- Detektif II

59 16 56
                                    

"Aku butuh alamatnya un-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku butuh alamatnya un-"

"Mama," panggil seorang pemuda yang baru saja masuk dan memotong ucapan Herman.

"Bintang? Kamu sudah pulang?"

Bintang melangkah ke arah sang Ibu. "Iya, mama ada tamu, ya?"

Dengan gerak-gerik yang aneh, wanita itu tersenyum kikuk. "Oh, i-iya, mama ada tamu. Kamu masuk kamar sana, ganti baju."

Bintang mengangguk, ia lantas masuk ke sana. Herman hanya diam seraya menatap pemuda itu yang sudah menghilang dari balik pintu.

"Berikan alamatnya sekarang!" tegasnya dengan suara pelan.

"Untuk apa?" tanya wanita itu.

"Aku butuh alamat itu, Sarah!"

Wanita bernama Sarah itu menatapnya dengan nanar dingin, lantas ia menghela napas, dan memalingkan pandangannya. Ia mengambil secarik kertas, lalu menulis sebuah alamat di sana.

Ia memberikan kertas berisikan alamat itu pada Herman. "Ini alamat Elizia. Jangan pernah kembali ke sini!" tegasnya dingin.

Herman mengambil kertas itu, ia menatap sejenak seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Terima kasih."

Herman bangkit dari duduknya, ia melangkah pergi dari rumah Sarah. Wanita itu menatap kepergian Herman dengan tatapan dingin yang mematikan.

"Jangan pernah sentuh gadis itu, Herman!" gumamnya tegas seraya mengepalkan tangannya dengan kuat.

Malam ini, markas tempat Semesta dan temannya berkumpul sudah ramai. Mereka akan membahas mengenai kegiatan besok yang akan mereka lakukan.

Apa lagi kalau bukan mengintai sang ayah selama seharian. Bintang sudah datang sejak tadi, bahkan ketika Semesta belum ada di sana.

"Jadi, gimana?" tanya Angkasa.

"Sesuai rencana yang udah kita susun. Tapi, kita harus seharian untuk hal itu, soalnya bapak pasti langsung nyari gadis yang dia maksud kalau udah dapat alamatnya," jawab Semesta.

"Jam tujuh pagi udah mulai?" tanya Asteroid.

"Iya. Jangan telat!"

"Mana ada," balasnya ketus.

"Bintang, kamu kenapa? Kok dari tadi diam?" tanya Semesta.

"Hah? Oh, nggak papa. Laper."

"Perasaan tadi baru selesai makan," sahut Asteroid.

"Lagi masa pertumbuhan aku," celotehnya sembarangan.

Asteroid memundurkan kepalanya heran. Temannya itu memang aneh-aneh saja. Hanya dia yang normal.

"Kangen Elizia nggak, sih?" tanya Angkasa tiba-tiba. Ketiga temannya menoleh ke arahnya. "Samperin ke rumahnya, yuk."

"AYO!" ucap ketiganya serentak.

Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang