- Sebuah Pengakuan Tak Terduga

48 11 40
                                    

Elizia berjalan santai di trotoar jalan, ia pulang dari sekolah tanpa dijemput oleh Sanu ataupun Semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elizia berjalan santai di trotoar jalan, ia pulang dari sekolah tanpa dijemput oleh Sanu ataupun Semesta. Semesta terlalu sibuk dengan rencana-rencana yang sudah ia susun bersama ketiga temannya, hingga melupakan sang kekasih selama seminggu ini.

Elizia tak takut, meski ia tak tahu arah jalan pulang. Biasanya Langit atau Galaxy akan menjemputnya jika dia pulang terlambat, tapi itu hanya berlaku dulu, saat ia masih menjadi seorang penjual kue di pasar.

Ah, Elizia merindukan ketiga temannya. Sudah cukup lama ia tak bertemu dengan ketiganya. Apa lagi bermanja dengan Saturnus, sungguh demi apapun dia merindukan pemuda itu.

Meskipun Elizia tahu, Saturnus mungkin belum siap bertemu dengannya. Tak apa, Saturnus mudah luluh hanya dengan sikap manja gadis itu. Benar-benar tidak berubah setelah menjalani kehidupan baru.

"Cewek, mau ke mana, nih? Ikut kita aja."

"Ayo, sini, kita main dulu."

Dua orang preman tiba-tiba saja muncul di hadapan Elizia, namun ia tak peduli, Elizia terus saja berjalan. Sudah bukan hal aneh lagi jika ia digoda oleh preman di jalan.

Namun, setelah tahu jika gadis itu buta, preman itu akan menjauh darinya dan mengumpati Elizia dengan berbagi kalimat jahat.

"Loh? Buta? Udahlah tinggalin aja, nggak akan ngerasain apapun juga."

Elizia terdiam, ada untungnya juga dia buta, sebab tak akan ada yang berani mengganggunya atau menggodanya sekalipun seorang preman.

Setelah kedua preman itu menjauh, Elizia kembali melanjutkan langkah, ia tak tahu sekarang ada di mana. Yang jelas ia hanya akan terus berjalan sampai ada orang yang mengenal dirinya dan mengantarnya ke rumah Sanu atau rumahnya yang dulu.

Suara klakson membuat Elizia berhenti, seorang pemuda turun dari motornya dan menghampiri Elizia sambil tersenyum simpul.

"Zia," panggilnya.

"Langit, kamu di sini?" Elizia memastikan.

"Iya, aku ada urusan di sekitar sini, kamu ngapain di sini?" tanya balik Langit.

"Aku baru pulang dari sekolah, tapi nggak ada yang jemput. Kayanya kak Semesta sama Ayah lupa buat jemput aku," tuturnya.

"Yaudah, pulang sama aku aja. Pulang ke rumah lama, di sana ada Saturnus sama Galaxy."

"Beneran? Mau!" ucapnya riang. Langit tersenyum, lantas ia pun membantu Elizia untuk naik. Setelahnya ia pun ikut naik.

Langit sedang mendung, Langit terburu-buru untuk sampai di sana. Takut-takut jika hujan turun dan menghadang mereka di jalan.

Tak ada percakapan selama perjalanan menuju rumah lama gadis itu, ia lebih memilih diam dan memeluk pinggang Langit. Gadis itu bahkan belum tahu jika pemuda yang selama ini baik dengan adalah saudara sepupunya sendiri.

Semesta dan Ceritanya [Qian Kun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang