- Benalu

54 18 41
                                    

"Kamu bisa nggak, sih, nggak usah ikutin aku terus? Nggak capek aku tolak?"

"Nggak, lagian kenapa, sih? Aku, 'kan nggak ganggu kamu, aku cuman ikutin kamu."

"Dengan kamu ngikutin aku itu udah sangat-sangat menganggu, kamu paham?"

"Nggak. Definisi menganggu bagi aku itu, kalau aku menye-menye sama kamu atau megang barang kamu, itu baru penganggu, ini, 'kan aku cuman ikutin kamu ke mana aja kamu pergi."

"Tapi, aku terganggu, Ratu!"

"Aku nggak peduli, Semesta!"

Semesta menghela napasnya mendengar hal tersebut, sudah ditolak berkali-kali tetap saja gadis bernama Ratu itu mengikutinya ke manapun dia pergi.

"Terserah kamu, deh!" tegasnya lalu kembali melanjutkan perjalanan, Ratu kembali mengikutinya.

Semesta kini berada di kantin, dan Ratu masih saja mengikuti pemuda itu. Bahkan seisi kantin kini sedang menatapnya seraya berbisik. Jujur saja Semesta tak suka hal tersebut, tapi bagaimana juga ini Ratu, gadis keras kepala yang tak mau mendengar keluhan orang.

"Ta, nggak risih diikuti sama nenek lampir?" tanya Asteroid.

"Heh! Ngomong apa kamu?" tanya Ratu kesal.

"Denger, nggak? Ada suara nggak ada orang," sindir Angkasa.

"Iya, denger, serem, ya," balas Asteroid.

"Ihh, Semesta, liat, deh, mereka jahat banget," adunya.

"Terus? Aku harus apa?"

"Marahin dia!"

"Nggak. Udah sana kamu!" usir Semesta.

"Kamu kok ngusir aku, sih?!" tanya kesal.

"Dia tuh nggak suka sama kamu, pahami kenapa, sih? Nggak ngerti bahasa Indonesia? Harus di mix sama bahasa Makassar?" tanya Bintang yang tak kalah kesalnya.

Merasa dipojokkan Ratu berdiri, ia pergi dari sana dengan wajah yang kesal. Sedangkan Asteroid, Bintang dan Angkasa tengah tertawa pecah melihat raut wajahnya.

"Lagian, uda ditolak masih aja gatal banget sama orang," tukas Asteroid.

"Namanya juga Ratu, dia, 'kan suka sama Semesta dari awal masuk kuliah, makanya kaya gitu," sahut Bintang.

"Ada, ya, spesies kaya gitu, nggak tau malu banget," julid Angkasa.

"Udah, ngapain bahas dia. Dia dihindari juga nggak bisa kecuali pas lulus nanti," timpal Semesta.

"Lah? Kenapa?"

"Ya, 'kan satu kelas, gimana, sih."

"Oh, iya, ya. Pindah jurusan aja."

"Mana bisa, udah Semester berapa ini?" tanya Bintang.

"Angkasa kalau polos tolong jangan terlalu dinampakin, ya," celetuk Asteroid. Angkasa hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sedangkan ketiga temannya hanya bisa menggelengkan kepala.

Hari ini, Langit dan Galaxy tengah menghabiskan waktu bersama Elizia di taman. Semenjak sudah bersekolah, Elizia dan ketiga sahabatnya jarang sekali bertemu, kecuali saat mereka libur.

Hari ini juga tak ada Saturnus, setelah kejadian waktu itu dia sedikit menjaga jarak pada Elizia. Ia hanya ingin membuang perasaannya pada gadis itu sebelum terlalu jauh. Setidaknya ia tak meninggalkan Elizia seperti dulu.

Langit dan Galaxy membeli beberapa makanan dan minuman untuk Elizia. Sudah lama mereka tak mengunjungi taman tersebut. Langit dan Galaxy berencana mengajak Elizia mengunjungi makan orang tuanya.

Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang