04. JANGAN BUNUH SAUDARA SAYA

5.7K 390 3
                                    

SMA Bumantara memiliki satu hari khusus untuk melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler bagi semua murid nya. Cowok Dirgaska memilih club basket sebagai ekskul ke dua mereka, sebagai tim yang menjabat selama dua tahun.

"Gue paham, lo gak bakal cerita tentang masalah lo. Tapi lo punya kita El, bilang sama kita alasan kenapa lo keluar apa salah nya?" pantulan bola oranye berhenti di tangan Elvan, pertanyaan Alvaro membuat anggota lainnya mendekat.

"Kenapa lo keluar? Ada masalah?" tanya Leon, rambut hitam undercut nya basah peluh keringat.

Elvan diam seperti biasa, dia tidak bisa menjelaskan alasan. Elvan lebih sering melakukan tindakan dari pemikiran logis nya, tanpa memberitahu alasannya pada siapapun.

"Bokap lo?" tebak Alan mengusap keringat menggunakan ujung kaos nya terangkat, membuat perut tahu cowok itu sedikit terlihat.

"Hm,"

Aska berdecak, setiap ditanya kenapa? Kalau tebakan mereka benar, maka Elvan akan merespon dengan bergumam singkat.

"Kamus bahasa es batu, hem sama dengan iya!" decak Aska, dia sibuk memutar bola yang sedikit kotor di tangan nya.

Elvan mengatakan keluar dari tim sangat mendadak, mereka tidak bisa rasanya membiarkan Elvan mengambil keputusan terpaksa itu. Mereka tau Elvan juga menyukai olah raga basket, itu sebab nya dia masuk tim.

Revan sangat kecewa dengan keputusan teman dingin nya itu.

"Sayang banget, padahal kita butuh strategi lo buat pertandingan terakhir kita. Di semester dua nanti sebelum kita lepas jabatan," ungkap Revan melipat tangan di dada.

Mereka tengah duduk melingkar di pinggir lapangan dekat kursi tribun, bermain selama satu jam membuat mereka lelah sendiri.

"Lo gak perlu keluar El, biar gue yang handal." ucap Alvaro sungguh.

Alvaro tau rasanya dituntut untuk jadi sempurna di mata orang lain, kali ini pria itu sangat keterlaluan sampai melarang Elvan keluar dari tim Alvaro tidak akan diam saja, dia harus bicara pada Papa nya.

Elvan hanya menatap Alvaro dingin, seolah dia tau usaha Alvaro akan sia-sia. Cowok dingin itu tau, Alvaro peduli pada mimpi nya dia merasa bersalah karena Papa nya. Elvan kehilangan kesempatan meraih mimpi.

Tapi disisi lain, Elvan juga merasa bersalah karena kehadiran nya di keluarga Dirgantara, Alvaro jadi tersisihkan Papa nya sendiri.

Elvan meninggalkan mereka, langkah lebar cowok setinggi 186 cm itu melewati ruangan club dance, kelima teman nya mengejar Elvan dari belakang, mereka juga sudah lelah berlatih.

Ketika jendela besar di samping nya menampilkan satu objek yang menarik obsidian Elvan, cowok itu memfokuskan matanya ke dalam ruangan. Rupanya Eryn memilih ekskul tari, dia sedang berlatih bersama pembimbing di dalam sana.

"Pantesan berhenti, tau nya liatin Queen." sindir Aska tepat di belakang Elvan.

Ke lima cowok Dirgaska spontan berhenti, ikut mengintip lewat kaca jendela.

"Eryn cantik nya udah dari kecil, dia Princess," cetus Alvaro.

"Buat gue aja ya, El?" Alan menyikut cowok es batu di samping nya, sengaja ingin memancing.

ELVARYN : Es dan Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang