"Jangan pernah ikut campur urusan orang tua, Semesta! Turuti apa kata bapak, kamu paham?!" bentak seorang pria tua yang tak lain adalah Ayah Semesta.
"Tapi, pak, Semesta nggak mau!" tolak Semesta tegas.
"Ikuti saja apa yang bapakmu katakan, nak," timpal Ibunya.
"Kalian berdua sama aja! Kalian cuman mau bikin hidup Semesta menderita!" setelah mengucapkan hal itu Semesta mengambil kunci motornya dan pergi dari sana.
Hari semakin malam, udara semakin dingin, entah ke mana Semesta akan pergi yang jelas dia tak ingin di rumah malam ini.
Perjodohan? Sungguh Semesta tak mengharapkan hal itu, apa lagi untuk sesuatu yang bahkan ia tak tahu sama sekali. Semesta terus melaju dengan motornya, melintasi jalan raya yang sudah cukup sepi.
Entah ke mana pemuda itu akan pergi, ia bahkan tidak memikirkan hal itu. Yang ia inginkan hanya menenangkan isi kepalanya dari hal yang membuatnya pusing.
Semesta berhenti di depan sebuah taman, ia turun dari motornya dan melangkah ke sana. Taman tak ramai, jadi Semesta bisa menenangkan pikirannya.
"Atau aku telepon Bintang aja?" tanyanya. "Iya, aku telepon dia aja."
Semesta kemudian merogok saku jaketnya, mengetik nama Bintang di sana.
"Hallo."
"Tang, kamu di mana?"
"Di rumah, Ta, kenapa?"
"Nongki, yuk."
"Tumben. Kenapa? Ada masalah?"
"Biasa, bapak."
"Perjodohan lagi?"
"Iya."
"Yaudah, kamu di mana? Kita ketemu di angkringan biasa."
"Oke."
Setelah telepon itu terputus, lantas Semesta bangkit dan melangkah ke motornya. Ia kembali melaju menuju tempat di mana dia dan Bintang menghabiskan waktu berdua.
Iya, hanya Bintang. Hanya pemuda itu tempat Semesta berkeluh kesah dan mencurahkan segala isi hatinya. Bintang pun selalu menjadi pendengar yang baik, meski kadang ia tak bisa memberi saran, namun Bintang sebisa mungkin selalu ada di samping Semesta.
Perjodohan yang dimulai dua tahun lalu membuat Semesta selalu kesal. Ia bahkan tak pernah bertemu dengan gadis yang ingin dijodohkan dengannya.
Bertemu pun Semesta tak akan setuju, bagaimana bisa ada sebuah perjodohan di zaman sekarang? Semesta tak habis pikir dengan jalan pikiran Ayahnya.
Tanpa ia sadari, ia sudah sampai di tempat tujuan. Semesta memarkirkan motornya dan turun, ia mencari meja yang biasa ia dan Bintang tempati.
Di sana, Bintang sudah duduk sembari menyeruput secangkir kopi yang biasa ia pesan.
"Bro," panggil Semesta.
"Kamu udah datang, duduk," ucap Bintang. Semesta lantas duduk di hadapan pemuda itu. "Jadi, kenapa?"
Semesta diam sejenak, lalu menghela napas gusar. "Bapak mau perjodohannya dipercepat."
"Tapi, Ta, kamu, 'kan masih kuliah? Baru mau masuk semester akhir, ini lagi sibuk-sibuknya nyari bahan skripsian, kenapa malah dihadapin sama perjodohan?" tanya Bintang heran.
"Aku juga bingung, Tang. Bapak selalu aja kaya gitu setiap aku ngebantah atau nggak nurut."
"Terus kemarin malam kenapa kamu nggak ikut sama kita?" tanya Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]
Fanfiction"Kita, dua rasa yang tidak direstui semesta" © Arabella Minerva Yamri Start : 01/03/22 End : - Rank 100222 #1gera 100222 #3painful 100222 #3petaka 100222 #8azaleaspublisher 140222 #2petaka 170222 #1petaka 170222 #7painful 170222 #6azaleaspublisher...