10. RED DAY

3.4K 260 5
                                    

°°°

"Gue terima kolaborasi kerja sama Ayah lo, beliau baik banget. Nggak terlalu dingin kayak lo, tapi jiwa pemikir logisnya lo banget." pungkas Alvaro mengawali pembicaraan nya dengan Elvan.

Elvan diam, menunggu apa yang akan Alvaro lakukan.

"Lo buat kerja sama itu bukan cuma buat lo sendiri bebas kan? Gue tau sekarang cara kerja berpikir lo," lanjutnya lagi sambil memainkan rubik, mereka sedang di atap gedung utama sekolah.

"Baru lo ngerti?" alis Elvan sedikit naik, cowok dengan rambut hitam bergaya two block undercut itu melipat tangan di dada.

Alvaro mengangguk satu kali, tidak ada kontak mata diantara mereka. Jarang sekali kedua saudara tiri itu berbicara berdua, suasana nya selalu hening. Wajar saja keduanya sama-sama memiliki Myers Briggs Type Indicator INFJ-INTJ.

Elvan membuang napas berat, pandangan cowok itu menatap kakak tirinya dingin.

"Om Hendrix cuma mau keuntungan buat perusahaan nya, gak peduli dari mana sumber daya nya. Dia gak butuh otak gue kalau dia tau ada SDM yang lebih menjanjikan. Gue gak berniat lo yang jadi akibatnya, gue tau lo juga punya mimpi. Tapi gue juga gak mau lo dicap sebagai pembunuh," ujar Elvan dengan terpaksa menjelaskan.

Alvaro mengangkat pandangannya, kedua mata gelap mereka sempat bertemu sepersekian detik. Sebelum Alvaro membuang wajahnya ke arah lain.

"Bunda- Mama lo bilang, lo sebenarnya care dengan cara lo sendiri. Gue hargai maksud baik lo El, tapi saat ini gue sendiri juga gak tau impian gue sebenarnya. Gue seneng, Papa kasih gue kesempatan, tapi apa yang gue mau sebenarnya bukan itu." ujar Alvaro.

Elvan mengangguk mengerti, "Lo boleh panggil Mama gue, Bunda. Tapi gue gak bisa panggil lo 'kakak." ketus Elvan.

Alvaro mendengus geli, cowok itu memutar matanya ke arah Elvan.

"Nggak deh, Mama Hana itu Mama lo. Bunda gue udah di langit,"

"Mama gue juga di langit," balas Elvan datar.

Alvaro menanggapinya dengan tertawa pelan. Ternyata nasib mereka sama saja, saling peduli dengan cara berbeda, ingin menjalin hubungan saudara tapi gengsi mengakui. Apa lagi Elvan tidak mau memanggil Alvaro 'kakak, lagi pula Alvaro hanya dua bulan lebih tua dari Elvan.

Meskipun demikian, mereka pernah dekat. Pernah ada satu sama lain, dua tahun itu bukan waktu yang singkat. Keduanya pernah saling menanyakan kabar masing-masing, pernah berbicara berdua di atap rumah. Pernah membicarakan perihal mimpi, konflik dan luka yang disembunyikan.

Dari sana Alvaro menyadari, Elvan tidak pernah mengatakan peduli nya pada siapapun. Elvan selalu menghadapinya sendirian, seolah dia tidak membutuhkan teman. Tapi Alvaro mengerti, biar Elvan tidak pernah mengatakan nya. Dia sebenarnya sangat membutuhkan kehadiran teman-temannya, Elvan kenyataanya lemah jika sendirian.

°°°

"Lo liat cewek gue?" tanya Elvan pada teman sekelasnya.

"Eryn?" tebak Jeri.

"Hm,"

"Ke UKS tadi," jawab Jeri, tadi dia sempat melihat cewek yang dimaksud Elvan pergi ke UKS.

Mendapat informasi dari Jeri, Elvan memuat arah jalannya menuju UKS. Dari jam pelajaran pagi sampai istirahat siang, Eryn masih aktif di kelas. Tapi dua jam pelajaran terkahir cewek itu tidak masuk, Elvan memilih bolos sisa dua jam pelajaran terakhir untuk menemui Eryn.

Sampai di ruangan itu, Elvan langsung mendapati Eryn tengah berbaring di brankar sambil memegang perutnya. Cewek itu meringis kesakitan, tangan nya meremas bagian perut yang kram akibat menstruasi.

ELVARYN : Es dan Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang