08. ALTER EGO JEALOUS

4.2K 305 4
                                    

Di ruangan kerja rumah Dirgantara, Elvan mengajak Hendrix untuk berbicara.

"Om Hendrix, bisa kita bicara?"

Elvan tidak pernah menganggap Hendrix Ayah sambung nya, tapi Elvan tetap menghormati pria tua itu.

"Tentu El, silahkan masuk." ucap Hendrix

Elvan duduk di depan meja kerja Hendrix, dengan membawa sebuah dokumen surat ditangan nya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Hendrix.

Elvan tidak suka membuang waktu, kalau berbicara dia akan langsung pada inti pembahasan. Elvan meletakan flashdick ke atas meja, menyerahkan hasil kerja nya selama seminggu belakangan.

"Saya tidak akan bekerja lagi di perusahaan Dirgantara, saya tidak tertarik dengan urusan bisnis. Saya akan memilih tinggal sendiri, membiayai hidup sendiri tanpa perlu bantuan dari Om. Saya masih milik hak asuh Ayah," perjelas Elvan pada Hendrix.

"Setelah kepergian Hana, ini yang kamu balas pada saya El?" Hendrix membuang muka, tampak tidak setuju dengan keputusan Elvan.

Tapi mau bagaimana pun, dia sama sekali tidak memiliki hak asuh. Dia hanya Papa sambung dan Elvan tidak menganggap nya demikian.

"Om tidak perlu khawatir kehilangan aset berharga perusahaan, masih banyak cara mencapai kesuksesan tanpa melibatkan saya. Om bisa terima tawaran kerja sama P.T Zans Group, Ayah saya CEO dari perusahaan bidang sains dan teknologi." Elvan mulai membicarakan ide nya.

Hasil diskusi dengan Ayah terkait menjadi cara agar dia terbebas dari tekanan. Elvan sudah merencanakan pemikiran ini dengan matang, jadi dia yakin bisa merubah pikiran Hendrix.

"Apa jaminan nya saya mendapat keuntungan? Kamu ini mau merendahkan perusahaan saya? Mentang-mentang Zans Group selalu jadi teratas dari perusahaan saya!" cecar Hendrix

Elvan membuang napas, dia sudah tau watak dan cara berpikir pria itu. Elvan tau Hendrix akan ragu, sikap perfeksionis dan keras kepala nya membuat dia selalu angkuh. Dia selalu percaya kerja keras nya akan selalu membuahkan hasil, tanpa mau bekerja sama dengan orang lain.

"Dengan kejeniusan Ayah saya, persediaan sumber daya milik Dirgantara dan strategi pemasaran di era digital sekarang. Bukan kah kedua perusahaan membutuhkan strength dan opportunity yang lebih, bagaimana jika digabungkan? Pastinya dalam waktu dekat, sangat memungkinkan kita berada di paling teratas." ujar Elvan dengan nada jelas dan lugas. Tanpa keraguan dan penuh percaya diri.

Hendrix tampak memikirkan kembali perkataan nya setelah mendengar penjelasan Elvan.

"Saya sudan membicarakan ini dengan Ayah saya, jika Om bersedia bekerja sama. Beliau setuju,"

"Tapi kalah kamu keluar, bagaimana dengan saya? Kamu itu jenius,"

"Om bisa percaya kan pada Alvaro, saya yakin Om. Alvaro tidak kalah pintar dari saya, dia pasti bisa mengelola nya. Percaya kan saja, tidak ada salah nya memberikan Alvaro kesempatan. Orang tidak akan mengulangi kesalahan nya jika dia ingin berubah." pungkas Elvan meyakinkan Hendrix.

"Kalau saya percaya kenapa Om ragu? Saya tidak akan merekomendasikan Alvaro jika saya tidak melihat potensinya." lanjut Elvan semakin merubah pemikiran pria tua itu.

Seakan bisa membaca pikiran Hendrix, Elvan menyerahkan dokumen surat pernyataan yang dibawanya sejak tadi.

"Bisa kita mulai kerja sama nya?"

ELVARYN : Es dan Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang