#24

14 4 0
                                    

Hari minggu saat itu menurut sheina adalah hari yang paling buruk. Juan baru saja mengatakan sesuatu yang membuat hati mungilnya tersayat.

————————
"Na, aku mau bicara sebentar.. disini aja"

"Iya ngomong aja" feeling sheina mulai tidak enak, sepertinya Juan akan membicarakan hal yang serius.

"Hmm aku ga yakin kalo kamu ga akan marah"

"Ga kok, aku ga marah. Ngomong aja kenapa?"

"Kita..."
"Kita jangan pacaran lagi ya"

"Juan........."

"Aku sayang sama kamu na, yang kita lakuin ini udah salah!"

Netra Sheina mulai berkaca kaca.

"T-tapi."

"Iya na, kamu punya agama yang harus kamu taati. Sedangkan aku, aku atheis na.... kita gaboleh bersatu"

Nafas sheina tercekat usai mendengar kalimat yang ia dengar dari juan.

"Juan... jangan ngomong gitu" ucap sheina dengan suara yang bergetar.

"Nana..."

"Kamu jahat hiks!!!"

"Ga gitu na, aku bukan orang baik. Masih ada yang lebih baik dari aku na."

"Bisa diem gak sih?!"

"Tolong na, aku sayang sama kamu.. kita-"

"Kita ini berbeda" lanjutnya.

"Gak!! Hiks Aku belum mau akhiri ini semua!!!"

"Na tunggu dulu"

"Kamu jahattt hiks!!!!! Jahat Juan, Juan JAHATT!!!"

Sheina tersulut emosi dengan derai air mata yang bercucuran. Tanpa basa basi lagi, ia pun segera keluar dari kamar Juan.

"Nana, maafin juan. Aku sayang kamu na" batin juan.

————————

Ingatan itu terus berputar di benaknya, alhasil kini kepalanya terasa sedikit pening karena telah lama menangis.

Sudah larut malam, mata nya belum ingin menutup. Ia ingin sekali menghubungi juan tapi niatnya teururung karena perasaan nya yang masih emosi dan kecewa.

Selama ia duduk di kasur dan termenung lama, sheina mulai menyadari suatu hal. Ia belum sholat.

"Astaga belum sholat isya" gumamnya

Tak lama selesai berwudhu, sepasang mukena berwarna hijau tosca ia kenakan dan mulai menjalani ibadahnya.

Selesai dalam 5 menit dan salam. Sheina mulai berdoa, tangannya ia satukan lalu diletakan di depan dadanya.

"Ya Allah, hamba mohon.. jika semua ini baik untukku, maka berilah jalan terbaik. Tapi jika tidak, aku mohon berilah kekuatan dan keikhlasan untuk hati hamba ya Allah. Aamiin" Setetes dua tetes air telah mengalir di pipinya.

Deg

Sheina terkejut, ponselnya tiba-tiba berdering.

"Pasti Juan." Gumam sheina sambil menatap ponselnya di nakas.

Alih alih menjawab panggilan itu, sheina malah berlalu keluar kamarnya menuju kamar mandi. Usai menyelesaikan urusannya ia kembali ke kamar dan mendapati ponselnya yang sudah tak berdering lagi.

Saat ia raih dan menyalakan layar bisa dilihat 17 pesan chat dari Juan. Enggan membuka, gadis itu pun kembali merebahkan dirinya di kasur dan menutupi kepalanya dengan bantal.

*****

"Kok gak baca pesan aku sama sekali sih" cemas Juan

"Paboya? Kamu udah buat dia kecewa meskipun perkataan kamu bener, tapi seenggaknya bicara pelan pelan.. jangan langsung blak blak an gitu dek." Timpal heeseung yang berada di sebelahnya.

Heeseung memang mengetahui, juan baru saja cerita padanya. Tepatnya sore setelah juan pulang dari Rumah Sakit.

Juan masih diam dengan wajah yang muram, ia menyesali kejadian tadi sore bersama sheina. Andai saja waktu bisa diputar kembali, ia sama sekali tak ingin berbicara seperti tadi.

"Yaudah, mau gimana lagi.. saran kk besok kamu temuin dia di rumahnya, bawa makanan manis. Tapi kalo kamu masih lemes jangan ya mending di rumah dulu tunggu keadaan kamu baik."

Juan berbinar, ide kakaknya sangat terbilang cermelang.

"Bagus!! Oke kak, besok Juan kesana. Juan udah sehat kok." Serunya.

"Makanannya kakak aja yang beli ya, kamu biar langsung bawa. Biar ga capek bolak balik supermarket"

"Oke deh makasihh kak, Maaf ya Juan jadi ngerepotin hehe."

"Sama sama adek kesayangannya kakak" tangannya mengelus surai Juan seraya tersenyum.

Heeseung keluar dari kamar Juan setelah obrolan selesai. Kini Juan tengah sendiri di kamar.

Ia teringat sesuatu, wajah itu kembali muram.

"Boleh nak, asal kamu janji ya. Jangan pernah buat hati pasangan kamu kecewa atau sakit. Mengerti?"

Kalimat bunda nya seketika terlintas di kepala. Juan pun merasa gagal menuruti perintah bundanya, ia jiga tidak pantas disebut pendamping yang baik untuk sheina.

Hati nya masih gelisah, tidak tenang, gugup. Semua karena ia memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Sheina.

Ddrrrtt ddrrtttt

Ponselnya bergetar,

"Kak haru? Tumben banget telpon" gumam Juan

Tak lama panggilan itu pun terjawab.

"Halo kak?"

"Juan, yaampun kakak kangen. Gimana keadaannya?"

"Juan baik kok kak, sini main aja.. eh tapi udah malem ya"

"Gimana kalo besok kita makan siang bareng? Mau gak?"

Juan diam sesaat, bagaimana bisa ia menyetujui ajakan Haru jika besok ia akan berkunjung ke rumah sheina.

"Emm... boleh deh kak, mau dimana?"

"Cafe deket sekolah ya"

"Oke"

Sambungan terputus.

0000000000000000000000000000000

0000000000000000000000000000000

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon<juan>

Sekian dulu ya buat chapter ini, good bye👍🏻

Why?-JUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang