Hari ini, Sanu dan Aini akan mendaftarkan Elizia di salah satu sekolah khusus di Makassar. Bahagia? Tentu saja, namun banyak hal yang membuatnya juga takut. Ia takut jika lingkungan barunya tak bisa menerimanya.
Sanu, Aini dan Elizia sedang dalam perjalanan menuju sekolah tersebut. Aini menatap Elizia yang duduk di belakang. Ia tahu betul anak angkatnya itu tengah khawatir sekarang.
Aini mengulurkan tangannya, ia mengenggam jemari gadis itu, membuatnya sedikit tenang. Elizia yang menyadari sentuhan ibu angkatnya tersenyum simpul. Setidaknya ia bisa menghilangkan rasa takut itu dari dalam dirinya sekarang.
Setelah menempuh jarak kurang dari sepuluh menit, mobil Sanu akhirnya memasuki area sekolah khusus tersebut. Ia memarkirkan mobilnya dan langsung turun bersama dengan Elizia dan juga Aini.
Kedatangannya sudah ditunggu oleh sang pemilik yayasan di sana. Mereka disambut dengan baik ketika masuk ke dalam kantor.
"Selamat datang, pak," ujar sang pemilik yayasan.
"Terima kasih sudah menyambut kedatangan kami, pak," balas Sanu.
"Sama-sama. Silahkan duduk." mereka bertiga lantas duduk di sofa ruangan itu. "Jadi, ini anak bapak yang ingin bapak daftar ke yayasan kami?"
"Benar, pak. Apakah bisa?"
"Tentu saja bisa. Silahkan isi formulir ini dulu." Sanu mengambil lembar yang diserahkan kepadanya.
Sanu akhirnya mengisi kertas formulir yang diberikan, sedangkan Aini masih memegang jemari anak angkatnya itu, ia tersenyum bahagia. Baginya, apa yang ia lakukan sekarang adalah bentuk dari penebus kesalahannya dua puluh lalu.
Setelah mengisi semua kolom pada kertas pendaftaran, Sanu lantas memberikan kembali pada pemilik yayasan. Keduanya tersenyum simpul.
"Jika bapak ingin melihat sekolah baru, bisa saya temani untuk berkeliling," ujarnya.
"Terima kasih banyak, pak, tapi sepertinya tidak bisa, saya ada urusan yang belum selesai," tolak Sanu.
Pemilik yayasan itu tersenyum simpul. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih sudah memilih sekolah ini sebagai salah satu tempat untuk putri bapak melanjutkan pendidikan."
"Sama-sama, pak, kalau begitu kami permisi." pemilik yayasan itu hanya mengangguk, setelah melepas jabatan tangan darinya, Sanu lantas pergi bersama istri dan juga putri angkatnya.
Pemilik yayasan itu menatap lekat ke arah kepergian ketiganya, tak ada ekspresi darinya semenjak Sanu dan kedua perempuan itu membalikkan badannya.
"Kalian sudah bertemu rupanya."
—
Sore ini, Aini menemani Elizia untuk membeli beberapa perlengkapan yang akan ia gunakan besok lusa sebagai salah satu murid baru di sekolah tersebut.
Sekolah tempat Elizia belajar bukanlah sekolah pada umumnya, di sana menerima muridnya dari berbagai kalangan dan juga umur. Entah sejak kapan sekolah itu berdiri di Makassar, yang pasti masyarakat di sana merasa terbantu.
Aini dan Elizia memasuki toko-toko untuk memilih perlengkapan yang akan digunakan, di sekolah itu juga semua muridnya bebas memakai seragam apapun asalkan tetap terlihat sopan.
Tak ada Semesta yang menemani mereka, namun Semesta akan menjemput keduanya setelah selesai.
"Zia, bunda dapat baju yang cocok buat kamu. Di coba, pasti keliatan cantik," ujar Aini.
Elizia tersenyum, kemudian mengangguki ucapan sang ibu angkat. Ia mengambil pakaian tersebut dan dituntun masuk ke dalam ruang ganti.
Dua menit kemudian, ia pun keluar, Aini yang melihat hal itu tersenyum bahagia. "Cantik banget. Ambil ini, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]
Hayran Kurgu"Kita, dua rasa yang tidak direstui semesta" © Arabella Minerva Yamri Start : 01/03/22 End : - Rank 100222 #1gera 100222 #3painful 100222 #3petaka 100222 #8azaleaspublisher 140222 #2petaka 170222 #1petaka 170222 #7painful 170222 #6azaleaspublisher...