23. PUTUS

1.9K 153 1
                                    

Sekolah.

"Tugasnya dikumpulkan lusa, pokoknya Ibu gak mau semuanya harus selesai. Jangan berkelompok lebih dari dua orang, kalau tiga orang pasti salah satunya cuma numpang nama. Paham semua?"

"Paham!" jawab semua murid serentak dengan penuh keterpaksaan.

"Ibu pamit, kelompoknya sudah di buat kan?"

"Sudah Bu Set!"

Bu Setiani mengangguk mantap, "Hm bagus!" wanita yang terkenal jarang memberi masukan materi tapi sekali hadir langsung memberi tugas berat itu mematri langkahnya ke luar.

"Ibu pamit, wassalam." akhir Ibu Setiani sebelum postur tubuh berisi nya tidak nampak lagi di balik pintu.

"Yah, tugas lagi." desah Eryn menelungkup kan wajah nya ke atas meja, sembari menggunakan lipatan tangan nya sebagai bantalan.

Bukan hanya Eryn, hampir seluruh murid kelasnya mengeluh akan tugas yang semakin hari menumpuk pesat. Para guru ngotot ingin tugasnya selesai dalam waktu paling lambat tiga hari, padahal tugas nya bukan cuma satu mata pelajaran saja.

Dengan dalih, jangan dijadikan beban itu memang tugas utama seorang pelajar. Tapi menurut Eryn, tugas pertama kali di buat untuk menghukum murid, oleh seorang guru di Italia.

Eryn merasa kalau semakin hari, tubuh nya semakin lemah. Padahal dia tidak beraktivitas berlebihan, contohnya hari ini ia seharian hanya duduk di kelas dan pergi ke kantin. Tapi seluruh badan nya seperti sehabis berlari maraton 5 kilometer.

"Padahal gue pengen sama lo Ryn, tapi cowok lo tuh." tunjuk Lyona menggunakan dagu nya ke arah Elvan.

Kemudian cewek beriris mata coklat madu itu menoleh pada Eryn.

"Dia makin hari keliatannya makin nempel sama lo ya? Lo kasih pelet apaan sama El?" tanya Lyona iseng.

Eryn mengangkat wajah nya, bola matanya merotasi ke pojokan kelas di mana Elvan duduk sambil membaca buku.

"Sihir Princess dong," cetus Eryn dibarengi kekehan kecil.

"Lo ada-ada aja, tapi gue salut hubungan kalian jauh dari rumor gak jelas, apa lagi orang ketiga. Semoga lo langgeng ya Ryn," ucap Lyona tulus.

"Amiinn,"

Dring!

"Hp lo tuh, bunyi." tunjuk Lyona melihat layar hp Eryn.

Nomor yang tidak di kenal, Eryn ragu untuk menerima panggilan nya.

"Eryn angkat telpon dulu,"

Kepergian Eryn ke luar kelas rupanya tertangkap ekor mata obsidian tajam Elvan. Dari balik kaca jendela bening, lelaki itu memperhatikan raut wajah Eryn dan menerka-nerka apa yang gadis itu bicara kan.

"Posesif amat, bisa aja kali itu tukang kurir nanyain bayar nya sama siapa?" sindir Leon.

Elvan berdecak kesal, Leon tertawa kecil melihat raut wajah Elvan yang datar tapi penuh rasa penasaran.

"Masih aja ngelak lo, cewek kayak Eryn jangan dikekang lo percaya aja. Nanti dia malah gak betah, terus kabur cari yang lain." ujar Leon

"Gue gak posesif," kata Elvan memasang wajah sedingin es.

"Tapi lo penasaran kan itu kurirnya ganteng apa nggak?" ledek Leon memancing jiwa adrenalin Elvano ke luar.

"Lebih gantengan gue kali," balas Elvan dingin.

"Siapa yang bilang Eryn telponan sama kurir?" tanya Eryn sudah kembali dari luar, dan mendengar perdebatan mereka berdua.

Elvan meraih tangan Eryn, sebelah bahu nya mencangkol tas hitam brand Prada. Lelaki itu menarik Eryn untuk pulang, pelajaran terakhir tinggal 2 menit lagi.

ELVARYN : Es dan Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang