- Satria

50 9 6
                                    

Sudah dua minggu berlalu Satria bertemu dan tinggal di markas Semesta. Ia tak pernah keluar dari sana, ia lebih suka bercanda gurau dengan Semesta dan ketiga temannya. Satria sudah merasa cukup dengan hal tersebut, ia tak ingin melihat lagi bagaimana kehidupan di luar.

Namun, dua minggu ini Satria bahkan belum bertemu dengan Elizia lagi. Ia ingin bertemu dengan gadis itu sebentar saja, ia ingin memastikan apakah yang ia pikirkan benar.

Ia juga ingin memastikan bahwa Elizia yang Asteroid maksud adalah orang yang sama yang ia temui di halte dua minggu yang lalu.

"Sat, sibuk?" tanya Bintang.

"Nggak, kenapa?" tanyanya balik.

"Mau jalan? Aku mau ngajak Elizia jalan."

"Kesempatan bagus."

"Boleh."

"Yaudah, aku tunggu dimobil, ya."

"Iya, aku ambil hp dulu."

Kehidupan Satria selama dua minggu di sana berubah total, ia memiliki ponsel yang bahkan tak pernah ia miliki, ia juga menjadi santai saat berbicara, tak lagi seformal dulu.

Setelah mengambil ponsel, Satria lantas turun dan langsung keluar menuju mobil Bintang. Melihat Satria sudah di sana, Bintang lantas melaju meninggalkan markas menuju rumah Semesta.

Satria bahkan belum tahu di mana rumah Semesta berada, selama dua minggu ini Semesta sangat jarang berada di markas. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama Elizia atau jalan-jalan dengan sang kekasih.

Sepanjang perjalanan, baik Bintang maupun Satria tak ada yang mengeluarkan suara mereka, keduanya terlalu fokus untuk hal tak penting. Apalagi Bintang belum terlalu akrab dengan Satria, tidak seperti kedua temannya.

Tanpa terasa keduanya sampai di depan rumah Semesta. Bintang dan Satria langsung turun. Bintang melangkah masuk diikuti Satria di belakangnya.

"Assalamu'alaikum," ucap Bintang.

"Wa'alaikumussalam. Eh, Bintang, nyari Elizia, ya," ucap Aini.

"Iye, tante, Elizianya ada?"

Aini tersenyum. "Ada, naik aja ke kamar Semesta, mereka lagi di sana."

"Makasih, tante. Ayo, Sat," ajak Bintang.

"Permisi, Tante," ucap Satria sopan.

"Iya."

Deg!

Jantungnya berdetak kencang ketika mata mereka bertemu, Satria kembali merasakan energi yang berbeda dari Aini.

"Kenapa energi wanita ini sama dengannya?"

Bintang dan Satria naik ke atas, Bintang melangkah maju ingin membuka pintu, namun sayang aksinya terhenti ketika mendengar satu kalimat yang membuatnya bungkam.

"Zia, kalau aku ajak nikah mau?"

Kalimat itu mampu membuat Bintang menyimpulkan jika sahabat dan saudaranya sedang menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi.

Satria yang melihat pemuda itu berdiam, juga ikut berdiam. Bohong jika ia tak mendengar ucapan Semesta.

Bintang menggelengkan kepalanya, lantas langsung membuka pintu kamar Semesta, membuat kedua orang di dalam sana terdiam.

"Hayo, kalian berdua ngapain?" tanya Bintang.

"Nggak ngapa-ngapain. Kak Bintang baru datang?" tanya Elizia.

"Iya. Ayo jalan," ajak Bintang.

"Kalian mau ke mana?" tanya Semesta.

"Kepo!" ketus Bintang menarik Elizia dari sana.

Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang