Embun pagi ini cukup tebal, cuaca juga cukup dingin, namun hal itu tidak membuat Elizia patah semangat. Ia tetap bangun seperti biasanya. Setelah menunaikan sholat subuh, gadis cantik bersurai hitam legam itu menyiapkan kue yang sudah dia masak semalam.
Ini hari pasar, biasanya Elizia membuat lebih banyak kue dan pulang lebih lama. Kalau ditanya apakah ia lelah, jelas sekali dia lelah. Ia harus merelakan masa mudanya hanya dengan bekerja dan mengumpulkan uang, sebab jika tidak begitu dia tak bisa melihat semesta dengan Indah.
Karena ini hari libur Langit, Galaxy dan Saturnus menginap di sana untuk membantu Elizia menyiapkan segalanya. Tapi, mereka bahkan belum bangun. Padahal Elizia sudah hampir selesai.
"Loh? Kok kamu nggak bangunin aku?" tanya Langit.
"Astagfirullah, Langit, kamu bikin aku kaget aja," ucapnya memegang dadanya.
Langit tersenyum simpul. "Maaf. Lagian kamu kok kerja sendiri? Kenapa nggak bangunin aku sama dua kurcaci itu?"
"Nggak papa, lagian nggak enak bangunin kalian, pasti kalian capek, kan?"
"Iya, sih, tapi, 'kan nggak enak sama kamu."
Elizia tersenyum mendengar hal itu. "Nggak papa. Ini udah selesai."
"Ayo, aku antar."
"Cuci muka dulu sana, gosok gigi."
Menyadari hal itu, Langit terkekeh. "Bentar, ya." ia lantas masuk ke dalam kamar mandi. Mencuci muka dan menggosok giginya.
"Udah, yuk," ajaknya ketika sudah selesai.
Mereka lantas turun ke bawah, Langit menyalakan motornya lalu membantu Elizia untuk naik. Setelah selesai, motor putih itu melaju menuju pasar bunge.
Angin pagi memang sangat segar, dan Elizia menyukai hal itu. Ia akan betah berlama-lama menikmati angin pagi. Sepanjang jalan bisa ia dengar bahwa jalanan sedang ramai, gadis itu tersenyum manis. Yang ada dipikirannya hanya membayangkan betapa ramainya jalan raya di kotaknya itu.
Selang beberapa saat, motor Langit berhenti di depan pasar. Dia turun, kemudian membantu Elizia.
"Kamu antar sampai sini aja, ya," ucap Elizia.
"Kenapa?" tanya Langit bingung.
"Nggak papa. Lagian Galaxy sama Saturnus, 'kan belum bangun nanti mereka nyariin kamu lagi."
"Bener juga, yaudah aku balik, ya, kamu kalau udah selesai tunggu aku di sini aja," pinta Langit.
"Siap, komandan, aku masuk dulu, ya."
"Iya. Hati-hati!" Elizia hanya mengangguk. Ia kemudian berbalik dengan perlahan, lalu masuk ke dalam pasar. Gadis itu sudah hafal di mana letak tempatnya biasa berjualan.
Langit kemudian pergi setelah tak lagi melihat Elizia di sana. Laki-laki dengan wajah bak pangeran itu bangga pada Elizia, meski memiliki kekurangan ia enggan merepotkan orang lain, terkadang Langit malu padanya.
Kini Elizia sudah duduk manis di tempatnya. Dia tak memiliki ruko, hanya meja kecil yang dibuatkan oleh Galaxy dan Saturnus, serta kursi kecil yang biasa dia pakai duduk. Untunglah orang-orang di sana baik dan tidak meminta pajak pada Elizia.
Keadaan masih pagi, tapi karena hari pasar, banyak yang sudah membeli kue gadis itu. Dia tersenyum manis, orang-orang menyukai kue buatannya. Meskipun hampir setiap hari dia mendengar suara yang sama.
"Bagi uangmu sini!" tegas seorang pria berperawakan menakukan. Banyak tato ditangan kiri dan kanannya.
"Uang? Untuk apa, ya, om?" tanya Elizia polos.
![](https://img.wattpad.com/cover/272963536-288-k581282.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]
Fanfiction"Kita, dua rasa yang tidak direstui semesta" © Arabella Minerva Yamri Start : 01/03/22 End : - Rank 100222 #1gera 100222 #3painful 100222 #3petaka 100222 #8azaleaspublisher 140222 #2petaka 170222 #1petaka 170222 #7painful 170222 #6azaleaspublisher...