARI KEMARIN? HAH?!"
Juan mengerjap kaget, sungguh.. baru kali ini ia melihat Sheina semarah itu, bahkan saat dengan Jay dulu tidak sampai seperti ini.
Untung saja di taman yang mereka tempati sangat sepi bahkan tidak ada sama sekali orang kecuali mereka.
"AKU UDAH BERUSAHA MINTA MAAF TAPI APA?!!! KAMU GA MAU NERIMA SAMA SEKALI MAAF AKU" Nafas Juan memburu disertai netra nya yang mulai berkaca-kaca. Namun ia berusaha menahan karena gadis di depannya bahkan sudah menangis deras sejak lama.
"Kamu berani bentak aku?!! It's okey, Juan.. pergi kamu sekarang! PERGIII!!!"
"Maksud kamu? Na please na, jangan emosi dulu gini dong, biar aku juga gak ikutan emosi tau gak!" Juan kini makin terlihat menyeramkan.
"Iiiiii jahat jahat jahattt!!!!!! Pergi!! Pergiii!!!" Sheina memukul mukul tubuh Juan di depannya, sia sia ternyata ia hanya terlihat seperti memukul tiang. Daya pukul sheina tidak membuat posisi juan berubah sedikitpun.
"Sssstt... udah udah, nana nanti pusing kalo kamu kayak gini" Juan bergerak cepat menarik tubuh kecil sheina kedalam pelukannya meski kadang kali berontak, tapi tenaga sheina tak sebanding dengan kekuatan tangan Juan saat menahannya.
"Lepas" lirih sheina.
"Lepas juan, aku bilang lepas.. denger gak sih?" Ia masih berusaha berbicara meski kondisi nya sudah tak karuan dengan isakan tangis yang masih terselip di setiap kata yang diucapkan.
"Nggak, anggep aja ini pelukan terakhir aku. Na" lirih Juan sangat pelan tepat di kuping sheina. Air matanya sudah jatuh mengalir deras.
Sheina terdiam, maksud Juan apa? Hatinya tambah sakit saat mendengar ucapan Juan tadi, terlihat semesta sedang tidak berpihak kepadanya untuk saat ini.
"Juan..." tangan sheina perlahan membalas pelukan Juan. "Aku sayang kamu" lanjutnya.
"Aku, aku juga sayang sama kamu na. Aku cuma ingin kita akhiri ini dengan baik baik" Juan mulai melepas pelukannya dan beralih menatap mata sheina lekat. Tatapan itu....
Dejavu.
"J-juan? K-kamu Juan?"
Juan diam terheran melihat perilaku sheina yang tidak bisa diprediksi ada apa.
"Iya aku Juan. Kenapa sih? Jangan buat aku takut na."
"Ga apa apa, yaudah yuk kita pulang." Tatapan sheina seketika kosong, bibirnya berubah menjadi pucat pasi, gaya jalannya pun tidak seperti manusia pada umumnya.
Ada apa?
Sebab khawatir, Juan berusaha mendampingi sheina dari dekat hingga sampai di depan pintu rumahnya. Walaupun masih bingung gadis di sebelahnya yang tiba tiba bersikap aneh.
"Dek?" Sapa Jakah saat melihat adiknya pulang dengan keadaan yang tidak biasa.
"Eoh? Kak Jakah, halo.. hehe" ucapan itu terlisan dengan sangat pelan, lembut, dan samar samar. Namun mata sheina tetap saja tidak fokus dan masih kosong.
"Ini kenapa ya juan?" Tanya jakah heran
"Maafin Juan kak, juan juga nggak tau.. tadi kita lagi di taman, terus tiba tiba pandangan dia kosong, dan minta pulang, yaudah juan anterin pulang aja. Diajak ngomong juga jawabnya lambat banget"
Sheina jatuh terduduk, netra nya kembali mengeluarkan cairan bening. Ia terisak sambil memukul mukul tembok di sebelahnya. Jakah yang panik segera mendekap tubuh adik kedalam pelukannya.
"Juan?!" Panggil jakah penuh penekanan
"I-iya kak?" Juan gagap
"Bisa jelasin gak sheina bisa kayak gini karna apa?? Ini kk tau pasti ada apa-apa, gamungkin baik baik aja terus dia tiba tiba kayak gini."
Benar, sheina seperti orang yang depresi.
"S-sebenernya..."
....
"JUANN!!"
Tubuhnya terlonjak kaget.
"K-kak haru?"
_______________________________
🤫🤫🤫🤫🤫sssttt, tidak sprti yang kamu pikirkan guys..
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?-JUAN
Fanfiction"Aku akan menyelamatkanmu" -Juan ---------- Ini awal dari sebuah cerita, perjalanan mimpi indahnya bersama Juan. Menangkap banyaknya peristiwa, tangisan dan kebahagiaan, lalu pada akhirnya ia terbangun dalam identitas yang berbeda. Buku ini masih...