33. ELVANO DEVIL

1.1K 70 1
                                    

“SERANG!!”

Tepat di lokasi yang berhasil ditemukan, tujuh inti Dirgaska menyerbu kawasan jalan gelap di tengah malam. Pertempuran besar kali ini Dirgaska sengaja tidak melibatkan seluruh anggotanya, karena hampir anggota Dirgaska terdiri dari murid terbaik di sekolahnya. Dan karena pertarungan ini masih berkaitan dengan dendam korban tawuran Bagaskara, dan kasus besar kedua geng yang menjadi musuh besar. Mereka tidak ingin menyeret adik kelas mereka yang berprestasi namanya.

“RATAKAN SEMUA! Ratusan orang sekaligus Dirgaska tidak akan mudah tumbang!”

Regan tertawa meledek, senyum sinis tercetak jelas di wajah tampan nya.

“Dih, songong banget! Gue bakal tertawa paling kencang kalau salah satu dari kalian jadi mayat!” ketus nya penuh arogan.

Revan menggeram marah. “Banyak bacot lo duluan gue kubur hidup-hidup!” erang lelaki itu maju menghadapi lawan-lawan nya yang berbadan lebih kekar.

Wajah sangar orang di bawah perintah Argen itu terlihat maju menyerang 4 orang yang notebene nya masih remaja. Kalau setiap berkumpul mereka sering memasang wajah yang bersahabat, humor dan penuh senyum. Lain hal nya jika mereka sudah dalam arena pertempuran.

“As, lo sama Leon sisi kiri. Biar gue sama Alan sisi kanan!” arah Revan pada teman nya, mereka membuat kubu sayap di kedua sisi untuk balik menyerang.

Sedangkan ketua dan wakil mereka maju paling depan, melawan seratus dua preman gadungan yang dibeli dari negeri antah berantah. Termasuk pemimpin mereka, Argen dan Regan.

“Bangsat! Mau lo apa anjing?!” Elvano membanting senjata api nya, tembakan nya meleset.

“Gue gak mau lo kelewatan batas!” tegas Alvaro pelaku yang menarik saudara nya tepat sebelum peluru itu melesat beberapa centi dari kepala Argen.

“Gue mau balas dendam karena dia buat cewek gue mau mati! Lo pikir gue kelewatan batas! Gila lo, lo pikir gue gak cukup waras buat tindakan tanpa mikir balik?” Elvano menggertak marah, saudara nya itu tidak perlu menariknya tadi. Karena apa yang Elvano lakukan saat ini, menurutnya benar.

Argen harus menerima akibatnya melukai Eryn.

“Bukan gitu El, Eryn–”

“Lo gak perlu ikut campur! Ini urusan gue, harusnya lo sadar Al. Lo udah banyak rebut milik gue, sampai Eryn aja gak ingat sama gue!” sergah Elvano mendorong Alvaro agar menjauh darinya.

Alvaro balik bertanya, “Maksud lo apa? Lo pikir gue suka sama Eryn? Apa yang gue rebut dari lo El? Kalau soal Eryn, dia itu tanggungjawab gue juga!”

“Dia milik gue!” telak Elvano mengepalkan tangan, bersiap adu tinju dengan saudara nya.

BUGH!

“KAKAK!”

Jeritan Eryn menghentikan pertengkaran saudara tidak sedarah itu. Eryn menjerit sejadi-jadinya, tangisnya serak melihat Kai mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari tongkat baseball demi melindungi Eryn.

Bukan karena lelaki itu jatuh ambruk di pelukan Eryn, tapi pukulan keras itu telah memecahkan pembuluh darahnya. Bagian tulang belakang yang memproduksi sel darah putih, kanker darah selepas kemoterapi nya belum cukup pulih untuk menerima serangan sekeras itu. Eryn bahkan tidak mempercayai kakak nya itu masih tersadar untuk membalas serangan Regan, dan melepaskan amunisi dibalik kemeja nya sebanyak letupan memekakkan telinga yang Eryn dengar.

ELVARYN : Es dan Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang